Jatim Rawan Bencana

BPBD Jatim : Cuaca Ekstrim Sepanjang 2019, 459 Bencana Alam Telah Terjadi di Jawa Timur

459 kejadian bencana alam yang dipengaruhi oleh cuaca ekstrim tersebut, menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi

surya.co.id/ahmad zaimul haq
Petugas dibantu warga memangkas dan menepikan pohon yang roboh di Jl A Yani, Minggu (5/1/2019). Hujan deras disertai angin kencang melanda Kota Surabaya dan sekitarnya mengakibatkan banyak pohon bertumbangan diterpa angin. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, mencatat, sepanjang tahun 2019, total 459 kejadian bencana alam telah terjadi di seluruh wilayah Jawa Timur.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD, Suban Wahyudiono, saat ditemui SURYA.co.id, Sabtu (4/1/2020) pagi.

“Sebanyak 459 kejadian didominasi bencana hidrometeorologi. Dengan urutan bencana angin kencang 209 kejadian. Disusul kemudian bencana banjir 115 kejadian, Peristiwa kebakaran hutan dan lahan 87 kejadian, dan urutan yang terakhir adalah tanah longsor sebanyak 34 kejadian,”jelasnya.

Suban menambahkan, 459 kejadian bencana alam yang dipengaruhi oleh cuaca ekstrim tersebut, menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang aman, lantaran rumah mereka mengalami kerusakan yang parah.

“Rumah yang rusak akibat dampak dari bencana alam sebanyak 4963 rumah, 12628 rumah terendam akibat bencana banjir, fasilitas umum yang rusak mencapai 150. Sedangkan korban yang meninggal dunia sebanyak 15 jiwa, 64 korban jiwa mengalami luka luka, dan 2234 orang yang mengungsi akibat bencana alam. Yang paling banyak terjadi pada bencana alam di Batu kemarin sebanyak 1357 orang karena angin kencang,” imbuhnya.

Berdasarkan kajian dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BNPB), Jawa Timur memiliki 13 ancaman yang terdiri dari 11 ancaman bencana alam, 1 bencana likuifaksi dan 1 bencana non alam.

“Dari 38 kota dan kabupaten, 666 kecamatan, dan 8501 desa dan kelurahan di Jawa Timur, tercatat sebanyak 2742 desa dan kelurahan berpotensi tinggi mengalami bencana alam,”ungkapnya

Agar tidak menimbulkan banyak kerusakan, lanjut Suban, BNPB sudah mengeluarkan surat Kamis (31/10/2019), tentang pengurangan resiko bencana dan kesiap siagaan menghadapi cuaca ekstrim yang terjadi pada 2019 dan 2020.

“Pada hari Jumat (6/12/2019) lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengirimkan surat tentang prakiraan kondisi iklim di Jawa Timur dari Bulan Desember 2019, sampai Bulan Februari 2020, akan terjadi puncak musim hujan. Maka,Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengeluarkan surat status siaga darurat bencana hidrometeorologi, Senin (16/12/2019) lalu,” terangnya.

Dengan dikeluarkan surat tersebut, BPBD Jawa Timur menindaklanjuti dengan menyediakan sejumlah perlengkapan.

Di antaranya adalah menyediakan transportasi seperti mobil dapur umum, alat pemantau tinggi air, arus angin maupun cuaca, dan pengintegrasian kebencanaan,ambulans, alat komunikasi, perahu karet, truk serbaguna, toilet umum, lampu penerawangan, ribuan jerigen air, serta tenda yang akan digunakan untuk berkoordinasi dengan relawan sekitar.

Selain menyediakan peralatan tersebut, BPBD Jawa Timur juga mendirikan alarm peringatan dini (Early Warning System) di sekitar tempat yang rawan bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi dan lain lain.

Menurut Suban, penyelenggaran penanggulangan bencana alam mengalami perubahan secara pola pikir.

Dari statusnya yang responsif, kini menjadi preventif.

Halaman
12
Sumber: Surya Cetak
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved