Virus Corona di Surabaya

Update Virus Corona di Surabaya, dari 100.000 Penduduk 190 Positif Covid-19, Risma Siapkan Strategi

Tingkat serangan atau attack rate covid-19 di Kota Surabaya terus meningkat. Dari 100.000 penduduk Surabaya, sebanyak 190 orang positif covid-19.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Musahadah
dok.surya
Kasus Virus Corona di Surabaya terus meningkat , bahkan attack rate mencapai angka 189,3. Artinya dari 100.000 penduduk, ada 190 orang yang positif covid-19. 

SURYA.CPO.ID, SURABAYA - Kondisi virus corona di Surabaya kian hari kian mengkhawatirkan.

Tingkat serangan atau attack rate covid-19 di Surabaya terus meningkat.  Per Selasa (23/6/2020), attack rate covid-19 di Surabaya menyentuh angka 189,3. 

Artinya dalam 100.000 penduduk Surabaya ada sebanyak 190 orang yang terkonfirmasi positif covid-19.

Angka ini terus naik seiring dengan dilonggarkannya masa restriksi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Makhyan Jibril Al Farabi mengatakan bahwa angka ini naik secara signifikan.

Tepat pekan lalu pada tanggal 16 Juni 2020, angka attack rate Kota Surabaya ada di angka 139,7.

"Yang harus kita sama-sama waspada adalah Kota Surabaya masih belum aman. Meski sudah tidak PSBB, masyarakat tidak bisa kemudian euforia dan sebebas-bebasnya tidak memperhatikan protokol kesehatan," tegas Jibril.

"Dalam sepekan naiknya dari 139,7 menuju 189,3 untuk attack rate ini sangat menghawatirkan," imbuhnya. 

Sementara itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa dari seluruh kasus covid-19 di Jawa Timur, 51 persennya ada di Kota Surabaya. Jika mengintervensi penanganan covid-19 di Kota Surabaya sama halnya dengan membantu separo lebih untuk penanganan covid-19 di Jawa Timur. 

"Surabaya raya rata-rata 68 persen dari seluruh kasus di Jatim, kalau kita mengintervensi kasus Surabaya Raya maka kita mengintervensi 68 persen Jawa Timur. Bahasa sederhananya mari lah berlomba dalam kebaikan, mari lah menurunkan angka kematian, karena angka kematian masih di atas rerata kematian nasional itu menjadi PR bersama," kata Khofifah. 

Faktor yang paling paling banyak menyebabkan kematian kasus covid-19 adalah komorbid atau penyakit bawaan.

Data Pemprov Jatim, komorbid tertinggi penyebab kematian adalah diabetes. Di Jawa Timur kasus meninggal akibat diabetes mencapai 26,6 persen. 

Kemudian komorbid kedua yang menyebabkan kematian adalah hipertensi dengan persentase 25,6 persen.

Dan ketiga adalah penyakit jantung, dengan persentase sebanyak 18 persen. 

Kasus Covid-19 di Jatim Terus Naik

Data kasus Covid-19 Prov Jatim pada Selasa, 23 Juni 2020.
Data kasus Covid-19 Prov Jatim pada Selasa, 23 Juni 2020. (surya.co.id/fatimatuz zahro)

Kasus covid-19 Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Per hari ini, Selasa (23/6/2020), angka kasus covid-19 Jawa Timur tembus di angka 10.092.

Angka itu tersebut diupdate Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur malam.

Penambahan kasus covid-19 baru per hari ini ada sebanyak 274 kasus. 

Tambahan tersebut tersebar 2 di Kab. Sampang, 40 dari Kab. Sidoarjo, 3 dari Kota Probolinggo, 4 dari Kab. Lumajang, 3 dari Kota Pasuruan, 2 dari Kab. Magetan, 13 dari Kab. Malang, 3 dari Kab. Kediri, 1 dari Kab. Lamongan, 32 dari Kab. Gresik, 14 dari  Kab. Jombang,  1 dari Kota Blitar, 6 dari Kab. Bangkalan, 1 dari Kab. Probolinggo, 1 Kota Mojokerto, 2 dari Kab. Bojonegoro, 1 dari Kab. Pacitan, 4 dari Kab. Nganjuk, 4 dari Kab. Jember, 20 dari Kota Malang, 7 dari Kab. Pasuruan, 2 dari Kab. Mojokerto, 1 dari Kab. Sumenep, dan 107 Kota Surabaya (Pending Surabaya 132).

Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Makhyan Jibril Al Farabi mengatakan ada beberapa penyebab mengapa penambahan kasus covid-19 di Jawa Timur masih tinggi. 

Ia mengatakan, pertama penyebabnya karena Pemprov Jatim bersama Pemkab-Pemkot di  daerah tengah menggencarkan testing dan tracing. Per pekan ini, total sudah ada sebanyak 213.211 warga Jawa Timur yang sudah dites. Jumlah ini menjadi yang terbanyak di Pulau Jawa. 

