Travel
Long Weekend Nikmati Keindahan Gunung Bromo, Ini Empat Lokasi Menarik yang Wajib Dikunjungi
Spot ini merupakan puncak tertinggi untuk bisa melihat matahari terbit atau sunrise ke arah Kaldera Tengger.
Penulis: Wiwit Purwanto | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, SURABAYA – Setelah beberapa bulan ditutup karena pandemi Covid-19, rasa kangen untuk berwisata Gunung Bromo pun memuncak.
Kini wisata Gunung Bromo dibuka kembali.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) sudah mengeluarkan Surat Edaran kembali membuka aktivitas wisata Bromo mulai Jumat (28/8/2020) pukul 13.00 WIB.
Nah long weekend nanti pada akhir bulan wisata Gunung Bromo ini bisa menjadi tempat berlibur.
Beberapa spot yang menarik di Gunung Bromo wajib untuk didatangi di antaranya.
Spot Pananjakan
Kawasan ini paling favorit dan utama dari Gunung Bromo yaitu puncak Pananjakan.
Spot ini merupakan puncak tertinggi untuk bisa melihat matahari terbit atau sunrise ke arah Kaldera Tengger.
Lokasi di spot ini begitu dingin, oleh karena itu Anda sudah harus siap dengan perlengkapan pelindungi diri dari dingin seperti syal, kupluk, dan sarung tangan.
Jika belum membawa, Anda bisa membelinya di penjaja atau warung-warung yang menjual perlengkapan anti dingin itu.
Terdapat fasilitas di Puncak Pananjakan seperti mushala, toilet dan warung-warung penjaja makanan serta perlengkapan anti dingin.
Lokasi puncak ini berupa tribun 10 tingkat yang berbentuk setengah lingkaran menghadap ke timur.
Selama era pandemi, kuota pengunjung di spot Pananjakan dibatasi hanya 178 orang per harinya
Spot Bukit Cinta
Spot lain untuk menikmati matahari terbit di Bromo adalah Bukit Cinta.
Sama-sama terletak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Bukit Cinta memiliki ketinggian 2.680 mdpl.
Lokasi ini sudah populer di telinga wisatawan.
Jika baru pertama ke sini, Anda akan menemukan tembok besar bertuliskan "Love Hill Bromo Tengger".
Tempat itu biasa dijadikan spot foto pertama ketika tiba di Bukit Cinta.
Wisatawan sudah bisa melihat Kaldera Tengger, di antaranya Gunung Bromo, Gunung Kursi, Watangan, dan Gunung Widodaren.
Spot Bukit Cinta juga bisa terlihat puncak tertinggi pulau Jawa yaitu puncak Mahameru.
Tempat ini juga biasa digelar upacara adat masyarakat Suku Tengger.
Selama masa adaptasi kebiasaan baru (AKB), kuota pengunjung dibatasi 28 orang per harinya
Spot Bukit King Kong
Kawasan Bukit Kedaluh atau biasa juga dikenal Bukit Kingkong.
Spot ini dinamakan Bukit Kingkong karena bentuk bukit yang jika diperhatikan kembali, mirip seperti wajah Kingkong.
Lokasi Bukit Kedaluh atau Kingkong ini berada 1 bukit di bawah Puncak Pananjakan.
Jaraknya sekitar 800 meter sampai 1 kilometer untuk sampai ke puncak Pananjakan.
Wisatawan harus menanjak 100-200 meter untuk dapat menuju Bukit Kingkong dan melihat sunrise dan pemandangan Gunung Bromo dengan jelas.
Bukit ini juga menjadi titik paling ramai antrian Jeep sebelum sampai puncak Pananjakan.
Terdapat papan informasi yang menjelaskan arti dari Bukit Kedaluh.
Masyarakat Tengger menyebut bukit Kedaluh berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pengharapan akan kesuburan wilayah Tengger.
Lokasi Bukit Kedaluh berbentuk tanah lapang di atas bukit yang dibatasi pagar beton.
Bukit Kingkong atau Kedaluh ini bisa menjadi alternatif bila Puncak Pananjakan sudah ramai.
Selama era AKB, kuota pengunjung dibatasi 86 orang per harinya
Savana Teletubbies
Pecinta fotografi dan menginginkan suasana tenang dan alami, wajib mengunjungi spot Savana Bukit Teletubbies.
Lokasinya berada sedikit terpencil dan terbebas dari keramaian.
Para wisatawan yang gemar fotografi berburu spot foto terbaik di tempat ini.
Spot ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki jika ingin bersantai dan tidak terburu-buru menikmati keindahan alam.
Namun, Anda juga bisa menyewa mobil jeep yang ditawarkan penduduk setempat.
Sampai di lokasi, Anda akan melihat pemandangan padang rumput hijau dan membentuk seperti bukit dalam film anak-anak "Teletubbies".
Oleh karena itu, spot ini dikenal sebagai Savana Bukit Teletubbies.
Lokasinya berada di wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Selama era adaptasi kebiasaan baru, kuota pengunjung dibatasi 347 orang per harinya.