Imlek di Surabaya
Pemuda Tionghoa-Jawa Bersatu di Tarian Singa, Berharap di Tahun Baru Imlek ini Indonesia lebih Maju
Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan atraksi kesenian barongsai dan leang-leong. Pertunjukan tarian singa dan naga ini selalu menjadi daya tarik.
SURYA.co.id | SURABAYA - Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan atraksi kesenian barongsai
dan leang-leong.
Pertunjukan tarian singa dan naga ini selalu menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat menyaksikannya.
Singa dipercaya sebagai binatang yang baik.
Orang-orang yang melakukan tarian tersebut melambangkan pembawa keberuntungan, dan kekuatan untuk mengusir roh-roh jahat.
Tari barongsai selalu menampilkan warna merah bertujuan menciptakan suasana meriah, serta membawa
kebahagiaan bagi para penonton.
Atraksi barongsai dilakukan dua penari dengan mengenakan kostum singa.
Penari di posisi depan akan menjadi bagian depan tubuh singa, sementara penari di belakang akan menjadi bagian tubuh belakang singa.
Mereka kemudian menari sambil diiringi alunan musik dan bunyi petasan, seperti
gendang, simbal, dan gong.
Salah satu klub barongsai yang menampilkan kekuatan penuh pada momen Imlek di Klenteng Sanggar
Agung, Kenjeran, Kota Surabaya.
Namanya Tim Tarian Singa dan Naga Ksatria.
Klub yang terbentuk pada 2005 ini beranggotakan 39 orang dari berbagai penjuru Surabaya.
Terdiri anggota suku Jawa 10 orang dan Tionghoa 20 orang, ditambah partisipan Jawa lima dan Tionghoa empat orang.
Steering Comitte Tim Tarian Singa dan Naga Ksatria Citra Satria Ongkowijoyo mengatakan, semua anggota berasal dari berbagai suku.
Tanpa memperhatikan warna kulit, ras, dan agama yang dianut.