Virus Corona di Surabaya

Cerita Sedih Tim Medis Surabaya Dicacimaki & Diusir OTG Saat Diajak Isolasi, Banyak Warga Tak Sadar

Di tengah pandemi Covid-19 ( virus corona) seperti saat ini, tim medis adalah garda terdepan menyelamatkan nyawa manusia.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Iksan Fauzi
Instagram Surya Online
Foto Ilustrasi. Cerita Sedih Tim Medis Surabaya Dicacimaki & Diusir OTG Saat Diajak Isolasi, Banyak Warga Tak Sadar 

SURYA.co.id | SURABAYA - Di tengah pandemi Covid-19 ( virus corona) seperti saat ini, tim medis adalah garda terdepan menyelamatkan nyawa manusia.

Namun, tak sedikit cerita sedih menghampiri mereka dalam upaya menyelamatkan nyawa warga kota.

Pengalaman para tim medis di Kota Surabaya dalam rangka memutus rantai penyebaran COVID-19 di Surabaya membutuhkan perjuangan ekstra keras.

Tak jarang mereka dicacimaki bahkan diusir saat mengajak orang-orang yang berstatus dalam pemantauan (ODP) maupun orang tanpa gejala (OTG).

Mereka sebagian besar menolak ajalan isolasi diri. 

Para warga Surabaya yang terjaring Razia Satgas Gugus Tugas Covid 19, Minggu 3 Mei 2020. Mereka terbukti melanggar aturan jam Malam selama PSBB di Surabaya
Para warga Surabaya yang terjaring Razia Satgas Gugus Tugas Covid 19, Minggu 3 Mei 2020. Mereka terbukti melanggar aturan jam Malam selama PSBB di Surabaya (SURYA/Firman Rachmanudin)

Bahkan juga mereka menolak memberikan informasi, mendukung upaya petugas atau bahkan mengusir petugas.

Salah satu petugas medis yang kerap mendapat caci maki dan pengusiran adalah Ach. Fiqqy Fierly.

Ach. Fiqqy Fierly adalah penanggung jawab surveilans dari Puskesmas Krembangan Selatan.

Dia mengatakan acap kali kena marah warga bahkan mendapat caci maki dalam menjalankan tugasnya.

"Paling sulit itu ketika ada OTG, tidak sadar bahwa dirinya sakit, dia menolak untuk diisolasi dan diobati," katanya.

Menurut Fiqqy, di awal-awal melakukan tracing itu, tak jarang dirinya mendapat cemoohan dari warga yang tidak sadar pentingnya upaya tracing. Seperti dianggap gila, kurang kerjaan, dan beberapa cacian lain yang diterima.

Bahkan menurutnya, hal yang sama juga dirasakan oleh teman seprofesinya.

Dia yang tergabung dalam grup WhatsApp bersama rekan kerjanya, kerap mendengar cerita serupa dengan pengalaman yang ia alami langsung di lapangan.

Namun Fiqqy menyadari, hal itu menjadi resiko pekerjaannya, apalagi wabah ini memang anyar di lingkungan warga.

Sehingga memang perlu kesabaran dan ketelatenan dalam menjalankan tugas kemanusiaan ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengharapkan, warga untuk bersama-sama memutus mata rantai penyebaran COVID-19, salah satunya dengan menumbuhkan kesadaran.

Bila memang dikatakan sakit oleh petugas medis, maka harus segera isolasi diri dan menjalankan protokol yang telah ditentukan.

Upaya itu harus disadari betul demi cepatnya penanganan.

Feny juga meminta stigma buruk tentang petugas medis harus dihilangkan.

Sebaliknya, Feny meminta masyarakat memberi dukungan penuh terhadap tim medis tersebut.

“Ini harus dihadapi bersama-sama, kami tidak bisa sendirian, ayo kita dukung tim medis,” kata Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya itu.

Data virus corona di Surabaya

Jumlah kasus Covid-19 di Surabaya total 554 kasus, 399 pasien masih dalam masa perawatan, 84 pasien dinyatakan sembuh, sementara 71 pasien telah dinyatakan meninggal dunia.

Surabaya Timur memiliki total 201 Kasus.

Surabaya Timur masih menjadi daerah di Surabaya dengan penyebaran kasus Virus Corona tertinggi.

Sementara itu 108 kasus berada di Surabaya Selatan, dan 112 kasus di Surabaya Utara.

Surabaya Barat mencatatkan 71 kasus hingga saat ini, sementara Surabaya Pusat masih menjadi daerah dengan jumlah kasus terendah, yaitu 62 kasus Covid-19.

Walikota Risma keluarkan surat edaran

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan demi keamanan dan keselamatan warga.

Hal itu dituangkan Risma dalam surat edaran bernomor : 300/4157/436.8.4/2020.

Surat itu dikeluarkan Risma secara resmi pada tanggal 30 April lalu, ditujukan kepada para camat, lurah, ketua LPMK dan ketua RT/RW di 31 Kecamatan se-Surabaya.

Ada enam poin yang tercantum dalam surat edaran yang dikeluarkan Risma itu.

"Untuk warga Surabaya agar mengantisipasi dengan membatasi aktifitas malam hari. Untuk belanja kebutuhan pokok dapat dilakukan siang hari,” kata Risma.

Di poin kedua, Risma meminta warga terutama ibu dan anak perempuan diimbau untuk tidak menggunakan perhiasan atau properti yang mengundang tindak kejahatan.

Selain itu, bila berkendara agar tidak melewati jalur yang sepi terutama pada malam hari.

Tak hanya itu, di poin selanjutnya, ketika mengambil uang di ATM, warga disarankan agar tidak sendirian.

Kemudian, ketika memarkir kendaraan, baik roda dua atau pun roda empat juga diharapkan untuk memasang pengaman ganda.

Selanjutnya, saat bepergian keluar rumah mohon agar dipastikan pintu dan pagar rumah dalam keadaan terkunci.

Kepala BPB Linmas Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, surat edaran itu telah disebarkan Pemkot hingga jajaran RT/RW.

Sehingga, diharapkan dapat diinformasikan kepada seluruh warga di Surabaya.

"Untuk mencegah kriminal dan menciptakan keamanan bagi warga,” ungkap Eddy.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved