Berita Malang Raya

Adanya Perubahan Tren, Hingga Kini Tercatat Sudah 10 Perempuan Terlibat Aksi Terorisme di Indonesia

Kasus terbaru adalah istri dari bomber Medan yang merencanakan bom bunuh diri Bali dalam waktu dekat.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id/Montase
ILUSTRASI - Terorisme 

SURYA.co.id | MALANG - Hingga tahun 2019 ini, tercatat 10 orang perempuan terlibat sebagai pelaku terorisme di Indonesia. Pada 2018 saat tragedi bom Surabaya dan Sidoarjo, tercatat ada 11 anak dan tiga perempuan.

Kasus terbaru adalah istri dari bomber Medan yang merencanakan bom bunuh diri Bali dalam waktu dekat.

Dijelaskan Ruby Kholifah, Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN), adanya keterlibatan perempuan dalam aksi bom bunuh diri sebagai adanya perubahan tren terorisme.

”Semula perempuan jihad menjaga keluarga dan menjaga komitmen suami jihad yaitu laki-laki jihad di medan perang. Lalu, perempuan mendukung secara ekonomi jihadnya suami,” ungkap perempuan penerima N-Peace dalam rilisnya, Jumat (22/11/2019).

Ruby mengatakan,  banyak faktor mengapa perempuan terlibat dalam aksi itu.

Seperti faktor kemiskinan, media sosial, keyakinan akan kebenaran tunggal, perasaan kurang diakui di keluarga, kurangnya komunikasi dengan orang tua dan janji manis dari faktor eksternal.

”Untuk itu, kami percaya bahwa keterlibatan yang produktif dengan wacana tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam pencegahan kekerasan ekstremisme akan memberikan dasar yang lebih baik tentang akar penyebab keterlibatan perempuan dalam faktor-faktor ekstremisme,” papar Ruby.

Karena itu pihaknya bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang akan menggelar Indonesia Peacebuilder Forum 2019 yang akan dilaksanakan di 26 – 28 November 2019 di Malang.

Rencananya, acara ini akan menghadirkan lebih dari 15 pakar di bidang perdamaian dan ekstremisme se-Asia Pasifik. Antara lain Azyumardi Azra , Amalina Abdul Nasir (Singapore) dan Melisa Johnson (Australia) serta 300 orang peserta dari kawanan Asia Pasifik juga.

Pengalaman dan pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan kekerasan ekstremisme, pendekatan gender dan ulasan tentang bagaimana pendekatan gender digunakan untuk menanggapinya.

Selain itu, juga agar dapat menyusun strategi kebijakan dan intervensi di masa depan pada pencegahan dan penanganan kekerasan ekstremisme.

Dikatakan, "Indonesia Peacebuilders Forum 2019" merupakan upaya untuk menjadi platform di mana para praktisi, akademisi, pembuat kebijakan dan sektor swasta dapat bertemu untuk mencerminkan dan mendorong pendekatan seluruh masyarakat dengan kepatuhan terhadap kesetaraan gender dan hak asasi manusia.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved