Kilas Balik

Profil Tatang Koswara Legenda Sniper Terbaik TNI AD, Tak Sengaja Masuk Militer, ini Kisah Heroiknya

Berikut Profil Tatang Koswara Legenda Sniper Terbaik TNI AD, Tak Sengaja Masuk Militer, ini Kisah Heroiknya

Kolase KOMPAS.com/Reni Susanti dan SURYA/ds
Profil Tatang Koswara Legenda Sniper Terbaik TNI AD 

SURYA.co.id - Profil Tatang Koswara sudah tak asing lagi di kalangan militer Indonesia terutama TNI AD

Profil Tatang Koswara cukup melegenda dan dikenal sebagai sniper terbaik TNI AD

Dilihat dari profilnya tercantum di Wikipedia, kemampuan Tatang Koswara sebagai sniper bahkan telah masuk dalam rekor dunia

Letnan Satu (Purn) Tatang Koswara lahir di Cibaduyut, 12 Desember 1946 dan meninggal dunia di Jakarta, 3 Maret 2015

Tatang Koswara adalah seorang Sniper atau penembak runduk TNI-AD yang terbaik

Suasana Mencekam Seusai Soeharto Lengser, Wiranto Kerahkan Pasukan dan Barikade ke Rumah Cendana

Tatang Koswara
Tatang Koswara (KOMPAS.com/Reni Susanti)

Tatang mulai masuk militer melalui jalur Tamtama di Banten pada 1966.

Meski punya ijazah sekolah teknik (setara sekolah menengah pertama), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah sekolah rakyat (saat ini sekolah dasar).

Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kisah "Sniper" Terbaik Dunia Selamat dari Maut karena Merah Putih (2)"', Tatang mengaku awalnya ia tidak sengaja masuk di dunia militer.

“Ayah saya memang seorang tentara. Tapi, saya (awalnya) tidak berniat untuk menjadi tentara,” ucap Tatang di kediamannya di lingkungan kompleks TNI AU, Cibaduyut, Bandung

Saat itu Tatang disuruh ibunya mengantar sang adik untuk mendaftar anggota TNI.

Saat melakukan tes, dia bertemu dengan sejumlah perwira Dandim di Banten yang mengenalnya. Tatang pun ditanya kenapa tidak ikut daftar.

"Saya kenal dengan perwira Dandim karena sebelumnya juara sepak bola. Karena juara sepak bola itu juga dan beberapa prestasi lainnya, saya diminta para perwira Dandim untuk daftar jadi anggota TNI," ujar Tatang.

Tatang saat itu sempat bingung. Hingga keesokan harinya, dia menyiapkan semua persyaratan dan mendaftarkan diri lewat jalur tamtama.

Tatang Koswara
Tatang Koswara (jakartagreater.com)

Sesuai dugaan, Tatang diterima, sedangkan adiknya harus mencoba tahun depan untuk bergabung ke TNI AD.

Selang beberapa tahun, Tatang mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimiliknya itu.

Sebagai Bintara, Tatang ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif).

Di sana, Tatang mengikuti berbagai pelatihan, mulai kualifikasi Raider hingga Sniper. Tatang menggunakan sandi S-3 alias siluman 3.

Sampai akhirnya pada tahun 1974-1975, dia dengan 7 rekannya terpilih buat masuk program MTT (mobile training teams) yang dipimpin oleh Kapten Conway dari Amerika Serikat.

Saat itu, Indonesia belum punya yang namanya Sniperdan antiteror. Akhirnya muncullah ide dari perwira TNI buat melatih Sniper.

Tatang dan 59 anggota TNI AD yang lain mendapat pelatihan dari Kaptenn Conway selama 2 tahun.

Disana mereka dilatih untuk menembak jitu dari jarak 300, 600 dan 900 meter.

Tidak hanya dilatih menjadi sniper, tetapi mereka juga dilatih untuk bertempur melawan penyusup, melakukan kamuflase, melacak jejak serta bagaimana menghilangka jejak.

Ternyata dari 2 tahun masa pelatihan dan dari 60 orang peserta, hanya 17 orang yang lulus.

Dan jelas, Tatang Koswara salah satunya.

Ke-17 orang tersebut mendapatkan hadiah senjata yang juga digunakan oleh sniper legendaris Marinie AS, Carlos Hatchcock saat perang di Vietnam.

Ilmu dan senjata yang ia dapatkan saat 2 tahun pelatihan bersama Kapten Conway membuat Tatang ditarik Kolonel Inf. Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri Cimahi untuk menjadi pengawal pribadi dan menjadi Sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur pada tahun 1977- 1978.

Dia mendapat 2 tugas saat berada di medan perang.

Tugas pertama adalah melumpuhkan kekuatan musuh dan kedua, menjadi Intelijen yang bertugas untuk masuk ke jantung pertahanan dan mengacaukan pertahanan lawan.

Tatang Koswara sempat menembak kepala komandan musuh meski kemudian dia harus menanggung akibatnya

Ilustrasi
Ilustrasi (surya/ds)

Saat ditengah-tengah misi, Tatang Koswara ketahuan dan dikepung oleh sekitar 30 tentara

Dalam pikirannya hanya ada satu bayangan, kematian. Namun, sebelum mati, ia harus membunuh komandannya terlebih dahulu.

"Posisi komandannya sudah saya kunci dari pukul 10.00 WIB. Tapi, saya juga ingin selamat, makanya saya menunggu saat yang tepat. Hingga pukul 17.00 WIB, komandan itu pergi ke bawah dan saya tembak kepalanya," tuturnya.

Namun, ternyata di bawah jumlah pasukan tak kalah banyak. Tatang Koswara dihujani peluru dan terkena dua pantulan peluru yang sebelumnya mengenai pohon.

"Darah mengalir deras hingga sudah sangat lengket. Tapi, saya tidak bergerak karena itu akan memicu lawan menembakkan senjatanya," ucapnya.

Tatang Koswara baru bisa bergerak malam hari. Ia mencoba mengikatkan tali bambu di kakinya dan dengan bantuan gunting kuku, dia mencongkel dua peluru yang bersarang di betisnya.

Namun, darah tak juga berhenti mengalir.

Ia pun melepas syal merah putih tempat menyimpan foto keluarga. Sambil berdoa, dia mengikatkan syal tersebut di kakinya.

"Saya memiliki prinsip, hidup mati bersama keluarga, minimal foto keluarga. Saya pun berdoa diberi keselamatan agar bisa melihat anak keempat saya yang masih dalam kandungan, lalu mengikatkan syal merah putih. Ternyata, darah berhenti mengalir. Merah putih menjadi penolong saya," ungkapnya.

Tatang Koswara wafat pada 3 Maret 2015 pukul 19.30, karena serangan jantung

Kondisi di rumah duka sniper terbaik dunia asal Bandung, Tatang Koswara.
Kondisi di rumah duka sniper terbaik dunia asal Bandung, Tatang Koswara. (kompas.com/reni susanti)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved