Heboh Fetish Kain Jarik

Masa Lalu G Fetish Kain Jarik Terungkap, Korban Lain Tak Berdaya Ditutup Selimut, Ini 5 Fakta Baru

Korban lain G pelaku pelecehan fetish kain jarik angkat bicara. Dirinya mengaku dibuat tak berdaya dan dilecehkan menggunakan selimut pada 2015 silam.

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Musahadah
Twitter/m_fikris
Unggahan pengakuan korban pelaku pelecehan seksual fetish kain jarik di Twitter 

Penulis: Alif Nur | Editor: Musahadah

SURYA.CO.ID - Masa lalu G mahasiswa yang disebut fetish kain jarik diungkap oleh salah satu korbannya, SW.

SW merupakan teman satu angkatan G yang mengalami pelecehan seksual pada 2015 silam.

SW mengaku tak berdaya setelah diberi minum oleh G. Peristiwa pelecehan itu pun sempat membuat SW trauma saat bertemu dengan pelaku.

SW pun menuturkan kronologi kejadian kurang menyenangkan oleh G yang dialaminya lima tahun silam di kamar kos pelaku.

Langsung saja, berikut lima fakta baru kasus fetish kain jarik oleh G.

Mahasiswa G yang diduga sebagai predator fetish kain jarik atau predator bungkus kain jarik
Mahasiswa G yang diduga sebagai predator fetish kain jarik atau predator bungkus kain jarik (Kolase Warta Kota/Tangkap Layar Akun Twitter @m_fikris)

1. Korban Lain Angkat Bicara

SW menutrukan dulu G menggunakan modus berbeda dari pemberitaan yang kini viral menggunakan alasan riset.

Dulu, G diduga memberikan sesuatu kepada korban hingga membuat korbannya tidak berdaya.

"Kalau sekarang kan ramai dia untuk riset. Dulu enggak, bahkan sama sekali nggak ada kejanggalan. Ngobrol pun nggak mengarah ke sana, sangat normal," katanya.

SW menuturkan kronologi pelecehan oleh G bermula saat ia menginap di kos pelaku seusai acara ospek.

Anehnya, sesampainya di kamar kos pelaku, SW merasa sangat lelah dan ngantuk hingga akhirnya memutuskan untuk tidur.

Namun, saat ia terbangun dini hari, SW memergoki G tengah melakukan aksinya, namun ia mengaku tak dapat berkutik.

"Pas dini hari saya bangun G melakukan aksinya. Tapi nggak sampai ditutup rapat, ditali, seperti yang viral ini, cuman ditutup selimut. Anehnya, waktu itu saya nggak bisa berkutik, nggak bisa ngapa-ngapain, buat melek aja susah," katanya.

SW menambahkan, waktu itu ia sempat terbangun dua kali. Namun, ia merasa kelelahan sampai akhirnya kembali tertidur.

Sebelum ke kos, korban SW dan G sempat membeli nasi goreng terlebih dahulu. Menurutnya, G tidak menunjukkan keanehan.

Setelah makan, ia diberi minum oleh G.

"Menurut saya, minumannya sudah dikasih obat. Soalnya setelah itu saya benar-benar nggak berdaya. Sampai kos langsung capek dan mengantuk. Saat aksinya, saya nggak bisa memberontak sama sekali. Bisa jadi karena faktor capek, di-support sama obat tidurnya," kata SW.

2. G Mengaku dan Minta Maaf

Setelah mengalami kejadian tersebut, SW sempat menanyakan langsung kepada G hingga keduanya didudukkan.

Menurut pengakuan SW, saat itu G sudah meminta maaf kepadanya.

"Setelah kejadian, saya langsung tanya ke dia. Suatu ketika baru saya berani cerita ke beberapa teman. Akhirnya, saya dan Gilang sama-sama didudukkan. Waktu itu Gilang ngaku dan minta maaf," katanya.

Saat itu, korban SW tidak melaporkan kejadian ini karena mengaku kurang mendapat pengetahuan yang jelas tentang sexual harrashment.

"Dulu saya menganggap ini sebagai kecelakaan, walaupun memang sebenarnya disengaja. Saat minta maaf, Gilang juga kelihatan nyesek. Tapi saya sudah nggak peduli," katanya.

Setelah kejadian itu, korban SW mengaku sempat merasa trauma. Apalagi, hampir setiap hari ia harus bertemu dengan Gilang.

