Virus Corona di Pasuruan
Jelang New Normal di Kab. Pasuruan, Gus Wildan: Bangun kembali Mental dan Karakter Anak dan Santri
"Jangan fokus ke protokol kesehatannya, sampai melupakan psikologi atau mental anak-anak ketika kembali ke sekolah atau pesantren," kata Gus Wildan.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Parmin
SURYA.co.id | PASURUAN - Pimpinan Pondok Pesantren (PP) KHA Wahid Hasyim Bangil Gus Wildan mengajak seluruh tenaga pendidik di lembaga pendidikan dan pesantren untuk memikirkan psikologi anak didiknya atau santrinya.
Ahmad Wildan Amrullah nama lengkap Gus Wildan, mengatakan, ada yang lebih penting selain memikirkan skema pencegahan penyebaran COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan di sekolah ataupun di pesantren.
"Jangan sampai fokus ke protokol kesehatannya, ada hal yang penting dan jangan sampai melupakan psikologi atau mental anak-anak ketika kembali ke sekolah atau pesantren," kata dia, Rabu (10/6/2020).
Gus Wildan menjelaskan, pasti ada yang beda dan berubah dengan kondisi psikologi anak - anak ketika nanti sekolah dan pesantren kembali normal.
Mungkin, di sisi lain, anak - anak atau santri sangat merindukan belajar.
"Tapi di sisi lain, perlu dipikirkan bahwa kebiasaan anak dan santri ini sudah berubah. Belajar dari rumah selama dua bulan ini membuat mereka mungkin lupa akan kebiasaan yang sudah dijalankan. Nah, ini perlu dipikirkan," sambungnya.
Gus Wildan menilai, perlu ada konsep yang serius untuk recovery mental anak - anak dan santri.
Artinya, konsep ini yang akan dijadikan tenaga pendidik untuk membantu membangun karakter anak-anak kembali. Minimal, menumbuhkan semangat belajar kembali.
"Kebiasaan anak - anak bangun pagi, setelah itu mandi dan berangkat itu kan hilang selama pandemi ini. Biasanya salat berjamaah, kemarin belajar dari rumah salat sendiri dan masih banyak nilai - nilai yang hilang," tambah dia.
Ia menyampaikan, ibarat permainan, perlu dipanasi dulu atau warming up mesinnya, agar saat perjalanan tidak terjadi kendala. Sebab, sudah sekian lama anak - anak tidak tersentuh oleh pendidikan, kedisiplinan, tata krama dan lainnya.
"Mari bersama - bersama mengembalikan minat belajar anak - anak dan mengembalikan kondisi psikologis mereka. Sampaikan informasi yang benar terkait corona, jangan sampai mereka memahami hal yang salah tentang Corona," tutupnya.
Ia menyebut, perlu ada recovery mental dan karakter anak ataupun santri. Sekalipun memang ada kebijakan yang mengharuskan anak - anak tetap belakar dari rumah, lebih baik tugasnya diarahkan ke pendidikan karakter, tidak hanya tugas teoritis semata.