Berita Surabaya

Kreator 'Kisah Tanah Jawa': Selalu Ada Pesan Baik dari 'Yang Tak Kasat Mata'

Dalam buku, kami menggambarkan dan mendeskripsikan secara detail dunia mereka. Kami menggunakan point of view dari yang bisa melihat makhluk ghaib,"

surabaya.tribunnews.com/christine ayu nurchayanti
Para kreator Kisah Tanah Jawa (kiri) saat menandatangani buku di Ciputra World Mall Surabaya. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Berawal dari konten di media sosial, Kisah Tanah Jawa (KTJ) kini telah bisa dinikmati melalui medium buku.

Pada 2019 lalu, KTJ resmi menerbitkan trilogi buku terbarunya yakni 'Kisah Tanah Jawa: Bank Ghaib', 'Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul', dan 'Kisah Tanah Jawa: Unit Ghaib Darurat'.

Bonaventura Genta, pemimpin Kisah Tanah Jawa mengatakan, tiga buku terbaru tersebut menjabarkan artikel pendek dari dua buku sebelumnya, yakni 'Kisah Tanah Jawa' dan 'Kisah Tanah Jawa: Jagat Lelembut'.

"KTJ mengambil cerita dari mitos, kepercayaan, dan legenda di Jawa berdasarkan 'konon katanya'. Nah, ketiga buku ini menjawab mitos dan mistis buku-buku sebelumnya menjadi kesatuan cerita yang lebih detail. Lengkap dengan contoh kasus dan para pelakunya," ungkap Genta kepada Surya.

Untuk mendapatkan jawaban dari konon katanya itu, tim KTJ pun melakukan investigasi, mulai dari menggali dari narasumber sampai terjun langsung ke lokasi.

"Beberapa yang kami kunjungi Blitar, Klaten, dan Jakarta. Tidak ada yang bisa lepas dari sejarah. Kami menceritakan kisah tragis di masa lalu, ini yang dianggap masyarakat sebagai kisah horror," Genta menambahkan.

Melalui KTJ, Genta dan rekan-rekannya ingin menyampaikan pelajaran hidup dari masa lalu.

"Salah satu tim kami, Om Hao, bisa berkomunikasi dengan makhluk ghaib. Mereka yang tak kasat mata banyak yang bercerita, banyak pelajaran yang bisa diambil," ujar Genta.

Misalnya, buku 'Pocong Gundul' mengisahkan tentang seseorang yang ingin menjadi sakti. Sayangnya, ia harus melakukan perjanjian dengan sosok gaib.

Dalam pengabdiannya, ia menjelma menjadi pocong gundul dengan energi paling kuat. Ia bisa muncul kapan saja.

"Meskipun yang kami ceritakan dalam 'Pocong Gundul' ialah dukun, ia tetap memberi pelajaran. Seburuk apapun atau sejahat apapun makhluk tak kasat mata, tetap ada hal baik yang bisa diambil," Genta memaparkan.

Penggarapan masing-masing buku ketiga Kisah Tanah Jawa membutuhkan selama kurang lebih satu sampai dua bulan. Total mitos yang diusung mencapai 90 sampai 100.

"Di masa lalu, Jawa merupakan pulau yang maju. Banyak kepercayaan kejawen yang dianut oleh para leluhur yang membuktikan tingkat spiritual yang tinggi. Pola tingkah ini yang menjadi inspirasi dalam menulis buku ini," katanya.

Mengisahkan kejadian yang tidak dilihat oleh orang banyak memberikan tantangan tersendiri bagi Genta dan tim. Menurutnya, setiap kisah harus disampaikan secara baik.

"Dalam buku, kami menggambarkan dan mendeskripsikan secara detail dunia mereka. Kami menggunakan point of view dari yang bisa melihat makhluk ghaib. Harapannya bisa diterima oleh logika para pembaca," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved