Keutamaan Puasa Qadha Ramadhan di Bulan Syawal, Salah Satunya Seperti Melakukan Puasa 1 Tahun
Berdasarkan hadist Rasulullah, bagi siapa yang melaksakan puasa di bulan Syawal, sama seperti puasa selama 1 tahun.
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Bulan Syawal 1441 H belum berakhir, hingga 21 Juni 2020.
Sehingga umat Islam masih memiliki kesempatan menjalankan ibadah puasa sunah yaitu puasa 6 hari Syawal, atau mengganti puasa Ramadhan di bulan Syawal.
Ini karena bulan Syawal 1441 memiliki keistimewaan tersendiri.
Berdasarkan hadist Rasulullah, bagi siapa yang melaksakan puasa di bulan Syawal, sama seperti puasa selama 1 tahun.
"Nabi Muhammad SAW bersabda "Barangsiapa berpuasa penuh di Bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam (6) hari di bulan Syawal, maka Pahalanya seperti berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).

Anjuran puasa di bulanSyawal juga diriwayatkan Rasulullah seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut:
"Diriwayatkan dari Imam bin Hushain r.a bahwa Nabi SAW bertanya kepada seorang lali-laki: "Hai ayab si Fulan! Apakah kamu berpuasa pada hari-hari bulan ini (Bulan Sya'ban)? Laki-laki itu menjawab: "Tidak, ya Rasulullah". Beliau bersabda: "Apabila kamu menyelesaikan puasamu (Pada Bulan Ramadhan). Maka berpuasalah dua hari (pada Bulan Syawal)". Riwayat lain, Imran bis Husain mengatakan: Rasulullah SAW bertanya kepada laki-laki tersebut, "Apakah kamu berpuasa pada hari-hari terakhir bulan Sya'ban)?"
(Hadis Al Bukhari nomor 1983 dikutip dari Buku Ringkasan Hadist Shahih Al-Bukhari disusun Imam Az-Zabidi, terjemahan Achmad Zaidun Cetakan Pustaka Amani Terbit 2020).
Sementara bagaimana pahala puasa Syawal seperti menjalankan puasa 1 tahun? Berikut penjelasannya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist Muslim, pahala bagi umat Islam yang menjalankan Puasa Syawal, mendapatkan pahala seperti puasa 1 tahun.
Ulama berkata "alasan menyamai puasa setahun penuh berdasarkan bahwa, satu kebaikan menyamai 10 kebaikan, dengan demikian Bulan Ramadhan menyamai 10 bulan lain (1 bulan x 10 = 10 bulan) dan 6 hari di bulan Syawal menyamai dua bulan lainnya (6 × 10 = 60 = 2 bulan). (Syahr Nawaawi 'ala Muslim (VIII/56)
Niat Puasa
Bacaan niat puasa di bulan Syawal tergantung dari puasa yang akan dikerjakan.
Jika tidak punya hutang Puasa Ramadhan dan ingin puasa di bulan Syawal saja, membaca niat puasa sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَي
(Nawaitu shauma ghadin ‘an sittatin min syawwaalinn sunnatan lillaahi ta’aalaa)
Terjemahannya, "Aku berniat puasa besok dari enam hari Syawal, sunnah karena Allah Ta’ala."
Namun jika masih punya hutang puasa Ramadhan dan ingin melaksakan puasa sunah Syawal, harus membaca niat sebagai berikut.
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى....
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini karena lebih utama mengganti utang puasa dibanding menjalankan puasa sunah, sementara pahala Puasa sunah Syawal mengikuti.
Doa buka Puasa
Jadwal waktu Maghrib atau buka puasa Surabaya, Jumat (29/5/2020) adalah pukul 18.17 WIB.
Melansir Tribun Timur berjudul "Doa Buka Puasa 5 Syawal 1441 H / 28 Mei 2020, Magrib Pukul 17.58: Tata Cara dan Niat Puasa Syawal"
Terdapat sebuah hadits shahih tentang doa berbuka puasa, yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Doa pertama:
ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah-ed.”
[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, nomor 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, nomor 4678)
Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi, “Abdullah bin Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan ….‘”
Yang dimaksud dengan إذا أفطر adalah setelah makan atau minum yang menandakan bahwa orang yang berpuasa tersebut telah “membatalkan” puasanya (berbuka puasa) pada waktunya (waktu berbuka).
Oleh karena itu doa ini tidak dibaca sebelum makan atau minum saat berbuka.
Sebelum makan tetap membaca basmalah, ucapan “bismillah” sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan, “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”. (HR Abu Daud nomor 3767 dan At Tirmidzi nomor 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)
Adapun ucapan وثبت الأجر maksudnya “telah hilanglah kelelahan dan telah diperolehlah pahala”, ini merupakan bentuk motivasi untuk beribadah. Maka, kelelahan menjadi hilang dan pergi, dan pahala berjumlah banyak telah ditetapkan bagi orang yang telah berpuasa tersebut.
Doa kedua:
Adapun doa yang lain yang merupakan atsar dari perkataan Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma adalah,
اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْألُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أنْ تَغْفِرَ لِيْ
“Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii-ed”
[Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku] (HR Ibnu Majah: 1/557, nomor 1753; dinilai hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342).