Video Penyebab Kerusuhan di Manokwari Dihapus, Berisi Hoaks 43 Mahasiswa Papua Ditangkap

Polri menelusuri pemilik akun penyebar hoaks 43 mahasiswa Papua ditangkap. Pemilik akun telah menghapus konten penyebab kerusuhan di Manokwari.

Editor: Iksan Fauzi
Montase/Kompas.com
Kerusuhan di Manokwari yang berujung pembakaran gedung DPRD Papua Barat, Senin (19/8/2019). 

SURYA.co.id | JAKARTA - Polri menelusuri pemilik akun penyebar hoaks 43 mahasiswa Papua ditangkap di Surabaya.

Namun, pemilik akun telah menghapus konten sebagai penyebab kerusuhan di Manokwari hingga membuat massa membakar gedung DPRD Papua Barat, Senin (19/8/2019) pagi.

Kendati demikian, Polri akan melakukan profilling terhadap pemilik akun tersebut. Sebab, akun yang kontennya sudah viral, mudah ditemukan pemiliknya.   

Menurut keterangan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, massa terprovokasi konten negatif tersebut sehingga berunjuk rasa yang berbuntut kerusuhan di Manokwari.

"Untuk pengecekan hari ini, untuk isi konten video tersebut sudah dihapus pemilik akun tapi jejak digitalnya yang sudah viral akan sulit terhapus," ujar Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin.

UPDATE Video Vina Garut, Pelaku Kabur ke Jakarta hingga Perannya di Video 3 Pria Lawan 1 Wanita

"Kami masih menunggu proses profiling dan pendalaman yang menyebarkan konten tersebut," kata dia.

Kendati demikian, polisi khususnya Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri terus melakukan penelusuran terhadap akun dan konten tersebut.

Tanggapan Kapolri hingga Permintaan Maaf Gubernur Khofifah soal Kerusuhan di Manokwari Papua

Menurut Dedi, konten-konten tersebut berisi berita bohong atau hoaks terkait penangkapan 43 mahasiswa Papua di Surabaya.

Salah satu hoaks tersebut mengungkapkan bahwa ada mahasiswa yang meninggal.

Pembakaran Gedung DPRD Papua Barat di Manokwari, Senin (19/8/2019).
Pembakaran Gedung DPRD Papua Barat di Manokwari, Senin (19/8/2019). (DOK KOMPAS TV)

"Awal mulanya dari akun hoaks itu, akun-akun yang disebarkan ada yang bilang mahasiswa Papua meninggal dunia akibat kejadian tersebut, itu sudah kami stempel hoaks," tuturnya.

Terkait penangkapan tersebut, awalnya, polisi menerima laporan mengenai perusakan bendera merah putih di asrama mahasiswa Papua.

Kemudian, polisi memeriksa beberapa mahasiswa yang tinggal di asrama.

Karena tidak menemukan unsur pidana, kepolisian pun melepaskan mereka kembali.

Kerusuhan di Manokwari Diduga Massa Terprovokasi Penangkapan Mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang

Menurut Dedi, polisi mengevakuasi mahasiswa Papua tersebut untuk menghindari bentrok dengan masyarakat.

"Itu kami mengevakuasi untuk menghindari bentrok fisik antara masyarakat setempat dengan teman-teman mahasiswa Papua," kata Dedi.

"Awalnya kan memang terjadi perusakan terhadal Bendera Merah Putih, itu provokasi awal sehingga masyarakat setempat melakukan pengepungan," tuturnya.

Diberitakan, protes atas penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang, masih berlanjut di Manokwari, Papua Barat, Senin pagi.

Aksi massa ini berunjung anarkistis.

Kerusuhan di Manokwari, Papua Barat.
Kerusuhan di Manokwari, Papua Barat. (Kompas TV)

Pengunjuk rasa membakar kantor DPRD Papua Barat di Jalan Siliwangi, Manokwari.

Selain Gedung DPRD, massa juga membakar sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat.

Tidak hanya itu, massa juga melakukan pelemparan terhadap Kapolda Papua Barat dan Pangdam XVIII/Kasuari yang datang menenangkan massa.

Untuk menghentikan aksi anarkis tersebut, polisi terpaksa menembakkan gas air mata.

Hingga saat ini, kepolisian dibantu TNI masih melakukan negosiasi dengan massa di Manokwari dan bersiaga di lapangan.

Polri menerjunkan 7 SSK (satuan setingkat kompi), sementara TNI menerjunkan 2 SKK untuk mengendalikan situasi di Manokwari.

Ada pihak inginkan kerusuhan 

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, ada pihak yang sengaja menginginkan terjadi kerusuhan di Papua.

Mereka menyebar hoaks foto mahasiswa yang tewas disebabkan kejadian di Jawa Timur.

"Ada yang punya kepentingan tertentu dengan menyebar foto hoaks tentang mahasiswa Papua yang tewas di Jawa Timur," katanya saat mengunjungi korban serangan terduga teroris di RS Bhayangkara Polda Jatim, Senin (19/8/2019).

Aksi kerusuhan di Manokwari, kata Tito, berawal dari peristiwa kecil di Malang dan Surabaya.

Ada ungkapan yang dianggap merendahkan masyarakat Papua.

"Tapi itu sudah dilokalisir, lalu muncul hoaks yang sengaja disebarkan untuk kepentingan tertentu," ujarnya.

Gedung DPRD dibakar massa yang diduga terprovokasi media sosial.
Gedung DPRD dibakar massa yang diduga terprovokasi media sosial. (Kolase/Kompas.com)

Tito berharap warga Papua tidak mudah terpancing dengan berita hoaks yang tidak jelas sumbernya.

Kepada warga di luar Papua, dia berharap bisa menjalin komunikasi dan persaudaraan yang baik dengan warga Papua.

"Warga Papua adalah saudara kita sendiri, jangan mudah diadu domba dengan informasi yang tidak jelas sumbernya," kata Tito.

Tito juga mengajak warga Manokwari untuk tetap menjaga perdamaian dan cinta kasih karena Manokwari adalah kota religius dan kota Injil, kota dimana ajaran Kristiani pertama kali masuk di tanah Papua.

Aksi kerusuhan di Manokwari, Papua Barat pecah sejak Senin Pagi.

Massa disebut membakar gedung DPRD dan sejumlah kantor instansi lainnya.

Kerusuhan dipicu kejadian di Surabaya dan Malang yang disebut telah menghina warga Papua.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved