Citizen Reporter

Sejuta Cinta untuk Gus Dur di Komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang

Sejuta Cinta untuk Gus Dur di Komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada malam puncak acara haul akbar, Sabtu (21/12/2019), dihadiri para tokoh

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
Citizen Reporter/Akhmad Kanzul Fikri
Sejuta Cinta untuk Gus Dur di Komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang 

SURYA.co.id - Ribuan pecinta Gus Dur tumpah ruah di kompleks pondok pesantren Tebuireng, Jombang.

Kedatangan para muhibbin itu guna menghadiri puncak acara Haul ke-10 Gus Dur yang sudah berlangsung beberapa hari sebelumnya.

Rangkaian acara haul itu berupa seminar, khataman Alquran, Seribu Rebana, dan khitanan massal.

Pada malam puncak acara haul Gus Dur, Sabtu (21/12/2019), dihadiri para tokoh nasional, pengasuh pondok pesantren, pejabat setempat dan diakhiri dengan ceramah Gus Baha’, kiai muda fenomenal dari Rembang.

Bagi masyarakat, Gus Dur adalah sosok inspiratif yang jasa dan pemikirannya tak lekang oleh waktu.

Tema tentang Gus Dur selalu menarik untuk dikaji, diseminarkan, hingga dibukukan oleh para pengamat dari lintas disiplin.

Namanya pun selalu disebut sebagai Bapak Toleransi selaras dengan tulisan di nisan makamnya, “Di Sini Berbaring Pejuang Kemanusiaan”.

Pada sambutan pembuka, KH Sholahudin Wahid selaku pengasuh Tebuireng menandaskan akan pentingnya persatuan bangsa yang harus dijaga bersama di tengah suburnya isu radikalisme dan intoleransi.

Hal ini dinyatakannya dengan beberapa kasus konflik di negara-negara Timur Tengah yang sedang bergejolak.

Haul ke-10 Gus Dur itu juga terasa spesial. Ada beberapa testimoni dari tiga sahabat Gus Dur yang menceritakan kisah persahabatannya ketika aktif mendampingi sewaktu menjadi Presiden RI.

Lain halnya dengan Gus Baha’. Ia memberikan ulasan menarik bahwa kehebatan Gus Dur di kancah internasional dan spirit heroismenya tak serta merta datang begitu aja.

Ada warisan DNA dari sang Kakek, yakni KH Hasyim Asy’ari, yang sudah terlebih dulu meletakkan fondasi jaringan internasional ketika berada di Mekkah,

“Pada 1936, Mbah Hasyim menginisiasi konsep bela negara dengan delegasi beberapa negara di depan Multazam, Kabah,” tutur Gus Baha’.

Kisah sejarah itu adalah salah satu contoh betapa tongkat estafet perjuangan Mbah Hasyim mengalir deras dalam membentuk karakter Gus Dur menjadi sosok yang berpikiran luas (hurriyatul fikri) serta memiliki jejaring Internasional yang kuat.

Haul ke-10 Gus Dur menyisakan kesan yang mendalam bagi para pecintanya. Mereka tak beranjak hingga acara usai pada pukul 23.30 demi mendapatkan berkah para ulama.

Kenangan tentang Gus Dur akan selalu terpatri disetiap para pengagumnya. Ideologi kebangsaannya akan selalu abadi sebagai suri teladan bagi generasi mendatang.

Akhmad Kanzul Fikri
Ketua Yayasan PP Al-Aqobah Jombang
akhmadkanzulfikri87@gmail.com

Sumber: Surya
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved