Berita Gresik
Sudah Punya Istri Cantik, Oknum Polisi Gresik Pilih Cabuli Ibu Mertua Usia 50 Tahun, Ini 4 Faktanya
Korban pencabulan seorang oknum polisi Gresik, NS (36) diduga bukan hanya satu mertua wanitanya saja. Diduga, ada wanita lain yang menjadi korban.
Penulis: Willy Abraham | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.CO.ID | GRESIK - Korban pencabulan seorang oknum polisi Gresik, NS (36) diduga bukan hanya satu mertua wanitanya saja.
Diduga, ada wanita lain yang menjadi korban pelecehan oleh NS.
Hal itu terungkap di dalam ponsel NS yang berisi foto-foto tak senonoh wanita paruhbaya yang diduga jadi korban lainnya.
Aksi pelecehan yang dilakukan NS kepada mertua wanitanya, DM (50) dilaporkan oleh istrinya, IT (25). Paras wajah IT sebenarnya ayu, namun, suaminya malah memilih mertua wanitanya.
• Fakta Baru Oknum Polisi Beristri Cantik Tega Cabuli Mertua Berusia 50 Tahun, Ini Reaksi Kapolres
Dalam laporan yang dibuat IT dan DM, NS sering kali melakukan pecelehan di kamar tidur, bahkan aksinya dilakukan di pinggir jalan.
Perbuatan tak patut yang dilakukan NS dengan cara meraba dan menciumi mertuanya.
Alhasil, akibat ulah NS, setelah melaporkan suaminya, IT juga akan menggugat cerai. Padahal, usia perkawinannya belum setahun.
Berikut 4 fakta kasus oknum polisi Gresik dilaporkan atas dugaan pelecehan kepada mertua wanita :
1. Dilaporkan ke Propam Polres Gresik

IT bersama DM melaporkan NS ke seksi profesi dan pengamanan (Propam) Polres Gresik.
Polisi berpangkat Brigadir itu diduga mencabuli mertuanya, padahal dia belum genap setahun menikah.
NS menikah dengan IT (25) pada September 2019 lalu.
Kini, mahligai rumah tangganya di ujung tanduk karena IT segera menggugat cerai suaminya.
Saat dikonfirmasi, Kasubbag Humas Polres Gresik, AKP Hasyim Asyari membenarkan laporan yang diterima oleh pihak korban yang sudah melapor pada Jumat (27/3/2020) ke Propam.
"Iya benar," singkatnya, Sabtu (28/3/2020).
2. Cabuli mertua wanita 7 kali

Kuasa hukum korban IT (25) , Abdullah Syafi'i mengatakan korbannya adalah DM, yang tak lain adalah mertuanya sendiri berusia 50 tahun.
Saat itu korban baru memberanikan diri membuka secara terang-terangan ke keluarga karena sudah tidak kuat menerima pelecehan oleh NS sejak Desember tahun lalu.
"Total sudah 7 kali dicabuli.
Tidak sampai berhubungan badan ya," tuturnya saat dikonfirmasi awak media.
Korban baru berani melapor karena selama ini kasihan melihat anaknya yang masih berusia 25 tahun harus berpisah.
Sebab, umur rumah tangga anaknya belum sampai setengah tahun.
Namun, mengingat kelakukan menantunya itu malah semakin menjadi, DM pun melaporkan ke polisi.
Meski tinggal bersama dengan keluarga besar korban.
Pelaku malah semakin gencar melakukan aksi bejatnya.
Mulai dari meraba dan menciumnya di kamar tidur, hingga di pinggir jalan.
Bahkan melalui video call masih melakukan tindakan pelecehan.
3. Banyak gambar tak pantas di ponsel

Menurut Syafi'i, korban NS tak hanya satu.
"Korbannya tidak hanya satu. Ada juga yang akan melaporkan NS ini. Sama-sama sudah berusia lanjut," kata dia.
Kliennya juga mengaku selama ini memergoki handphone pelaku berisikan gambar-gambar wanita lanjut usia.
4. Istri minta dihukum setimpal

IT istri pelaku resmi melaporkan tindakan suaminya itu ke Mapolres Gresik.
Didampingi ibunya sendiri bersama kuasa hukum.
Dia minta agar suaminya dihukum setimpal. Setelah kasus ini, dia juga melayangkan cerai.
"Intinya, IT dan DM ingin NS dihukum seberat-beratnya dicopot dengan tidak hormat," pungkas Syafi'i.
Dikonfirmasi terpisah, NS dihubungi melalui sambungan telepon tidak kunjung menjawab.
Melalui pesan singkat juga belum dibaca hingga berita ini diturunkan.
Janda muda korban mertua nakal

Janda muda ini menjadi korban 'suami pesanan' dan mertua nakal.
Kini ia dan anaknya harus menanggung malu karena dirinya diejek sebagai pelacur.
Wanita asal Kalimantan Barat tersebut satu dari sekian banyak warga negara Indonesia yang menjadi korban perdagangan manusia berkedok pernikahan di China.
Puluhan perempuan Indonesia sepanjang 2019 dipulangkan pemerintah dan lembaga advokasi migran dari China setelah mereka terperangkap perdagangan manusia berkedok pernikahan.
Tidak ada data resmi tentang jumlah korban kasus ini, tapi sejumlah perempuan Indonesia lainnya, yang sebagian besar berasal dari Kalimantan Barat, diduga masih berupaya melarikan diri dari rumah 'suami atau mertua' mereka di China.
Walau diduga merupakan kejahatan transnasional yang melibatkan kartel perdagangan orang, belum satu pun pelaku yang dijatuhi hukuman di Indonesia.
BBC Indonesia bertemu dengan beberapa perempuan yang kerap disebut pengantin pesanan itu, baik yang berhasil kembali maupun yang masih berusaha mencari jalan pulang ke Indonesia.
"Mereka bilang tidak akan ada KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), ternyata yang saya alami lebih parah. Kalau saya mengingat pengalaman itu, rasanya mengerikan."
Pernyataan itu diutarakan Merry, perempuan asal Kalimantan Barat. Seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (22/1/2020)
Dirinya menjumpai Merry di rumah semi permanen milik orang tuanya, November lalu, tujuh bulan setelah ia pulang dari China.
Merry tak menyangka kehidupan remajanya yang sempat jatuh ke titik nadir akan semakin tenggelam saat ia terbang ke China tahun 2018.
Kala itu Merry setuju menikah dengan laki-laki asal China.
Ia bertemu lelaki itu setelah menerima tawaran dari Nurlela, sepupu perempuannya.
Merry bersedia menjalin rumah tangga dan diboyong laki-laki yang tak dikenalnya ke China.
Ia berkata, pertimbangannya adalah iming-iming kesejahteraan yang lebih baik.
"Coba kakak ikut saya nikah ke Tiongkok. Tunangan dulu, nanti bisa dapat uang 20 juta," ujar Merry
mengulang tawaran Nurlela, sepupunya yang juga pernah menjadi pengantin pesanan.
"Saya kaget. Kalau saya kerja di warung kopi, butuh berapa tahun kumpulkan uang sebanyak itu," tuturnya.
Saya sering lihat unggahan dia pamer uang. Saya janda, pasti tergiur. Saya pikir, kalau hancur, hancur sekalian, tapi saya hancur untuk anak, bukan untuk hura-hura," kata Merry.
Dan sejak itulah Merry dikenalkan Nurlela kepada sejumlah orang yang belakangan ia sebut bagian dari sindikat perdagangan orang.
Dari Kabupaten Landak, Merry dibawa laki-laki yang disebutnya sebagai comblang ke Pontianak, kota terbesar di Kalimantan Barat, berjarak sekitar empat jam perjalanan dari rumahnya.
Di Pontianak, Merry mengaku bertemu tiga laki-laki asal China.
Merry berkata, dua orang di antaranya merupakan agen perkawinan, sementara satu orang laki-laki lainnya adalah calon suaminya. "
Calon kamu pengusaha, kalau kamu nikah sama dia pasti enak, tidak akan menyesal. Kamu bisa pulang ke Indonesia kapan pun," kata Merry merujuk pernyataan comblangnya.
"Hidup mati saya sudah tidak ada yang tahu" Sejak saat itu proses perkawinan Merry dengan laki-laki China itu pun dimulai, dari pertunangan bernuansa tradisi Dayak hingga urusan administrasi paspor dan visa.
Berbeda dengan perkawinan pertamanya, Merry mengaku tidak ada unsur cinta dalam rumah tangga keduanya.
Ia pun tak menguasai Mandarin, bahasa yang digunakan suami keduanya.
Akhir tahun 2018, dibiayai comblang, Merry terbang ke China bersama ayahnya.
Setibanya di Beijing, Merry diajak keluarga suaminya berkeliling kota, termasuk ke Lapangan Tiananmen.
Dan hari-hari yang tak pernah Merry bayangkan terjadi setelah ayahnya pulang ke Indonesia, kondisi yang ia sebut sebuah perangkap.
"Aktivitas saya dari pagi nyapu, ngepel, nyuci pakaian, masak, lalu masuk ke kamar. Sorenya begitu lagi. Setiap hari. Saya tidak tahu kenapa tidak boleh keluar rumah, mertua bilang dia takut saya diculik orang," kata Merry.
"Bulan Desember bapaknya mulai kurang ajar. Saya menerima pelecehan seksual. Saya kasih bukti ke suami, tapi dia tidak percaya. Saya dipukul kayu."
"Handphone saya diambil. Pamannya cekik saya, bibinya pegang tangan saya, ibunya tarik ponsel dari tangan saya."
"Saya putus hubungan dengan keluarga. Hidup mati saya sudah tidak ada yang tahu. Setiap hari kepala saya dipukul. Saya cuma bisa pasrah dan berdoa," ujar Merry.
Merry berkata suaminya tidak pernah mengirim uang untuk keluarganya di Landak, Kalimantan Barat.
Ibu mertuanya malah menyuruhnya bekerja membuat kerajinan tangan, tanpa upah. April 2019, Merry menerima tawaran bekerja di pabrik gelas.
"Saya pikir kalau saya tidak ambil peluang itu, seumur hidup saya akan terus di rumah suami," ucapnya.
Di pabrik itu, Merry ditugasi menyusun gelas ke dalam kardus. Walau keluar rumah, ibu mertua Merry tetap menunggui dan mengawasinya di pabrik.
Meski begitu, Merry berkata itu adalah peluang terbesarnya untuk kabur dan pulang ke Indonesia.
"Saya berdoa terus dalam hati. 'Kalau memang ini peluang saya kabur, Tuhan tolong saya.' Saya menunggu kesempatan terus."
"Hari ketujuh kerja di sana, sekitar jam 12 siang, saya lihat ada pintu untuk naik ke tembok, saya panjat walaupun tidak tahu apa di balik dinding itu.
Ternyata kandang babi, saat saya lompat mereka teriak, saya berlari sejauh mungkin." "Saya cari taksi.
Saya bilang ke sopir mau ke KBRI, tapi dia tidak mengerti bahasa saya.
Saya cuma bilang, 'Beijing, Beijing!'" Dan itu bukanlah akhir dari pelarian Merry.
Uang di kantongnya tak cukup mengantarnya ke Beijing. Sopir taksi membawa Merry ke kantor kepolisian.
Di sana, kata Merry, ia tak mendapatkan jaminan mendapat pertolongan untuk pulang ke Indonesia.
Ia mengaku diinapkan kepolisian setempat di sebuah kamar sewaan selama sepekan.
Tak ada bekal makanan atau minuman, seminggu itu Merry bertahan dengan cara meneguk air keran.
Selama penantiannya itu, Merry bertemu perempuan pengantin pesanan asal Indonesia.
Lia, nama perempuan itu, menyarankan Merry menuliskan kondisi dan rencananya untuk pulang ke Indonesia ke Facebook.
Dan dari unggahan itulah, Serikat Buruh Migran Indonesia mengenal Merry dan akhirnya membantu kepulangannya.
Merry hingga kini belum dapat melupakan rentetan peristiwa di China yang ia sebut mengerikan.
Saat saya menemuinya di Landak, Merry hanya berdiam diri di rumah orang tuanya.
Ia mengaku sesekali ke ladang membantu ayahnya mencari sayuran di pinggir hutan.
Merry belum berpikir untuk kembali bekerja. Perundungan tetangga membuatnya kecil diri.
Cercaan juga didapatkan anaknya yang sekarang duduk di bangku kelas empat SD.
"Tetangga saya bilang 'anak saya anak pelacur, mamamu lonte'. Anak saya yang paling kecil kalau pulang sekolah biasanya nangis karena malu," ujar Merry.
"Dia mengeluh, 'Ma kalau kita ada uang, kita pindah ya dari sini. Aku tidak tahan'. Saya bilang, 'Biarlah orang mau ngomongin kita apa, kita terima saja.'"
"Berat sekali mendengar orang mencibir kita, mau mencari kerjaan pun malu. Sekarang saya cuma bertopang pada bapak. Saya cuma bisa cari rebung dan sayur di hutan," tuturnya.
Polisi Hamili Gadis

Kasus oknum polisi di jajaran Polres Bantaeng menyetubuhi wanita hamil 7 bulan menjadi perbincangan publik.
Bahkan, suami dari wanita tersebut, berinisial SU memergoki sendiri persetubuhan yang dilakukan oknum polisi berinisial Bripka BA (42) di sebuah rumah di Desa Papanloe, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Saat memergoki perbuatan itu, SA dan BA sempat adu jotos. Bahkan, efek dari polisi selingkuhi wanita hamil ini, SA melaporkan ke instansi BA dinas dan ke Propam Bantaeng.
Namun, ada kekhawatiran dari Kapolres Bantaeng, AKBP Wawan Sumantri jika kasus itu semakin besar.
Karena itu, Wawan meminta semua pihak tidak membesar-besarkan kasus tersebut.
Wawan sebelumnya telah membenarkan adak buahnya tepergok bersetubuh dengan wanita hamil istri orang lain.
Baginya, kekhawatiran tersebut masuk akal karena sang perempuan sedang hamil tujuh bulan.
"Kita harap ini tidak dibesar-besarkan karena JU sedang hamil 7 bulan.
Nanti dia stres dan nekat bunuh diri dan lain-lain," kata AKBP Wawan Sumantri, dikutip dari TribunTimur.com (grup SURYA.co.id), Selasa (28/1/2020).
Wawan Sumantri mengungkapkan, anggotanya itu bakal diproses sesuai hukum yang berlaku.
"Dilaporkan sudah, pidana dan kode etiknya juga sudah jalan," kata Wawan, dikutip dari TribunTimur.com, Selasa (28/1/2020).
"Anggota saya juga sudah ditahan, internal ya. Keluarga juga sudah ketemu dengan saya," jelasnya.
Menurutnya, Bripka BA bisa saja dipecat sebagai anggota kepolisian.
Namun, sementara ini untuk pidanananya selama sembilan bulan.
Sebelumnya, Bripka BA (42), tepergok sedang setubuhi wanita yang bukan istrinya berinisial JU, Jumat (24/1/020) lalu.
Suami JU, SA memergoki keduanya tengah berzina di sebuah rumah di Desa Papanloe, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Terungkap bahwa JU dan SA sehari-harinya berjualan di kantin tempat BA bertugas yakni di Mapolsek Pajukukang.
Lalu, JU sebagai ibu kantin dan BA ternyata menjalin hubungan asmara.
Saat tepergok oleh SA, keduanya hanya memakai celana dalam.
Melihat perbuatan dari istri dan anggota polisi tersebut, SA meluapkan emosinya.
Ia terlibat adu jotos dengan Bripka BA di lokasi kejadian.
Suami JU kemudian melaporkan oknum Polisi itu dengan kasus perzinaan.
Ia juga melaporkan perzinaan tersebut ke Propam Polres Bantaeng terkait pelanggaran kode etik dan disiplin.