Citizen Reporter
Berkebun Tak sekedar Menanam lalu Memanen, Beberapa Hal yang Bisa Kita Pelajari dari Kebun
Adnan sendiri punya angan-angan untuk Kota Surabaya tercinta. Salah satunya, pemakaian lahan tak terpakai untuk menanam sayur.
SURYA.co.id | Sejak pandemi melanda Indonesia pada awal bulan Maret lalu, masyarakat diimbau beraktivitas #dirumahaja untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Beragam aktivitas di rumah pun lantas kita jajal. Seperti memasak, mencoba resep baru, berolahraga, menulis, menggambar, begitu juga menanam atau berkebun.
Tidak gampang memang memulai aktivitas berkebun, apalagi di tengah kepadatan Kota Surabaya.
Minimnya lahan serta pola hidup masyarakat yang serba instan adalah salah satu penyebabnya. Namun berbeda dengan Adnan Prayuwono.
Laki-laki 27 tahun itu bahkan telah menggemari aktivitas berkebun sejak duduk di bangku SMP. Kini, saat pandemi terjadi, aktivitas itu semakin ia gemari.
Bagi Adnan, sapaan akrabnya, berkebun bukan hanya sekadar menanam dan kemudian menikmati hasil ketika panen.
Lebih dari itu, Adnan mengaku lebih dapat menghargai akan pentingnya sebuah proses ketika berkebun.
“Ternyata berkebun tidak sekadar menanam lalu dipanen, tetapi ada banyak persoalan dan pelajaran yang kita dapat seperti mengenai tanah, benih, ketahanan pangan, sampah, relasi sosial hingga tentang hubungan manusia dengan alam itu sendiri,” ujarnya.
Kebunnya berukuran 3x4 meter. Itu pun berbagi dengan area jemuran pakaian di rumahnya yang terletak di Jalan Gresik Gadukan Timur, Krembangan, Kota Surabaya.
Karena minimnya tanah, Adnan menanam menggunakan media pot, polybag, bungkus minyak goreng, ember bekas, dan media apapun yang bisa di gunakan sebagai wadah tanaman.
Ada berbagai jenis tanaman yang sengaja dia tanam untuk bisa dikonsumsi seperti kacang panjang, bunga turi, kangkung, bayam merah, bayam malabar, juga bayam brasil.
“Daun binahong dan kacang panjang adalah yang paling sering saya olah sebagai isian telur dadar yang sering menyelamatkan malam-malam saya di saat kelaparan melanda,” ujar laki-laki yang saat ini menempuh studi magister di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga itu.
Selain sayur mayur, di kebun yang ia miliki Adnan juga menanam tanaman herbal, seperti kumis kucing, pecut kuda, brotowali. Ia juga menanam tanaman untuk dijadikan teh dan minuman, seperti rosella, bidara, cincau rambat, kunyit, cincau perdu, daun mint, katuk dan kelor.
Meski masih menjadi angan-angan, Adnan berharap suatu saat memiliki kebun yang cukup luas sehingga dapat menampung tanaman yang hingga kini sudah mulai ia tanam.