Virus Corona di Trenggalek

Kisah Remaja Trenggalek, Ukir Sandal Jepit Jadi Duit di Tengah Pandemi Covid-19

Sudah sejak dua bulan terakhir, ia meluangkan banyak waktunya untuk bermain-main dengan sandal.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/aflahul abidin
Ali Maksum ketika mengukir sandal jepit di halaman rumahnya, Jumat (19/6/2020). 

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Belajar di rumah gara-gara corona tak membuat siswa asal Desa Bogoran, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek ini berleha-leha.

Remaja bernama Ali Maksum (19) ini mengisi waktu luang dengan mengukir sandal jepit.

Kelihatan sepele. Tapi aktivitas ini bisa memberi tambahan uang jajan bagi Ali.

Sudah sejak dua bulan terakhir, ia meluangkan banyak waktunya untuk bermain-main dengan sandal.

Ia membeli sandal polos aneka warna untuk diukir.

Sandal-sandal itu adalah pesanan tetangga dan kenalannya.

"Untuk satu pasang sandal, selesainya sehari. Kalau sehari semalam, dua sandal," kata Ali, Jumat (19/6/2020).

Dari sandal jepit polos, siswa kelas XI SMAN 1 Kampak itu menggambar pola di atas sol dengan pensil dan bolpoin.

Gambar dijiplak dari desain yang sebelumnya ia bikin.

Setelah gambar teraplikasikan, barulah Ali bermain dengan silet kecilnya.

Dengan telaten ia melobangi alas kaki itu pelan-pelan.

"Untuk gambar desain, tergantung permintaan yang pesan. Saya buatkan gambarnya, kalau yang pesan setuju, baru saya mulai ukir di sandal," tutur dia.

Ali mengaku, pesanan yang datang dalam sebulan rata-rata belasan biji.
Mereka kebanyakan kenalan dan teman-teman Ali.

Tapi, ada juga pemesan dari luar kota.

"Pernah ada dari Blitar juga. Kebetulan yang pesan tahu kalau saya ukir sandal," ucapnya.

Duit yang Ali dapat cukup lumayan untuk ukuran pekerjaan pengisi waktu luang.

Ali membeli sandal jepit polos seharga rata-rata Rp 10.000 per pasang.

"Saya jual antara Rp 25.000 sampai Rp 40.000. tergantung model dan kesulitan ukirannya," sambungnya.

Paling banyak pesanan berupa ukiran tokoh kartun sepeti Doraemon.
Ukiran ini tergolong yang paling mudah dan aling murah.

"Pesanan lain juga yang berupa logo tempat usaha dan tulisan-tulisan. Misalnya waktu Lebaran kemarin, ada usaha jasa pernikahan yang pesan banyak untuk pekerjanya," sambung Ali.

Ia sudah sekitar empat tahun bermain dengan ukir-ukiran sandal.
Awalnya, ia sekadar iseng mengukir sandal miliknya sendiri.

Tujuannya cuma agar sandal yang ia pakai unik. Namun ternyata tetangga dan teman-temannya suka.

"Lalu tanya buat di mana. Saya bilang kalau buat sendiri. Lalu mereka tertarik dan minta dibuatkan," kata anak sulung dari dua bersaudara itu.

Sejak belajar di rumah akibat pandemi Covid-19, ia semakin banyak waktu buat mengukir sandal.

Pernah dalam sehari, Ali menyelesaikan ukiran dua pasang.

"Kadang sampai jam tiga pagi. Soalnya paginya kan enggak masuk sekolah," ali berkelakar.

Ia pun mengaku menikmati aktivitas ukir sandal tersebut. Terlebih karena ia gemar menggambar dari awal sekolah.

Oleh pemesan, sandal ukir buatan Ali biasanya dipakai untuk sekadar unik-unikan.

"Guyonannya, biar kalau ke masjid pas Jumatan, sandalnya tidak gampang ketukar," selorohnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved