Travel
Pesona Kayangan Api di Desa Sendangharjo Bojonegoro, Tak Padam Meski Diguyur Hujan
Wisata yang mengandalkan daya tarik api abadi di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur .
Penulis: M. Sudarsono | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | BOJONEGORO - Sebuah tempat wisata yang mengandalkan daya tarik api abadi terdapat di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur .
Wisata yang dinamakan Kayangan Api tersebut merupakan fenomena alam (geologi, red), di mana terdapat kandungan gas bumi di titik lokasi yang bisa menimbulkan atau memunculkan api.
Namun tempat tersebut mempunyai nilai histori yang kuat,rentetannya dengan cerita tentang kerajaan Majapahit yang diyakini tak terlepas dari Kayangan Api.
Menurut Kepala Desa Sendangharjo, Prasetyo mengatakan, Kayangan Api merupakan tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit .
Di sebelah barat sumber api, terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.
Tempat tersebut diyakini masyarakat sudah ada sejak abad ke 12 atau 1200 masehi,saat masa kerajaan Majapahit.
Api sendiri tidak padam saat terjadi hujan, hanya saja jika disertai angin kencang maka berpotensi padam.
“Kalau hanya hujan saja api tidak padam, tapi kalau disertai angin maka bisa padam dan kita harus mincing menyalakan api agar kembali,” ujarnya kepada SURYA.co.id, Jumat
(1/11/2019).
Diambil Hanya Untuk Ritual Khusus
Meski wisatawan yang datang bisa menikmati fenomena alam itu secara langsung, namun tidak diperbolehkan membawa api dari lokasi.
Kepala Desa Sendangharjo, Prasetyo mengungkapkan, api di wisata ini memang disakralkan tidak boleh digunakan sembarangan.
Biasanya api hanya digunakan untuk ritual tertentu, seperti pengambilan api pada HUT Pemkab Bojonegoro,maupun pengambilan api pada PON Jatim yang kemarin diselenggarakan.

“Api tidak boleh untuk sembarangan, hanya untuk kegiatan tertentu digunakan pada obor,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pengambilan api untuk obor juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan, harus melalui ritual yang dipimpin oleh juru kunci.
Setelah serangkaian proses dilaksanakan, maka api bisa digunakan untuk obor.
Seperti yang kerap terjadi, obor dibawa oleh pelari mulai dari lokasi hingga tempat yang dituju,missal di Pendopo Pemkab.
“Jadi harus ada yang memimpin untuk pengambilan apinya,tidak boleh diambil sembarangan,” katanya mengulas.
Kegiatan Sedekah Bumi
Kepala Desa Sendangharjo, Prasetyo menambahkan, dalam segi budaya, wisata kayangan api terdapat kegiatan sedekah bumi yang biasanya dilaksanakan setelah panen raya padi, antara bulan 5,6, dan 7, setiap Jumat Pahing, setahun sekali pelaksanaannya.
Sedekah bumi biasanya menampilkan kesenian langen tayub, makanan khas tape ketan yang menjadi hidangan saat acara berlangsung.
Sementara untuk peningkatan taraf ekonomi, dikatakan Kades sangat memberikan dampakbagi desa.
Sebab tempat parkir diswakelolakan dan juga warga sekitar membuat lapak di wisata kayangan api.
Wisata Kayangan Api juga bisa memberikan dampak bagi desa, dan juga masyarakat, baik dalam segi kebudayaan maupun peningkatan taraf ekonomi,” ucap Kades.
Ditambahkannya, saat ini warga sekitar yang menggantungkan perkonomiannya di wisata kayangan api ada 8-10 orang.
Tidak setiap hari tempat ini ramai dipenuhi pengunjung, hanya pada hari tertentu seperti akhir pekan dan hari libur nasional.

Untuk masuk di wisata kayangan api, masyarakat cukup mengeluarkan uang sekitar Rp 10 ribu, rinciannya untuk parkir Rp 3 ribu dan untuk masuk Rp 7.500.
Dengan sejumlah nominal tersebut, pengunjung sudah bisa menikmati pesona api abadi.
“Untuk yang berjualan ada 8-10 warga sekitar. Ramainya kalau akhir pekan dan hari libur nasional, termasuk sebelum dan sesudah lebaran,” kata Prasetyo.
Terus Dieksplore untuk Menarik Minat Wisatawan
Kabag Humas Pemkab Bojonegoro, Masirin menyatakan, memang kayangan api ini sangat istimewa sekali karena tidak padam saat terjadi hujan, ini merupakan fenomena alam.
Pihak Pemkab juga terus berupaya melestarikan wisata tersebut sebagai kekayaan alam yang dimiliki Bojonegoro.
Di antaranya dengan menggelar berbagai event menarik di Kayangan Api.
“Kita buat event juga sebagai bentuk melestarikan kekayaan alam kayangan api, ada event musik jazz dan beebrapa event lainnya,” ujar Masirin
Selain itu, Pemkab Bojonegoro juga terus melakukan perbaikan sarana dan prasarana agar mempermudah akses.
Selain itu juga mempublikasikan setiap ada kegiatan melalui media sosial.
“Perbaikan fasilitas kita lakukan di wisata kayangan api, setiap kegiatan di situ diekspos di media sosial,” kata Masirin.
Dijelaskannya, upaya publikasi melalui media sosial bukanlah tanpa maksud.
Pemkab dengan berbagai cara ingin sekali mengangkat potensi wisata kayangan api, sehingga bisa menarik wisatawan untuk datang berkunjung.
Melalui akun media sosial Dinas Pariwisata dan Kebudayaan maupun akun humas Pemkab, kegiatan selalu diunggah agar bisa disaksikan masyarakat dunia maya.
Bahkan, pernah ada wisatawan Bule dari beberapa Negara juga sempat berkunjung di Kayangan Api.
“Pernah ada rombongan dari Bulgaria, meksiko dan Negara lain berwisata di kayangan api, responnya luar biasa bagusnya. Poinnya Pemkab terus berupaya meningkatkan potensi wisatanya,” pungkasnya.