Sambang Kampung
Pesantren Yatim Dhuafa Jauharotul Hikmah Konsisten Bina Anak-anak di Kawasan Lokalisasi
Dulu, semasa praktik prostitusi masih dilokalisir di Kawasan Dolly, Surabaya, psikologi anak-anak di sekitarnya terdampak.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Dulu, semasa praktik prostitusi masih dilokalisir di Kawasan Dolly, Surabaya, psikologi anak-anak di wilayah sekitarnya terdampak.
Mereka disuguhi dan terpengaruh dengan suasana trafficking, penjualan/konsumsi minuman keras, perempuan dengan pakaian terbuka, penjualan obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.
Namun, sejak awal Februari 2008 terdapat sebuah pesantren di antara wisma-wisma prostitusi yang giat mengajarkan agama pada anak-anak di kampung.
Itulah Pesantren Yatim Dhuafa Jauharotul Hikmah yang rutin memberikan perhatian pada anak-anak dan mengajak mereka untuk sholat dan mengaji.
Luqman Hakim, pengurus pesantren mengungkapkan, pesantren Jauharotul Hikmah terdapat di tiga lokasi Yaitu di Putat Jaya 4B nomor 4, Putat Jaya 4B nomor 27, dan gang dolly atau Jalan Kupang Gunung Timur I nomor 7.
Dari tiga pesantren ini, hanya pesantren di gang Dolly yang tak hanya fokus mengajarkan mengaji dan sholat. Tetapi juga memberikan perhatian dan waktu luang untuk mendengarkan keluh kesah anak-anak di kampung tersebut.
"Selama ini anak-anak diberi fasilitas bermain dan sarana bagi yang putus sekolah, tetapi tidak ada pendekatan personal. Dan ini peranan kami masih terus berjalan sampai saat ini,"urainya.
Ia mengungkapkan, saat malam banyak anak menggerombol tanpa pembinaan dan anak-anak belum diarahkan dengan baik.
"Anak-anak ini butuh perhatian, padahal kalau diajak bakti sosial atau galang dana semangat sekali mereka,"urainya
Karena pengaruh pesantren yang dirasa masih cukup minoritas, maka para pengurus waktu hanya bisa melakukan usaha yang minim. Apalagi tidak semua anak bisa dibina.
"Target kami anak-anak bisa meninggalkan hal yang buruk, tidak mentarget mereka melakukan hal yang baik. Makanya mereka masih ngerokok ya kami tidak larang karena mereka sudah tidak miras lagi,"urainya.
Dikatakannya, anak-anak kampung yang dibinanya berkisar usia sekolah SMP dan SMA. Bahkan ada yang berusia 20 tahunan atau putus sekolah. Mereka ini biasanya mencari tambahan uang dengan mengamen.
"Dulu anak-anak ini ngamen sebagian buat makan ngisi perut, sebagian lagi buat minum.Tetapi sekarang minumnya ganti kopi dan rokok, pokoknya nggak narkoba,"urainya.
Pihak pengurus mengaku cukup kesulitan untuk mengarahkan anak di bawah umur untuk benar-benar menjauhi rokok. Karena minimnya metode yang dimiliki para pengurus. Sehingga pihaknya sangat senang jika mendapat bantuan dalam mengedukasi anak-anak seperti kunjungan Gerakan Anti Narkoba (Granat) ke pesantrennya.
Misi Menjadi Kampung UMKM dan Seni, Kelurahan Airlangga Surabaya Bentuk Komunitas Giat Kriya |
![]() |
---|
Warga Kampung Sayur Simomulyo Baru Kota Surabaya Hampir 10 Tahun Aktif Budidaya Tanaman |
![]() |
---|
Profesor Asal Jepang Kunjungi Kampung Sayur di Simomulyo Baru Kota Surabaya |
![]() |
---|
Ibu PKK RW 4 Keputih Surabaya Aktif Olah Kelor Jadi Aneka Produk Makanan Sehat |
![]() |
---|
Warga Jemur Wonosari Surabaya, Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Gizi |
![]() |
---|