Kilas Balik
4 FAKTA Aksi Pasukan Bertopeng Tumpas Begal Sadis di Era Soeharto, Jadi Inspirasi Presiden Duterte
Terungkap sejumlah fakta di balik operasi penumpasan begal sadis di era presiden Soeharto yang menyisakan pro dan kontra
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Terungkap sejumlah fakta di balik operasi penumpasan begal sadis di era presiden Soeharto yang menyisakan pro dan kontra
Mantan Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Petrus, Yosep Adi Prasetyo menyebut pelaksana penumpasan menggunakan pakaian serba hitam dan bertopeng
Fakta selanjutnya ada pengakuan seorang mantan begal sadis bernama Bathi Mulyono
Dirangkum SURYA.co.id dari berbagai sumber, berikut rangkuman fakta aksi pasukan bertopeng saat menumpas begal sadis di era Soeharto
1. Operasi penumpasan lebih sadis
Salah satu yang menentang keras tindakan ekstrim Soeharto menumpas begal sadis adalah Mantan Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Petrus, Yosep Adi Prasetyo
Melansir dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap', Tempo, PT Gramedia 2015, Yosep menceritakan nasib para preman di era Soeharto
Menurut Yosep, nasib para preman di era Soeharto lebih tak tenang saat Benny Moerdani diangkat menjadi panglima ABRI dan panglima Kopkamtib pada Maret 1983
Yosep mengungkapkan kalau Benny Moerdani mengadopsi metode yang pernah digunakan di Yogyakarta
"Operasi dilanjutkan dan lebih sadis lagi.
(Metode) yang di Yogyakarta diadopsi oleh Benny" kata Yosep
Yosep juga mengungkapkan hasil penyelidikan Komnas HAM menyimpulkan kalau pelaksana Petrus selalu memakai topeng dan berpakaian hitam
"Mereka memakai topeng dan berpakaian hitam-hitam.
Mereka menjemput sasarannya pada tengah malam dengan menggedor rumahnya.
Kalau orangnya keluar, dia dieksekusi di depan keluarganya" kata Yosep Adi Prasetyo