Breaking News:

Berita Trenggalek

Potret Sutoyo, Warga Trenggalek, Sukses Kembangkan Perekonomian Warga Watulimo Lewat Minyak Atsiri

Di tempat penyulingan milik Sutoyo di Trenggalek, mayoritas bahan minyak atsiri yang dipakai adalah daun dan batang cengkeh.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: irwan sy
aflahul abidin/surya
Sutoyo, warga Trenggalek pembuat minyak atsiri 

SURYA.co.id | TRENGGALEK - Aroma menenangkan langsung tercium ketika datang ke tempat penyulingan minyak atsiri milik Sutoyo (59) di Desa Watulimo, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Ada dua tangki besar yang masing-masing bisa mengola 600-650 kilogram (kg) minyak atsiri kelihatan menonjol.

Di dekat tangki itu, para pekerja sibuk menjaga pengapian. Mereka memasukkan daun-tangkai cengkeh hasil pengolahan atsiri untuk bahan bakar. Hal ini untuk memastikan tak ada limbah yang terbuang percuma.
Sementara di sisi lain, minyak atsiri murni mengalir pelan memenuhi wadah-wadah penyimpanan yang disiapkan.

"Dalam sehari kami minimal produksi dua tangki minyak atsiri. Kalau lagi musimnya, bisa sampai enam tangki," kata Sutoyo, kepada Surya beberapa waktu lalu.

Minyak atsiri adalah bahan dasar wangi-wangian dan minyak gosok untuk pengobatan alami.

Di tempat penyulingan milik Sutoyo, mayoritas bahan minyak atsiri yang dipakai adalah daun dan batang cengkeh.

"Sekitar 75-80 persen produksinya minyak atsiri cengkeh. Kalau ditambah nilam, jumlahnya bisa 90 persen. Sisanya dari bahan-bahan yang lain," ungkap dia.

Cengkeh relatif mudah didapat di Kecamatan Watulimo daerah lain di kecamatan pesisir Kabupaten Trenggalek.

Makanya, bahan baku itu yang paling banyak dipakai untuk minyak atsiri.

Selain nilam, bahan baku lain yang juga dipakai, yakni pala, jeruk purut, sereh wangi, dan kenanga.

"Cengkeh yang dipakai daun dan tangkainya, kalau nilam itu daun dan batangnya, pala pakai buahnya, sere daun dan batang juga, sere wangi juga begitu, kalau kenanga yang dipakai bunganya," jelas Sutoyo.

Produksi atsiri di tempat sejauh 30 menit dari pusat Kabupaten Trenggalek itu membutuhkan banyak bahan baku.

Maka, Sutoyo mengaku tak bisa bekerja sendiri.

Ia membina 15 mitra yang tersebar di Kecamatan Watulimo, Pule, Dongko, Panggul, Munjungan, hingga Kabupaten Pacitan.

Para mitra itu bertugas mengirim bahan-bahan minyak atsiri untuk diolah.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved