BJ Habibie Meninggal Dunia

BJ Habibie Sempat Minta Pulang saat Akan Temui Utusan dari Amerika, Alasannya Bikin Ajudan Terharu

BJ Habibie Sempat Minta Pulang saat Akan Temui Utusan dari Amerika, Alasannya Bikin Ajudan Terharu

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Tribunnews/Heruddin
BJ Habibie Sempat Minta Pulang saat Akan Temui Utusan dari Amerika, Alasannya Bikin Ajudan Terharu 

SURYA.co.id - Ajudan BJ Habibie, TB Hasanuddin, menceritakan pengalaman uniknya saat mendampingi Habibie. 

Melansir dari Kompas TV, Hasanuddin mengatakan bahwa Habibie pernah meminta kembali ke rumah hanya untuk secangkir kopi. 

Bukan kopi biasa, rupanya kopi itu dibuat langsung oleh istrinya, Ainun Habibie

 "Pada suatu saat, Bapak itu sudah ditunggu oleh beberapa pejabat dari luar negeri, oleh beberapa utusan dari Amerika. Ada utusan dari beberapa negara," ujar Hasanuddin.

"Begitu dalam konvoi 100 meter, beliau memerintahkan untuk kembali lagi. Kami kembali ke kediaman, kemudian Bapak lari ke meja makan dan Bapak lari minum kopi," terang Hasanuddin.

Presiden ke-3 RI BJ Habibie Dirawat Intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Begini Kondisi Terbarunya
Presiden ke-3 RI BJ Habibie Dirawat Intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Begini Kondisi Terbarunya (Ist Tribun Bali)

Hasanuddin lalu memberikan komentar kepada BJ Habibie.

"Saya agak protes saya bilang, 'Bapak, kenapa Bapak tidak perintahkan saya untuk mengambilanya atau kami buatkan di Istana', 'Oh tidak, ini ibumu yang buat, saya harus menghormatinya. Kasihan Beliau sudah bangun pagi-pagi membuatkan secangkir kopi masa tidak saya minum'," ujar Hasanuddin menirukan jawaban BJ Habibie.

Hasanuddin mengaku terharu mendengar pernyataan Habibie.

"Di situ saya benar-benar merasa tergugah benar benar rasa hormat saya semakin dalam. Itu satu kelebihan dari beliau. Dan banyak hal yang bisa saya ceriatakan," ungkapnya.

Sebelumnya, ia menuturkan seperti kehilangan sosok ayah dalam hidupnya.

"Saya benar-benar kehilangan seorang ayah, seorang Bapak," ujar Hasanuddin.

TB Hasanuddin mengungkapkan pribadi BJ Habibie di matanya. (Capture Kompas Tv)
Ia mengaku banyak hal yang dipelajarinya sejak mengikuti BJ Habibie.

"Banyak yang saya pelajari dan yang saya dapat selama menjadi ajudan Presiden. Suka dan duka kami tahu persis keadaannya," paparnya.

Disebutkannya, bahwa sosok BJ Habibie merupakan pibadi yang dekat dengan pembantunya.

Tak hanya itu, Beliau juga tak segan untuk berdiskusi dan mendengarkan masukan dari orang di sekitarnya.

"Kami tahu beliau adalah tokoh yang seorang negarawan tetapi juga yang dekat dengan para pembantu beliau. Jadi kalau sudah duduk dengan saiapa saja dan mau berdiskusi mau mendengarkan masukan dari seorang kolonel seperti saya," kata Hasanuddin.

"Mau duduk mendengarkan dan mau menyampaikan. Dan yang paling penting beliau adalah seorang suami dan Bapak yang sangat baik. Setia dan menjadi panutan kita semua," paparnya.

Tohir Ungkap Hal Janggal Sebelum Kecelakaan Maut Innova vs Bus Mira di Nganjuk, Ini Pengakuannya

Kenangan Soeharto dengan BJ Habibie

Soeharto memiliki kenangan tersendiri saat pertama kali bertemu dengan Bacharuddin Jusuf Habibie yang kala itu masih muda

Seperti diketahui, meninggalnya BJ Habibie pada Rabu (11/9/2019) kemarin meninggalkan banyak kenangan bagi bangsa Indonesia

Tak terkecuali dengan Soeharto yang merupakan teman dekat BJ Habibie saat mereka bersama-sama memimpin Indonesia di Orde Baru

Habibie menjabat sebagai Presiden Indonesia ketiga setelah Presiden Indonesia kedua, Soeharto mundur.

