Persona
Smart Buying ala Ariella Devina dengan Teori Cost Per Wear
Bagi Owner On the Rocks Ariella Devina, memiliki satu fashion item yang bisa dipadu dengan banyak gaya itu cukup.
Penulis: Akira Tandika | Editor: Parmin
SURYA.CO.ID |SURABAYA- Memang, untuk menjadi fashionable tak perlu mengeluarkan banyak biaya. Bagi Owner On the Rocks Ariella Devina, memiliki satu fashion item yang bisa dipadu dengan banyak gaya itu cukup.
Menurutnya, pakaian mahal dan murah itu relatif. Namun, ia punya teori unik yang diterapkan sebelum membeli sebuah pakaian.
"Teman saya kalau dengar teori ini pasti mereka ngejek saya. Tapi sebenarnya kalau dipikir ulang, teori ini juga tidak sepenuhnya salah. Karena bagi saya sendiri, pakaian itu kadang bisa dijadikan inevastasi,"
Ella menerapkan teori cost per wear tiap akan membeli pakaian baru. Maksudnya, ia akan menghitung harga pakaian yang dibeli dan membaginya dengan seberapa sering pakaian itu digunakan.
"Misal saya mau beli blazer polkadot yang lucu dengan harga Rp 500 ribu dengan jaket jeans seharga Rp 700 ribu. Saya akan bandingkan barang mana yang lebih sering saya pakai. Blazer polkadot memang lebih murah, tapi saya nggak yakin tiap hari pakai. Paling sebulan hanya dua kali. Mentok pakai tiga bulan akan bosan. Berarti kalau seminggu dipakai dua kali dan hanya sampai tiga bulan, tiap pakai blazer itu harga fashion saya sekitar Rp 80 ribu," terangnya.
Ella melanjutkan, jika dibandingkan dengan jaket jeans seharga Rp 700 ribu, blazer polkadot tersebut jatuhnya lebih mahal.
"Jaket jeans memang harganya Rp 700 ribu, tapi saya akan lebih sering memakai itu. Seminggu mungkin bisa dua kali dan saya nggak akan bosan selama setahun. Berarti jaket jeans ini bisa saya pakai kurang lebih 100 kali selama setahun. Kalau dihitung, biaya yang dikeluarkan tiap pakai jaket itu hanya sekitar Rp 7.000," jelas Ella.
Teori ini, menurutnya akan membantu orang-orang yang biasanya belanja karena barang tersebut lucu atau bagus saat dipakai orang lain.
Tentunya tiap orang akan berbeda-beda selera atau alasan untuk membeli pakaian. Namun, ia merasa teori ini juga akan membantu orang agar tidak membeli baju hanya untuk disimpan.
Untuk bisa menerapkan teori ini, memang membutuhkan pematangan diri. Dengan belajar memahami bentuk tubuh dan kesukaan diri, akan membuat kita tidak salah pilih saat membeli pakaian.
Karena lewat eksperimen itu, kita akan belajar tentang apa yang disukai, pakaian long lasting seperti apa, dan menghindari diri untuk salah dalam memilih pakaian.