Cerita Kaum Milenial di Banyuwangi Berani Beli Rumah, Daripada Ngopa-Ngopi Duitnya untuk Uang Muka

Fikri mengaku tidak sulit selama proses pengajuan KPR. Bahkan dia banyak dibantu oleh marketing BTN hingga realisasi.

Pada pertengahan 2017, Fikri akhirnya membeli rumah dengan ukuran tanah 9 x 11 meter, dengan luas bangunan 36 meter persegi senilai Rp 125 juta.

Fikri mendapat KPR senilai Rp 99 juta, cicilan Rp 750.000 tiap bulan dengan bunga flat 5 persen selama 15 tahun.

Ukuran tanah rumah Fikri lebih luas, karena berada di pojok dengan kelebihan tanah 27 meter persegi. Luas tanah rumah di lingkungan perumahan Fikri rata-rata 72 meter persegi.

"Uang mukanya sebenarnya ringan hanya Rp 5 juta. Belum lagi ada cash back Rp 5 juta. Jadi saya hanya membayar kelebihan tanah, itupun juga masih bisa dicicil," kata Fikri.

Sejak berniat membeli rumah, usai menikah pada 2016, Fikri dan istrinya mengilangkan biaya "senang-senang" untuk bisa membayar uang muka.

"Saya dan istri memutuskan untuk lebih berhemat. Keinginan untuk membeli barang-barang seperti baju baru, handphone baru dan lainnya kami hentikan, ditabung untuk bayar uang muka," katanya.

Dengan gaji Fikri sebagai THL sekitar Rp 2 juta lebih dipotong cicilan KPR Rp 750.000, memang dirasa kurang untuk kebutuhan hidup. Namun menurut Fikri, sejak memiliki rumah hidupnya lebih tertata.

Diapun kian semangat untuk mencari tambahan pemasukan. Kini dia membuka usaha jasa servis dan jual beli alat-alat komputer dan handphone melalui online yang dia beri nama Pixel.

"Sejak punya rumah saya dan istri lebih semangat bekerja," tambah Fikri.