Presiden ke-3 RI BJ Habibie Dirawat Intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Begini Kondisi Terbarunya
Presiden ke-3 RI BJ Habibie Dirawat Intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Begini Kondisi Terbarunya (Ist Tribun Bali)

Sebelumnya, BJ Habibie dipercaya oleh Soeharto untuk menjadi Wakil Presiden Indonesia, Menteri Negara Riset dan Teknologi, serta Kepala Badan Pengusahaan Batam.

Habibie memang termasuk salah satu orang dekat sekaligus kepercayaan Soeharto

Dilansir dari Majalah Bobo dalam artikel berjudul ' BJ Habibie, Dari Jalan Bau Massepe ke Jalan Merdeka Selatan', kedekatan mereka ternyata sudah terjalin sejak Habibie masih remaja.

Bacharuddin Jusuf Habibie, begitu nama lengkap Habibie, lahir 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan, 155 kilometer dari Ujungpandang.

Habibie yang punya panggilan kesayangan Rudy, adalah anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowardoyo, yang berasal dari Yogya.

Saat proses melahirkan Habibie di rumah, sang Ibunda tercinta dibantu oleh sanro, sebutan suku Bugis untuk bidan.

Di rumah yang terletak di Jalan Bau Massepe Nomor 5 Parepare itulah Habibie menghabiskan masa balitanya.

Pada waktu pendudukan Jepang, keluarga Alwi Abdul Jalil Habibie mengungsi ke Kampung Lanrae, Desa Nepo, Kecamatan Mallusetasi.

Tentu, Habibie yang waktu itu masih berusia 6 tahun ikut serta.

Di Desa Lanrae itulah Habibie kecil senang berenang di sungai. Tak cuma sebentar tapi betah berjam-jam.

la juga sering memandikan kuda kesayangannya yang bernama La Bolong alias si Hitam.

Ia memang sangat gemar menunggang kuda, dan bertindak sebagai joki.

Bila sedang bosan menunggung kuda, Habibie kecil kemudian sibuk main layang-layang, kadang main kelereng atau juga mallogo (permainan daerah Bugis menggunakan tempurung kelapa berbentuk segitiga).

Habibie cilik tidak lama di Parepare.

Tugas sang Ayah sebagai Kepala Jawatan Pertanian Sulawesi Selatan membuat seluruh keluarga pindah ke Makassar.

Kebetulan saat itu Soeharto bertugas sebagai Komandan Brigade III Garuda Mataram untuk menumpas pemberontakan Kapten Andi Aziz.

Markas pasukan Brigade III berada di depan rumah Habibie di Jalan Klaperlaan.

Soeharto saat pecahnya G30S PKI
Soeharto saat pecahnya G30S PKI (Ist)

Soeharto pun sering berkunjung ke rumah Habibie.

Suatu malam di tahun 1950, ayah Habibie meninggal dunia ketika tengah menjalankan sholat Isa.

Sedang ibunya sedang mengandung anaknya yang kedelapan.

"Ya, waktu itu saya yang baru berusia 13 tahun cuma bisa menangis," kenang Habibie.

"Pak Harto memeluk saya, sembari berkata: sabar. Bib. Bapakmu orang baik, meninggal sewaktu sholat."

Sang Ibu pun bersumpah di sisi jenazah suaminya untuk terus menyekolahkan anak-anaknya.

Atas anjuran ibunya, Habibie berangkat ke Bandung masuk SMP 5 dan kemudian melanjutkan di SMA Kristen Jalan Dago.

Lulus dari SMA tersebut, Habibie sempat kuliah sebentar di ITB jurusan elektro.

Tahun 1955, Habibie mendapat bea siswa untuk belajar di Jerman Barat.

Tapi sungguh tak sia-sia ia menimba ilmu di mancanegara.

Berkat kecerdasannya yang luar biasa ia berhasil meraih gelar doktor di bidang konstruksi pesawat terbang dengan predikat summa cumlaude.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved