Lapsus

Jumlah Pasien Akibat Kecanduan Gawai di RSJ Tiap Tahun Mengalami Kenaikan

Jumlah pasien kecanduan gadget di RSJ Menur tiap tahun mengalami kenaikan. Rentang usia pasien kecanduan gadget ini mulai 4 tahun hingga 18 tahun

Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id/Benni Indo
ILUSTRASI - Pasien gangguan jiwa di RSj Menur Surabaya. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Jumlah pasien kecanduan gadget di RSJ Menur tiap tahun mengalami kenaikan. Rentang usia pasien kecanduan gadget ini mulai  4 tahun hingga 18 tahun.

Psikiater Anak dan Remaja RSJ Menur, dr Ivana Sajogo SpKJ (K) mengatakan pada 2019 rata-rata pasien yang terdiagnosa kecanduan gadget sebanyak 1-2 orang per bulannya.

"Padahal 2018 sebulan saya belum tentu mendapatkan pasien kecanduan gadget. Tapi tahun ini, per bulan selalu dapat pasien,” kata Ivana saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (18/10/2019).

Namun, Ivana belum bisa memberikan jumlah total pasien kecanduan gadget sepanjang 2019.  Yang saya catat mulai September sampai Oktober, jumlahnya sudah mendapat 10 pasien," lanjutnya. 

Ivana menyebutkan, fenomena kecanduan gadget mulai terjadi sekitar 2016.

Kala itu, game online mulai bermunculan, media sosial mulai digandrungi pengguna gadget dari segala usia.

Dia menceritakan, dari  pengalamannya menangani masalah pada  anak dan remaja, khususnya kecanduan gadget, hanya segelintir pasien saja yang terdiagnosis murni kecanduan gadget.

Mayoritas masalah kecanduan gadget muncul, karena adanya faktor utama seperti ADHD, korban bullying hingga tak mau sekolah, pola asuh inkonsistensi dan depresi. 

Selain itu, mendiagnosa kecanduan gadget pada pasien bukanlah perkara mudah. Sebab, banyak orang tua pasien tak gamblang membeberkan masalah yang dihadapi anaknya.

Terkadang Ivana harus melakukan wawancara beberapa bulan dulu, sampai orang tua pasien terus terang jika anaknya kecanduan gadget. 

Itu terjadi saat dia mendapat pasien termuda, usianya 4 tahun. Awalnya orangtua mengeluhkan anaknya tak bisa bicara dan pemarah. Dia pun mengira sang anak mengalami speech delay. 

"Tapi setelah saya ulik dengan wawancara, orang tua mengaku sejak umur 6 bulan sampai usai 4 tahun sang anak sudah terbiasa diberikan hiburan lewat ponsel. Karena senang, akhirnya dia tak bisa lepas dari ponsel dan jarang berinteraksi. Hal itu yang membuat komunikasi anak terhambat. Ini salah satu contoh murni kecanduan ponsel atau gadget," jelasnya.

Oleh sebab itu, pola asuh orang tua sangatlah penting untuk mencegah anak kecanduan ponsel. Memang, setiap orang tak bisa menghindar dari perkembangan teknologi, begitu juga anak-anak dan remaja.

Akan tetapi, mereka butuh arahan dan pendampingan orang tua ketika bermain ponsel atau gadget jenis lain. Tak kalah penting otang tua wajib membatasi durasi bermain ponsel. Komunikasi efektif dengan anak juga sebaiknya selalu dibangun.

Sementara itu, Psikiater Anak dan Remaja Poliklinik Jiwa RSUD Dr Soetomo dr Yunias Setiawati SpKJ (K) mengatakan, setiap tahun jumlah pasien terus meningkat. Dalam setahun kenaikan jumlah pasien mencapai 30 persen," katanya.

Dia menyebutkan, adiksi gadget atau internet berkaitan dengan kesenangan dan kenikmatan.

Kesenangan dan kenikmatan itu muncul karena meningkatnya dopamin pada otak ketika mereka bermain gadget.

Anak 3 Tahun Kecanduan Gawai Susah Dikontrol, Sheila Cemas Si Buah Hati Jadi Pemarah

NEWS ANALISIS - Adiksi Gawai Berakibat Klinis

Diagnosa adiksi gadget atau internet meliputi pemikiran selalu berfokus pada gadget, online sepanjang waktu, gagal dalam upaya mengurangi mengendalikan dan menghentikan penggunaan gadget.

“Lalu perasaan gelisah dan tersinggung bila tidak bertemu internet atau gadget. Lainnya, prestasi sekolah menurun dan menantang orang tua," pungkasnya.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved