Lipsus
Guru TK Mengajar Door to Door di Rumah Murid, Anak-anak Bosan Belajar secara Daring
Sejak ada pandemi Covid-19 hingga, kegiatan belajar mengajar (KBM) semuanya harus dilakukan secara daring atau belajar dari rumah (BDR).
SURYA.co.id | SURABAYA - Sejak ada pandemi Covid-19 hingga saat ini, kegiatan belajar mengajar (KBM) semuanya
harus dilakukan secara daring atau belajar dari rumah (BDR).
Sayangnya, pembelajaran daring ini tidak mudah bagi anak-anak usia PAUD maupun TK.
"Anak saya pasif ketika pembelajaran daring. Dia bosan, kendati proses belajar daring hanya 15 menit.
Pembelajaran daring, menurut saya kurang maksimal," kata Anggun Rosalina Dewi, orang tua Alya
Amani (4), siswa TK di Surabaya, Minggu (26/7/2020).
Dia menjelaskan, proses belajar daring dilakukan seminggu sekali. Waktu bejalar daring disesuaikan
dengan jam orang tua. Sebab, beberapa orang tua murid bekerja.
Usai, pembelajaran daring guru memberikan tugas kepada siswa. Pengumpulan tugas dilakukan tiap
Sabtu dalam bentuk video ataupun foto.
"Terkadang anak saya tidak ingin mengerjakan tugas yang diberikan guru. Saya mengganti dengan tugas
lain, supaya ada aktivitas," ujarnya.
Dia berharap agar proses belajar mengajar dilakukan tatap muka dengan protokol kesehatan ketat.
Jumlah siswa juga dibatasi, agar guru bisa memantau dan mendampingi siswa.
Selain itu, tak semua orangtua mampu. Ada orangtua yang tak bisa membeli gawai ataupun membeli
paket data.
"Kalau tidak dibatasi guru akan sulit mengawasi. Karena, anak-anak paham protokol kesehatan. Mereka
harus dibimbing," katanya.
Mengingat kegiatan belajar mengajar belum boleh dilakukan secara tatap muka di sekolah, seorang guru
TK di Manukan Kasman, Kecamatan Tandes, Surabaya terpaksa mengajar door to door ke rumah murid-
muridnya.
Salah satunya adalah Susi Tri Rahayu, guru TK B Negeri Bahari Surabaya.
Susi mengaku, baru pertama kali melakukan pembelajaran luar jaring (laring).
Jarak tempuh dari sekolah dengan rumah siswa tidak terlalu jauh. Pembelajaran laring ini dilakukan setiap seminggu sekali diikuti dua sampai tiga murid.
"Hari ini saya memberikan materi huruf vokal. Kemudian menuliskan sebuah kata dimana di situ menghilangkan huruf vokalnya. Lalu saya juga ajarkan melengkapi gambar wajah yang hilang," ujar Susi seusai memberikan materi terhadap dua muridnya, Selasa (21/7) siang.
Melalui aktivitas tersebut, Susi mengaku senang karena bisa ketemu kembali dengan murid-muridnya secara langsung. Sebelumnya Susi juga mengajar melalui daring di tengah pandemi covid-19.
"Jarak dari rumah siswa ke sekolah menjadi duka tersendiri saat memulai pembelajaran door to door,"
ungkapnya.
Selama ini Susi telah mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa tunjangan transpor dan tunjangan
pembelian kuota internet. Kendati demikian, Susi merasa, bantuan tersebut kurang maksimal.
"Karena para guru guru setiap hari mengontrol atau menghubungi para murid terkait perkembang tugas
yang diberikan. Apakah ada kendalanya atau tidak," katanya.
"Saya berharap pemerintah benar benar memberikan bantuannya dengan lengkap seperti fasilitas
pembelajaran daring. Dan ruang khusus untuk guru berkomunikasi dengan murid," pungkasnya.
Pendidikan karakter
Kabid Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Masyarakat, Kesenian dan Olahraga Pendidikan (PDKOP),
Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Thussy Aprilliyandari menjelaskan kebijakan pembelajaran daring di
Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (KB, TK, TPA, PPT) di masa darurat Covid-19 telah diimplementasikan
konsep Belajar dari Rumah (BDR)
"Dengan penekanan di materi penguatan pendidikan karakter bersama keluarga di masing-masing
satuan pendidikan dan dilaksanakan dengan tiga mekanisme," ujarnya, Kamis (23/7/2020).
Untuk kategori satu, siswa yang bebas hambatan daring di rumah (memiliki komputer atau handphone)
dilaksanakan full daring dengan jadwal tepat waktu.
Kategori dua atau siswa yang mengalami setengah hambatan daring, yaitu siswa yang di rumah tidak
memiliki komputer dan handphone hanya satu (dipakai oleh orang tua untuk bekerja), maka materi BDR
diberikan link ke handphone orang tua dengan link materi yang bisa dibuka sewaktu-waktu.
"Sehingga begitu orang tua datang ke rumah pulang dari bekerja, bisa mendampingi siswa belajar
dengan link tersebut, "katanya.
Kategori tiga untuk siswa yang mengalami hambatan daring full (tidak memiliki komputer maupun
handphone), sekolah mengirimkan dan mengambil materi pembelajaran.
Penugasan seminggu sekali, dengan memperhatikan protokol kesehatan.
"Selain itu, jadwal dan materi BDR melalui TVRI, juga dimasukkan sebagai jadwal BDR sekolah. Untuk
pembekalan terkait materi penguatan pendidikan karakter bersama keluarga, Dinas Pendidikan juga
telah membekali guru-guru di Satuan Pendidikan Anak Usia Dini," jelasnya.
Antara lain materi pembelajaran bermain matematika, sains, musik, mengembangkan seni kriya yang
menyenangkan di rumah bersama dengan keluarga.
"Juga bagaimana berkomunikasi positif dengan orang tua agar bisa berperan dalam pengasuhan positif
dan pendengar aktif bagi siswa-siswa PAUD di Kota Surabaya . Guru memberikan dukungan psikologi
awal (DPS) bagi wali murid," imbuhnya.
Terkait pelaporan belajar dari rumah baik untuk Guru PAUD maupun peserta didik PAUD, Dinas
Pendidikan sudah menyiapkan Aplikasi SIMPAUD ( Sistem Informasi Pendidikan Anak Usia Dini), di mana
guru dapat meng-upload foto terkait pembelajaran baik pendidik maupun peserta didik. Foto disertai dengan identifikasi Geotag.
Untuk kebutuhan pulsa atau paket data tenaga pendidik PAUD dengan adanya pembelajaran daring,
bantuan disediakan lewat Dana Alokasi Khusus Non Fisik BOP PAUD.
Alokasi dana ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 13 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Nonfisik, Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Kesetaraan Tahun Anggaran 2020.
“Bantuan bantuan tersebut sudah tersalurkan dan ter-Spj-kan sepenuhnya ke 1.881 satuan pendidikan
PAUD se-Kota Surabaya,” pungkasnya. (febrianto ramadani/danen)