"Sempat sedih, down. Apalagi sehari, dua hari setelah kejadian, pasti ingat. Apalagi kami satu angkatan, tiap hari ketemu. Menjelang ospek jurusan, otomatis mau nggak mau ketemu soalnya kumpul satu angkatan," katanya.

3. Bisa Dikategorikan Gangguan Mental

Psikologi Klinis dan Forensik Layanan Psikologi Geofira, Riza Wahyuni S.Psi, MSi, Psikolog menuturkan perilaku G bisa dikategorikan gangguan mental.

Ia mengatakan, fetish merupakan ambisi/ketertarikan seseorang ketika melihat suatu objek sehingga menimbulkan rangsangan seksual.

"Meskipun objek yang dilihatnya adalah hal-hal yang biasa bagi orang lain," kata Riza Wahyuni, Jumat (31/7/2020).

Menurutnya, fetish sebenarnya dapat dianggap sebagai perilaku yang normal dan tidak normal. Tergantung bagaimana konteks fetish tersebut dan seperti apa respons orang yang terlibat.

"Sebenarnya fetish ini memiliki dua sisi, bisa normal dan tidak. Dikatakan normal jika dilakukan pada pasangan yang menyetujui tindakan fetish tersebut.

Dan menjadi tidak normal jika menimbulkan kerugian bagi orang lain. Seperti kasus fetish kain jarik yang lagi ramai," urainya.

Lebih lanjut, Riza menerangkan kasus yang tengah viral di media sosial mengenai fetish kain jarik dapat dikategorikan sebagai gangguan mental dan pelecehan seksual.

Karena, sudah mengganggu banyak pihak dan merugikan pihak lain.

4. Bisakah Fetish Kain Jarik Disembuhkan?

Lantas apakah pengidap fetish tersebut bisa disembuhkan?

Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Citra Hanwaring Puri SPsi menjelaskan, pengidap kelainan apa pun sebenarnya bisa disembuhkan.

Seperti dilansir dari Tribunnews Geger 'Gilang Bungkus' Pengidap Fetish Kain Jarik, Bisakah Penyakitnya Disembuhkan?

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi seseorang menjadi sembuh dari suatu kelainan.

"Ada banyak faktor yang mempengaruhi, misal keinginannya, motivasi diri dia mau melakukan terapi atau tidak."

"Karena hal itu berproses, dukungan lingkungan juga penting," tutur Citra kepada Tribunnews, Kamis (30/7/2020) malam.

Paling tidak, pengidap suatu kelainan bisa sembuh atau berkurang penyakitnya bila mau berusaha.

Pengidap fetish bila tidak segera ditangani, maka proses sembuhnya akan semakin lama.

"Namun bedanya semakin lama dia mengidap fetish tersebut, akan semakin lama pula proses sembuhnya," papar Citra kepada Tribunnews melalui sambungan telepon.

Disisi lain, Citra menuturkan ada berbagai penyebab yang membuat sosok G memiliki fetish tersebut.

Dari analisisnya, G memiliki rasa tak berdaya dalam dirinya.

"Mungkin dia merasa ada trauma masa lalu, mengalami bullying sehingga ada rasa rendah diri yang entah terkait dengan lawan jenis atau sejenis," ujar Citra.

Oleh sebab itu, G merasa terpuaskan melihat korban tidak berdaya terbalut kain jarik bahkan dilakban.

5. Diselidiki Polda Jatim

Sementara itu, kasus fetish kain jarik yang menyeret mahasiswa Unair, G akan berlanjut ke ranah pidana.

Hal ini setelah tim Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim turun tangan menyelidiki kasus fethis kain jarik yang sebelumnya viral di media sosial.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko memastikan saat ini tim Siber Polda Jatim sedang menelusuri akun milik G yang diduga melakukan pelecehan seksual sesama jenis. 

Hingga saat ini, kata Trunoyudo, belum ada korban pelecehan seksual yang melapor ke polisi terkait dugaan aksi tersebut.

Namun, menurut dia, tanpa berbekal laporan masyarakat pun, bukan berarti polisi tidak bisa melakukan penyelidikan.

"Polisi tetap melakukan penyelidikan sebagai bentuk memberikan kepastian hukum dan membuat masyarakat aman dan terlindungi," terang Trunoyudo, saat dikonfirmasi, Jumat (31/7/2020).

Pihaknya pun meminta agar masyarakat tidak segan melapor jika pernah dirugikan atau menjadi korban aksi tersebut.

"Kami akan percepat penanganannya dalam proses hukum," ujar dia.

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved