Sambang Kampung
Cara Membuat Briket Arang dari Daun Kering Ala Warga Kampung Gundih Surabaya
Briket daun kering juga memiliki nilai lingkungan yang tinggi, karena dibuat dari daun-daun kering yang biasanya sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Penulis: Delya Octovie | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Daun-daun kering yang berguguran di depan rumah biasanya hanya akan berakhir di tempat sampah.
Namun, yang dilakukan warga RT 05 RW 01 Gundih, Bubutan, Surabaya ini sangat inovatif.
Mochammad Sarikan (59), Ketua RT 05 RW 01 Gundih, menyulap daun-daun kering menjadi briket arang.
"Pertamanya saya ikut pelatihan ini di ITS, lalu saya praktikkan sendiri di rumah, ternyata bisa, dari daun-daun kering jadi briket arang," tuturnya ketika ditemui di depan bank sampah warga, Rabu (26/6/2019).
Menurut Sarikan, briket arang dari daun kering memiliki lebih banyak kelebihan dibanding briket kayu.
Dari berbagai percobaan yang ia jalankan bersama warga, briket arang dari daun kering nyala apinya lebih lama, yakni mencapai satu jam.
Kemudian, asap yang dihasilkan tidak sebanyak briket kayu.
Briket daun kering juga memiliki nilai lingkungan yang tinggi, karena dibuat dari daun-daun kering yang biasanya sudah tidak dimanfaatkan lagi.
"Kalau daun-daun yang masih belum benar-benar kering, itu biasanya kami gunakan untuk kompos. Nah, untuk membuat briket arang, daun yang digunakan itu harus benar-benar kering, jadi warnanya yang cokelat dan crispy begitu," jelas Sarikan.
Untuk membuat briket arang dari daun kering, beberapa hal yang perlu disiapkan adalah briket arang kayu, daun kering, tepung tapioka dan biji padi.
Pertama-tama, daun kering dibakar sampai menjadi abu, sedangkan briket kayu ditumbuk sampai menjadi halus.
"Briket arang kayu betul-betul harus halus, tidak boleh ada yang masih kasar, jadi diayak dulu," ujarnya.
Keduanya lalu dicampur jadi satu, tetapi tumbukan briket arang biasa hanya digunakan sedikit saja, sedangkan serpihan daun kering dipakai sebanyak dua gelas.
Setelah itu, ditambahkan dua gelas sekam yang sudah dikeringkan, dan sedikit olahan tepung tapioka untuk merekatkan briket, campur hingga menjadi selayaknya adonan.
Lalu, Sarikan mencetak adonan dengan menggunakan pipa, dan ditaruh di atas lembaran aluminium.
"Kalau sudah selesai dicetak, adonan briket dijemur di bawah sinar matahari, kurang lebih 1-2 hari.Itu akan jadi benar-benar padat. Bila sudah kering begitu, briket siap digunakan," jelasnya.
Fasilitator Lingkungan Gundih, Rudi Cahyono (39), mengatakan warga sudah mencoba menggunakan briket arang daun kering untuk memasak air.
Agar api yang dihasilkan briket lancar dan tahan lama, sebelum dibakar, briket ditumpuk-tumpuk, namun tetap menyisakan rongga.
"Kami coba untuk masak air sampai mendidih, itu butuh waktu 15 menit. Ya waktu itu mencobanya masih sedikit sih airnya, briket yang digunakan juga sedikit," paparnya.
Mereka pun berharap, produksi briket arang daun kering bisa lebih masif, supaya makin banyak orang yang bisa memanfaatkannya.
"Apalagi kalau nanti bisa benar-benar dibuat masak, kan pengeluaran warga sehari-hari lebih murah karena tidak perlu pakai LPG. Kami berharap tidak ada dampak lingkungan positif, tapi juga bisa membantu warga lebih hemat," tutup Nurhayati Sofyan, Kasi Trantibbang Gundih.