Virus Corona di Jatim
Sehari Dua Dokter di Jatim Meninggal Dunia Karena COVID-19, Bertugas di RSUD Sidoarjo & Bangkalan
Ketua IDI Jatim, dokter Sutrino menjelaskan Gatot Prasmono adalah dokter yang bertugas di RSUD Sidoarjo bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Iksan Fauzi
Saat ini, istri almarhum dokter Deny bersama dengan anak semata wayangnya yang masih berusia 1 tahun, tengah menjalani isolasi di RSUD Sampang, setelah terkonfirmasi positif Covid-19.
"Kami betul-betul berduka, karena keluarga besar dr D merupakan tenaga medis di Kabupaten Sampang yang sama-sama berjuang untuk melawan Covid-19, namun harus gugur karena terserang Covid-19," ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Sampang, Juwardi, saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Ketua IDI Jatim Ungkap Penyebabnya
Selain Dokter Deny, ada dokter lain dari Madura yang meninggal dalam status PDP Covido-19, yakni dr H Dibyo Hardianto.
Terkait hal itu, Sutrisno Ketua IDI Jawa Timur (Jatim) mengatakan, jika dr Deny dinyatakan meninggal karena terkonfirmasi virus corona.
Dokter Hardianto, tutup usia dengan memiliki gejala klinis yang mengarah pada positif virus corona.
"Jadi memang satu sdh terkonfrim yang satu swabnya belum keluar tapi gejala klinis mengarah ke Covid-19," kata Sutrisno saat dihubungi, Senin (15/6/2020).
Lebih lanjut, kata Sutrisno, tiga hari lalu, kedua dokter sempat menjalani perawatan intensif. Ia pun menduga dua dokter tersebut bisa terpapar karena keduanya setiap hari berhubungan dengan pasien penderita Covid-19.
"Kan setiap hari dua dokter itu memberi pelayanan pasien Covid-19. Otomatis selama memberi pelayanan itu mereka tertular," ucapnya.
Belakangan, dokter dikabarkan banyak yang tertular Covid-19 setelah menangani pasien positif. Saat ini di Jatim sudah ada 57 orang. Bahkan yang meninggal sudah 8 jiwa.
Saat disinggung apa penyebabnya, Sutrisno mengatakan bahwa, transmisi penularan di Jatim masih dinilai masih terlampau tinggi.
"Memang tingkat kematian di Jatim tinggi sekitar 8,3 persen. Artinya transmisi lokal di level masyarakat itu masih banyak. Kita tidak lihat kan ada orang tanpa gejala atau gejala ringan, sedang masih banyak dan itu mereka beredar sehingga menularkan kemana-mana juga. Jadi kalau masyarakat tidak protokol kesehatan penularan tambah tinggi jadi makin banyak mengalir ke rumah sakit dan itu yang bikin tenaga kesehatan makin kewalahan," jelasnya.
Dalam mengurangi tingkat risiko penularan, Sutrisno berharap di masa transisi new normal, ia berharap semua pihak di lapisan masyarakat menjadi pioner untuk mengajarkan gaya hidup bersih.
"Artinya apapun konsepnya selama orang masih tidak patuh protokol ya tetap virus akan tetap berpindah. Jadi sekarang protokol itu sudah saatnya bergeser misalnya di tingkat RT/RW, Kecamatan, pemilik pabrik, mal, sekolah, pesantren harus jadi pioner untuk mengawasi agar setiap anggotanya disiplin menjalankan protokol yang ditetapkan," tutupnya.
Dokter Dibyo Dimakamkan dengan Protokol Covid-19