Persebaya Surabaya
BERITA PERSEBAYA Hari ini Populer, Dampak Jika Liga 1 2020 Dihentikan & Kondisi Makan Konate dkk
Berikut Rangkuman Berita Persebaya Hari ini yang Populer, Dampak Jika Liga 1 2020 Dihentikan dan Kondisi Fisik Makan Konate dkk.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Berita Persebaya Surabaya hari ini populer edisi Senin (6/4/2020), diawali dengan kabar kompetisi Liga 1 2020 yang masih ditunda akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Sekretaris tim Persebaya Surabaya Ram Surahman mengatakan, ada dampak finansial dengan ditundanya sementara Liga 1 2020 hingga 29 Mei 2020 mendatang.
Apalagi jika Liga 1 2020 benar-benar diberhentikan, Ram menyebut situasi ini akan menyusahkan bagi klub dan pemain.
Lalu, berita tentang kondisi fisik Makan Konate dkk juga terangkum dalam berita Persebaya hari ini populer.
Pelatih fisik Persebaya Surabaya Gaselly Jun Panam mengakui kondisi fisik Makan Konate dkk akan menurun seiring mandeknya kompetisi.
Berikut ulasan selengkapnya berita Persebaya hari ini populer edisi Senin, 6 April 2020.
1. Dampak saat Liga 1 2020 berhenti

Persebaya Surabaya memaklumi ditundanya kompetisi Liga 1 2020 akibat pandemi virus corona atau Covid-19 yang belakangan semakin meluas.
Sekretaris tim Persebaya Surabaya Ram Surahman mengatakan, ada dampak finansial dengan ditundanya sementara Liga 1 hingga 29 Mei 2020 mendatang.
"Finansial pasti. Persebaya di awal musim kemarin punya proyeksi, bahwa nanti ada pendapatan dari sponsor sekian, dari pendapatan tiket pertandingan kandang sekian, dari segi store sekian, sudah kami hitung. Pengeluaran akan sekian, pemasukan sekian," terang Ram Surahman, Minggu (5/4/2020).
Tak hanya tim senior, tim junior Persebaya Surabaya, juga termasuk kompetisi internal Persebaya menerima imbas dari penundaan ini.
"Jadi ini berdampak semua, tidak hanya tim senior, tim internal juga sama, semuanya dihentikan semua," tambah Ram Surahman.
Meski memiliki dampak signifikan, Ram sampaikan pihaknya bisa memahami, apalagi sisi kemanusian di atas segalanya.
"Kami bisa memahami kemanusiaan dan keselamatan juga di atas segalanya. Jadi pemberhentian sementara ini, mau tidak mau harus kami terima," ucap ria asal Benjeng, Gresik ini.
Ram juga sampaikan, di tengah situasi sulit seperti saat ini, keputusan PSSI membolehkan klub membayar gaji maksimal 25 persen dari kontrak awal untuk gaji bulan Maret hingga Juni sedikit membantu.
"Makanya dari PSSI sudah seperti itu (gaji maksal 25 persen), sedikit membantu klub, setidaknya rasionalisasi gaji itu," kata Ram.
Ram berharap situasi ini membaik sehingga kompetisi sepak bola dan masyarakat secara luas bisa kembali normal berkompetisi.
Terutama untuk sepak bola, berdampak tidak hanya pada pemain dan manajemen.
"Tidak hanya bagi klub, pemain juga, tidak ada kegiatan, tidak ada kompetisi, di dunia usaha juga, atau sponsor yang terlibat juga pasti sama," kata Ram.
Di samping itu, Ram enggan berandai-andai soal keberlangsungan kompetisi Liga 1 2020.
Persebaya Surabaya hanya bisa menunggu keputusan PSSI yang berencana kembali memutar Liga 1 2020 pada 1 Juli mendatang dengan catatan pemerintah tidak memperpanjang masa darurat COVID-19 melebihi 29 Mei.
Sebaliknya, jika masa darurat terus diperpanjang maka kompetisi Liga 1 2020 akan diberhentikan.
Persebaya Surabaya dan tim peserta lainnya semua berhadap kompetisi jangan sampai diputuskan berhenti.
"Kalau itu (keputusan PSSI) kami mengikuti saja, kami enggak mau menebak-nebak, yang pasti sejauh ini apa yang menjadi keputusan PSSI, PT LIB akan kami ikuti," terang sekretaris Persebaya Surabaya, Ram Surahman, Minggu (5/4/2020).
Ram Surahman menegaskan bahwa atas situasi ini pihaknya menempatkan sisi kemanusiaan di atas segalanya.
"Prinsipnya, Persebaya menempatkan keselamatan dan kesehatan di atas segalanya, jadi kami tidak akan nge-pus untuk ini dan itu," kata pria asal Gresik, Jawa Timur tersebut.
Ram Surahman berharap situasi ini akan cepat berakhir, terutama dengan diberhentikannya kompetisi semua pihak yang berkaitan dengan sepak bola ikut berdampak.
"Memang ini situasi sulit, mau tidak mau kami terima. Enggak ada ceritanya kami happy dengan ini, situasi ini juga menyusahkan bagi klub, pemain juga sama, semua pihak yang terkait dengan sepak bola juga pasti sama," pungkas Ram.
2. Kondisi fisik Makan Konate dkk

Pelatih fisik Persebaya Surabaya Gaselly Jun Panam mengaku, ruang gerak pemain dipastikan terbatas selama pandemi virus corona atau COVID-19. Latihan pemain secara mandiri pun dipastikan tidak bisa maksimal.
"Dan lagi untuk aktifitasnya juga terbatas karena pandemi corona ini," kata Gaselly Jun Panam, pelatih fisik persebaya Surabaya, Minggu (5/4/2020).
Terlepas sedang tidak ada aktifitas latihan bersama, tim pelatih telah menyiasati kondisi ini dengan mewajibkan pemain mengirimkan video latihan di rumaah.
Harapannya kondisi fisik pemain tetap terjaga meski tidak ada aktifitas tim pasca kompetisi dihentikan sementara sejak berakhirnya pekan ketiga Liga 1 2020.
Gaselly Jun Panam juga mengakui, kondisi fisik Makan Konate dkk akan menurun seiring mandeknya kompetisi.
Mengingat pemain Persebaya beralih melakukan individual training di rumah masing-masing setelah PSSI menghentikan kompetisi hingga 29 Mei akibat corona.
Gaseely menilai program individual training memang menjadi solusi saat kondisi seperti ini, hanya saja belum cukup untuk menyamai latihan tim seperti biasanya.
"Untuk penurunan kondisi fisik pasti ada, karena tempat dan fasilitas mungkin tidak sama dengan saat bersama tim," kata Gaselly.
Sejauh ini Bajul Ijo baru melakoni dua laga yang mana hasilnya belum sekalipun memetik kemenangan usai imbang 1-1 dari Persik Kediri dan kalah 3-4 dari Persipura Jayapura.
3. Cara Makan Konate lepas rindu ke keluarga

Gelandang asing milik Persebaya Surabaya, Makan Konate harus tetap tinggal di Surabaya. Dia tak bisa pulang ke negaranya, Mali lantaran sudah menerapkan karantina negara alias lockdown.
Makan Konate pun harus tetap tinggal di apartemen yang biasa ditinggali pemain Persebaya Surabaya selama penyebaran virus corona atau Covid-19 kendati tim sudah diliburan sejak lama.
Sejatinya Makan Konate ingin pulang ke Mali dan berkumpul dengan keluarganya di sana. Hanya saja, Mali sudah ditutup sejak 26 Maret 2020. Tidak ada penerbangan di sana.
“Sudah ada 39 kasus (di Mali). Bahkan Bandara udara di Mali sudah menghentikan aktivitas penerbangan,” kata Makan Konate dinalisr Surya.co.id dari laman Persebaya.
”Ada syariat (aturan) dari Presiden Mali, mulai jam 21 sampai jam 5 pagi semua orang berada di rumah. Dan orang-orang tidak boleh berkumpul lebih dari 50 orang apa pun aktivitasnya. Harapan saya, semua orang di Mali ikutin syariat agar dapat menekan penyebaran virus,” tutur Makan Konate.
Makan Konate mangaku, sebenarnya ingin pulang ke Mali. Dia merasa merindukan istri dan keluarganya yang berada jauh di Mali.
Kendati tetap di Surabaya, Makan Konate mengaku bersyukur istri dan keluarga lainnya dalam kondisi yang baik.
“Saya rindu sekali sama istri. Setiap hari saya komunikasi melalui telepon maupun video call sama dia terus,” aku Makan Konate.
Mantan gelandang Arema FC dan Persib Bandung ini menuturkan, istri dan keluarganya di Mali bisa mengerti dan memakluminya.
“Istri tahu situasinya sekarang, dia juga rindu saya. Alhamdulillah, istri dan keluarga semua (kondisi) baik. Untuk sekarang saya tetap di apartemen saja latihan,” cetus Makan Konate.
Makan Konate menjadi pemain asing Persebaya satu-satunya di yang tinggal di Surabaya.
Tiga pemain asing Persebaya lainnya, David da Silva, Mahmoud Eid, dan Aryn Gllen Williams sudah pulang dan tiba di negaranya masing-masing.(*)