Virus Corona di Surabaya

Masker dan Hand Sanitizer kian Langka di Pasaran, ini Langkah Pemprov Jawa Timur

Kelangkaan masker dan hand sanitizer kian terasa di Jawa Timur. Komoditas barang tersebut seolah menghilang di pasaran .

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Parmin
Foto Humas ITS
Proses produksi Hand Sanitizer di laboratorium kimia, Jumat (13/3/2020). Masker dan hand sanitizer di Jatim kian langka. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Kelangkaan masker dan hand sanitizer kian terasa di Jawa Timur. Komoditas barang tersebut seolah menghilang di pasaran .

Bila adapun, harga per kotak masker di Jawa Timur masih melambung di harga Rp 270 ribu.

Atas kondisi ini Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Bagus Sasmito mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan koordinasi dan turun cek lapangan. Hasilnya memang terjadi kelangkaan di berbagai tempat.

“Terkait masalah kelangkaan, berdasarkan laporan dan pemantauan masker dan hand sanitizer di beberapa ritel modern dan apotek ditemukan bahwa ketersediaan masker di ritel-ritel moderen jauh berkurang, bahkan sebagian besar kosong. Hand Sanitizer dan juga kosong, termasuk alkohol dalam kadar tertentu juga,” tutut Bagus Sasmito, Senin (16/3/2020).

Berdasarkan penelusuran toko moderen dan apotek franchise, untuk masker hampir tiap hari ada kiriman dari distribution center masing-masing. 

Akan tetapi jumlah tidak banyak, berkisar 10 sampai dengan 20 paket masker. 

Setiap paket terdiri dari 3 sampai dengan 5 buah masker. Dengan suplai tersebut masker langsung habis pada hari itu juga, karena peminat banyak.

Sedangkan untuk handsanitizer kosong dalam waktu yang cukup lama atau sekitar 1 bulan.

Lantaran sudah terjadi peningkatan permintaan yang tajam sehingga dibutuhkan adanya suplai tambahan.

“Untuk harga jual masker dan hand sanitizer dijual dengan harga normal di toko moderen dan non franchise (selain Kimia farma atau K24) atau lokasi tidak di jalan utama Masker masih ada stock, dan tidak ada dibatasi pembelian. 

Hand sanitizer ukuran kecil barang sangat sedikit, dan dijual dengan harga Rp 70.000, apotik tidak berani beli karena harga cukup tinggi di distributor, apotik tidak berani melakukan stock dalam jumlah banyak.

Apabila membutuhkan dalam jumlah banyak barang masih ada dan akan dikomunikasikan dengan distributor.

Sedangkan masker dijual dengan harga tinggi 1 box isi 50 buah seharga Rp 250.000 sampai dengan Rp 275.000.

Padahal harga normal Rp 30.000 sd Rp 50.000 per box,” kata Bagus.

Untuk itu, Bagus mengatakan bahwa pihaknya merekomendesikan kepada industri masker, sarung tangan karet dan hand sanitizer di Jawa Timur.

Untuk menambah kapasitas produksi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dalam mengantisipasi situasi terkini akibat penyebaran COVID-19.

 “Lalu juga kepada Industri Kecil Menengah (IKM) disarankan memproduksi subtitusi 3 (tiga) barang tersebut sesuai pada point 1 (satu) dengan bahan baku sesuai kearifan lokal Jawa Timur dan sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku,” kata Bagus.

Terkait perihal tata niaga yaitu mekanisme pembelian atau penjualan produk tersebut diminta kepada produsen untuk dapat menjual secara langsung atau tanpa perantara kepada Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dan apotek. 

“Aprindo dan apotek kami usulkan untuk melakukan pembatasan pembelian masker, sarung tangan dan hand sanitizer dengan harga wajar kepada konsumen perorangan dan apabila ada reseller melakukan pembelian dalam jumlah banyak hendaknya menunjukkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang berlaku,” tegasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved