Ribuan Santri dari Berbagai Daerah Belajar di Kampung Santri Sidosermo
Kampung yang menjadi pusat pondok pesantren di Surabaya sejak era sebelum kemerdekaan ini akan diangkat potensinya sebagai kampung wisata heritage
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Kampung santri di Sidosermo, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, yang terkenal dengan sebutan Nderesmo - nderes lan moco - kini mulai dibangun dan ditata oleh pemerintah kota Surabaya.
Kampung yang menjadi pusat pondok pesantren di Surabaya sejak era sebelum kemerdekaan ini akan diangkat potensinya sebagai kampung wisata heritage dan wisata religi.
Hingga saat ini ada ribuan santri yang sehari-hari menuntut ilmu di 21 pesantren yang ada di Nderesmo.
Mereka datang dari berbagai daerah untuk menuntut ilmu agama.
Salah satu yang cukup terkenal di kampung Nderesmo adalah pendidikan hafalan Alquran. Hanya dalam waktu satu hingga dua tahun saja, para santri yang mengambil program hafalan al-qur'an sudah bisa lulus dan hafal 30 juz.
"Sebenarnya di Nderesmo ini ya bukan hanya program aku langsung pulang Quran tapi juga ada diniyah, ada Tsanawiyah dan juga ada Aliyah namun untuk hafalan Qur'an memang cukup banyak peminatnya," ucap Muhammad Abdullah Basyaibah, Pengasuh Pondok Pesantren Annajiyah Timur.
Abdullah mengatakan, sistem hafalan al-qur'an di pondok pesantren Kampung santri ini relatif sama. Yaitu dengan cara repetisi atau pengulangan hafalan.
Para santri yang mengambil pendidikan hafalan al-qur'an setiap pagi siang dan juga sore melakukan setoran hafalan al-qur'an kepada Ustad ataupun Ustadzah maupun kiai dan bu nyai di masing-masing pondok.
Dengan metode tersebut dan juga penjagaan hafalan bisa membantu para santri untuk segera lulus dan juga hafal 1 Kitab Alquran.
para santri yang mengambil program hafalan Qur'an juga beragam usianya Jika dilihat dari usia ada yang masih remaja sembari sekolah Tsanawiyah maupun Aliyah sambil menghafal Alquran ada pula yang sudah lulus pendidikan formal dan juga mengambil pendidikan hafalan al-qur'an secara khusus.
"Metode yang digunakan sejauh ini ya 'setoran' itu karena itu yang paling cocok dan tentunya yang kita sampaikan adalah mengamalkan Alquran itu yang lebih penting," ucap Abdullah.
Untuk santrinya sendiri, dikatakan Abdullah, berasal dari berbagai daerah ada yang dari Jawa Timur misalnya Probolinggo, Situbondo, Madura, dan kawasan Pantura.
Ada juga beberapa santri yang datang jauh dari luar pulau seperti Lampung dan juga dari lain provinsi seperti Jawa Tengah.
Abdullah antusias Jika kampung ini dijadikan Kampung Santri. Namun yang perlu diperhatikan adalah akses dan fasilitas daya dukung gabung santri harus juga dikuatkan oleh pemerintah kota Surabaya.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Ahmad Nasrohuddin, Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU Cabang Surabaya yang juga pengasuh pondok.