Berita Banyuwangi
Kiprah Sekolah Sayur Banyuwangi, Delegasikan Pelajar SMP ke Pelosok Desa
Siswa-siswa di Sekolah Sayur sudah lakukan ini sebelum isi pidato Mendikbud Nadiem Makariem saat peringatan Hari Guru Nasional menjadi viral
SURYA.co.id | BANYUWANGI - Isi pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makariem, saat peringatan Hari Guru Nasional, telah lama dilakukan oleh siswa-siswa di Sekolah Sayur Banyuwangi jauh sebelum pidato itu viral.
Banyuwangi Islamic School (BIS), di Genteng Kulon, Banyuwangi, Jawa Timur, atau yang dikenal dengan Sekolah Sayur, didirikan oleh Muhammad Farid pada 2005. Dijuluki Sekolah Sayur, karena siswa yang sekolah di sini membayar uang sekolah memakai sayur mayur.
Kegigihan Farid itu membuatnya menjadi salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards, pada 2010, kategori pendidikan.

Di Sekolah Sayur ini, telah menerapkan isi pesan yang disampaikan Mendikbud dalam pidato dua halaman yang beredar di media sosial WhatsApp dan Facebook itu.
Dalam pidato itu, Nadiem mengajak guru membuat perubahan dalam mengajar ke murid-muridnya. Mengajak kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar. Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas. Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas. Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri. Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.
Tidak hanya mengajar dan berdiskusi di kelas, Sekolah Sayur mengirimkan siswa-siswanya untuk mengajar ke sekolah-sekolah di pelosok desa. Padahal Sekolah Sayur merupakan sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun mereka telah terbiasa untuk mengajar ke SMP yang jauh dari rumah mereka.
Muhammad Farid, pendiri Sekolah Sayur mengatakan, tiap dua bulan sekali para siswa ditugaskan untuk mengajar ke Sekolah Dasar (SD) asal mereka. Bahkan ada siswa Sekolah Sayur yang telah dikontrak oleh sekolah asal mereka.
Sementara tiap empat bulan sekali mereka didelegasikan ke sekolah-sekolah (SMP) di pelosok desa ke berbagai kabupaten sekitar Banyuwangi, seperti Jember, Lumajang, Probolinggo, untuk mengajar murid-murid di lembaga pendidikan setingkat SMP.
”Tiap dua bulan sekali para siswa pulang ke kampung halaman namun kami beri tugas untuk mengajar di sekolah asal mereka. Dua bulan sekali para siswa kami bagi menjadi beberapa kelompok untuk mengajar ke sekolah-sekolah lain di berbagai daerah,” kata Farid.
Dalam tugas pendelegasian itu, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok berisi lima sampai enam orang yang terdiri dari kelas VII, VIII, dan IX. Mereka harus menginap selama satu minggu di sekolah tersebut, dan hanya dibekali laptop.
Setelah Tidak Menjadi Bupati Banyuwangi, Anas Sudah Ditunggu Sebagai Dosen |
![]() |
---|
Erupsi Gunung Raung Berangsur Menurun, Meski Harus Tetap Diwaspadai |
![]() |
---|
Citilink Sudah Beterbangan di Langit Banyuwangi, GI dan Batik Air Masih Waspadai Abu Vulkanik |
![]() |
---|
Peringati World Cancer Day, Banyuwangi Gelar Tes IVA Gratis |
![]() |
---|
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan Ajak Warga Banyuwangi Galakkan Gerakan Berwisata di Indonesia |
![]() |
---|