Yang otomatis, dengan semakin banyak yang dites, maka potensi untuk ditemukan kasus baru juga akan meningkat. Terlebih alat tes PCR juga mulai disebar di daerah sehingga kapasitas uji spesimen juga meningkat sehingga penambahan kasus baru juga meningkat.

"Tentunya peningkatan testing yang masih di Jawa Timur menjadi alasan kasus baru terus ditemukan. Karena kalau ditemukan kasus baru juga dilakukan tracing. Ini dilakukan untuk menjaring masyarakat yang dimungkinkan OTG yang masih ada di masyarakat," kata Jibril.

Sedangkan alasan yang kedua adalah penyebaran virus masih belum berhenti. Terutama di Kota Surabaya, di Kabupaten Sidoarjo dan di Kabupaten Gresik. 

Ia kemudian menyinggung transmission rate. Untuk Jawa Timur saat ini secara provinsi, transmission ratenya adalah 1,0.

Sedangkan untuk Kota Surabaya angkanya saat ini hampur menyentuk 1,4. 

Transmission Rate ini artinya adalah laju atau kecepatan penambahan infeksi virus. Misalnya untuk transmission ratenya adalah 1,4. Maka dalam masa reproduksi virus 5-7 hari, maka dari 10 orang posittif maka akan menginfeksi 14 orang. 

"Semakin angka transmission ratenya di atas 1 maka potensi terbentuknya kasus baru akan semakin tinggi," kata Jibril. "Karena ini masih naik terus maka pertumbuhan kasus baru nya ya akan masih jalan," imbuhnya. 

Risma Siapkan Strategi Jitu

Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini memaparkan strateginya meningkatkan kedisplinan warga di era new normal. Strategi itu dia sampaikan saat menjadi pembicara dalam dialog online bertajuk 'Zona Risiko Tinggi: Bagaimana Beradaptasi?' yang digelar Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Selasa (23/6/2020).
Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini memaparkan strateginya meningkatkan kedisplinan warga di era new normal. Strategi itu dia sampaikan saat menjadi pembicara dalam dialog online bertajuk 'Zona Risiko Tinggi: Bagaimana Beradaptasi?' yang digelar Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Selasa (23/6/2020). (surabaya.tribunnews.com/yusron naufal putra)

Di bagian lain, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memaparkan strateginya dalam mengajak warga menerapkan protokol kesehatan di era  new normal.

Strategi tersebut disampaikan Risma saat menjadi salah satu pembicara dalam dialog bertajuk 'Zona Risiko Tinggi: Bagaimana Beradaptasi?' yang digelar Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Selasa (23/6/2020).

"Jadi pertama harus disiplin," kata Risma dalam dialog virtual tersebut.

Hal itu dilakukan dengan berbagai upaya. Di antaranya dengan membentuk kampung tangguh wani jogo Suroboyo.

Gerakan kampung berbasis RW ini melibatkan penuh warga dalam upaya menekan angka kasus virus corona di Surabaya. Risma yakin dengan adanya kampung tangguh ini, antar warga dapat saling ambil peran.

"Pengawasannya sangat ketat, terutama yang keluar-masuk kampung," ujar Risma.

Risma mengungkapkan, Pemkot tak hanya membentuk kampung tangguh. Sebab, pasar tradisional juga disiapkan pola agar tak menjadi tempat penyebaran. Caranya dengan membentuk pasar tangguh.

Akses pintu masuk dibuat satu arah agar tak ada aktivitas yang memungkinkan antar orang berpapasan langsung. Kemudian, juga diatur terkait dengan pola transaksi.

Pedagang dan pembeli dipisahkan semacam sekat berbentuk tirai dari plastik. Lalu, saat bertransaksi menggunakan nampan. Hal itu agar tak ada kontak fisik secara langsung.

Risma memaparkan Pemkot Surabaya juga membentuk industri tangguh, rumah ibadah tangguh, transportasi tangguh, mal tangguh dan sebagainya.

Agar efektif, Risma mengungkapkan masing-masing ada satgasnya. Di berbagai sektor itu, selalu ditertibkan protokol kesehatan secara ketat.

"Kami lakukan pengawasan ini secara konsisten, setiap hari bahkan malam ada petugas yang piket di beberapa tempat untuk memantau," tambah Risma.

Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu mengungkapkan jika masing-masing sadar akan protokol kesehatan, maka diyakini pandemi dapat terus dikendalikan. Masing-masing memiliki peran penting agar wabah ini tidak meluas.

"Jika masing-masing kita menjaga diri, sebetulnya kita menjaga dan melindungi saudara-saudara kita," ujar Risma.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved