Berita Surabaya
Rombong Gorengan Nenek di Dinoyo Surabaya Diobok-obok Pria Tak Dikenal, Uang Hasil Dagangan Raib
Mbah Hawati (65) pedagang gorengan dan buah potong keliling di kawasan Jalan Dinoyo, Surabaya, menjadi korban pencurian.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id | SURABAYA - Mbah Hawati (65) pedagang gorengan dan buah potong keliling di kawasan Jalan Dinoyo, Surabaya, menjadi korban pencurian.
Rombong dorong berisi dagangannya diacak-acak seorang pria tak dikenal saat Hawati menunaikan Salat Zuhur di sebuah masjid di kawasan pemukiman Dinoyo.
Sedikitnya uang Rp 45 ribu hasil dagangannya raib. Padahal uang itu bakal disetorkan ke pemasok gorengan dan buah-buahan yang dijualnya.
Aksi pencurian itu sempat terekam kamera Closed Circuit Television (CCTV) di masjid tersebut.
Rekaman video CCTV berdurasi 33 detik itu sempat beredar di kanal informasi media sosial warga kawasan Dinoyo dan memantik rasa geram pada sosok pelaku.
Penjaga parkir sebuah toko roti, Sumarsono (45) mengungkapkan, insiden pencurian tersebut sebenarnya terjadi tiga hari lalu, tepatnya pada Senin (9/3/2020).
Namun, Mbah Hawati baru tahu jikalau dirinya menjadi korban aksi pencurian itu, pada Rabu (11/3/2020) kemarin.
Itupun, ungkap Sumarsono, setelah Mbah Hawati ditunjukkan rekaman video CCTV dari ponsel salah seorang warga yang bersimpati.
"Mbah Hawati ternyata enggak tahu, tahunya dia dagangannya sudah acak-acakan, tempat uangnya," ujarnya saat ditemui, Kamis (12/3/2020).
Mbah Hawari ternyata tidak melaporkan insiden pencurian yang dialaminya itu ke pihak Kepolisian.
Mbah Hawati berujar kepada Sumarsono, bahwa dirinya mengikhlaskan uangnya raib dibawa sesosok pria yang terekam CCTV mengenakan kaus lengan pendek dan bercelana panjang warna gelap.
"Untung uang yang ada di dalam rombongnya enggak diambil. Ya hanya uang receh di atas rombong, hasil jualan," tutur warga yang berdomisili Waru, Sidoarjo itu.
Kendati begitu, Sumarsono mengaku geram dengan aksi pria tersebut yang tak mengetahui kondisi korban yang sudah sepuh dan renta dari sosok Mbah Hawati.
Mbah Hawati sudah berjualan gorengan dengan gerobak dorongnya itu sejak puluhan tahun lalu.
Sekitar pukul 09.30 WIB, ungkap Sumarsono, Mbah Hawati biasanya sudah berjualan di area parkir yang dijaganya.
Lalu, saat waktu menginjak pukul 11.00 WIB, Hawati akan bergeser ke lokasi lainnya, yakni di depan sebuah toko roti di kawasan Jalan Dinoyo, Surabaya.
Lalu, sekitar pukul 12.00 WIB, kalau dagangannya masih banyak, Hawati mulai masuk ke kawasan pemukiman di Jalan Dinoyo Tangsi.
"Jualannya cuma sedikit, beberapa aja, cepat habis kok. Biasanya pas Azhar sudah balik pulang gak sampai jam 16.00 WIB," tukasnya.
Sumarsono bergumam, kendati Mbah Hawati yang menjadi korban pencurian memilih mengikhlaskan uangnya raib dan tak melapor ke kepolisian.
Namun ia dan sejumlah warga di kawasan sekitar lokasi kejadian mengaku geram dengan pelaku.
Disinggung mengenai sosok pelaku, Sumarsono mengatakan, dirinya dan sejumlah warga di kawasan itu tidak ada yang kenal.
"Warga juga banyak enggak tahu pelaku. Seandainya masyarakat kenal, langsung tunjuk oh ini si A. Pada enggak tahu," jelasnya.
Termasuk Hawati sendiri, selaku korban, tak pernah melihat sosok pelaku.
"Sama mbah hawari, bilang enggak kenal. Ya disekitar situ juga enggak pernah kelihatan," pungkasnya.