Berita Kediri
Grup Karawitan Cengkir Gading, Grup Kesenian yang Usung Toleransi Lintas Agama di Kediri
Grup Karawitan Cengkir Gading menjadi salah satu grup karawitan yang beranggotakan lintas agama yang ada di Kediri
Penulis: Didik Mashudi | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | KEDIRI - Grup Karawitan Cengkir Gading menjadi salah satu grup karawitan yang beranggotakan lintas agama yang ada di Kediri. Lagu-lagu yang dibawakan membawakan pesan persatuan dan perdamaian.
Salah satu penggagas Grup Karawitan Cengkir Gading, FX Luhkita Heru Pratama, menyebutkan grup kesenian ini baru berdiri awal 2018. Anggota grup karawitan ini ada yang beragama Islam, Katholik, Kristen, Hindu dan Budha.
Heru mengaku meski beragama Katholik, oleh rekan-rekannya yang muslim dipercaya untuk menggarap lagu-lagu bernafas Islami.
"Sudah ada lagu-lagu yang sudah ada saya aransemen sesuai versi kami. Kami dapat inspirasi untuk mengaransemen dari lagu-lagu Mas Emha Ainun Najib," ungkapnya.
Namun Heru menegaskan, tidak menjiplak seutuhnya lagu-lagu yang telah diaransemen Emha.
"Lagu yang saya aransemen punya ciri khas sendiri. Kami punya kreasi sendiri," jelasnya.
Diakui Heru, lagu-lagu dari lintas agama sudah pernah diaransemenya, kecuali lagu-lagu Budha.
"Sampai sekarang saya belum mampu menyelesaikan lagu-lagu Budha. Masalahnya tingkat kesulitannya tinggi dan perlu penjiwaan," tambahnya.
Sedangkan lagu Sholom Alaehem juga sudah pernah diarasenmen.
Lagu ini telah dinyanyikan dalam bahasa Yuhudi, versi Islam dan versi Katholik dan Kristen.
"Para pengrawit grup Cengkir Gading ini semuanya adalah guru," jelasnya.
Sementara yang menjadi vokalisnya, beberapa di antaranya Chandra dari siswa SMK Dhoho 1 Kota Kediri.
Ada juga vokalis yang juga penyair dari Komunitas Brantas Puspo Indah serta Natha yang baru kelas 5 SD.
Dijelaskan Heru, latar belakang terbentuknya Karawitan Cengkir Gading karena melihat keprihatinan iklim politik yang ada di tanah air.
Kemudian dari sejumlah pegiat seniman muncul gagasan untuk membentuk paguyuban dengan fokus kegiatan berkesenian.
"Kami biasa latihan malam hari di SD Frateran 2 Kota Kediri. Kebetulan sekolah kami baru dapat bantuan gamelan dari Kementerian," ungkapnya.
Heru sendiri berasal dari darah seniman yang menitis dari orangtuanya yang berprofesi sebagai dalang.
Grup Karawitan Cengkir Gading sudah beberapa kali tampil pada event hajatan pengantin di Kota Kediri dan sekitarnya.
Karena masih baru, Grup karawitan Cengkir Gading tidak mematok tarif mahal.
Meski anggota grupnya setiap tampil full team, honornya sekali tampil di kisaran Rp 2 jutaan.
"Sudah ada beberapa jadwal tampil di event hajatan," tambahnya.
Diakui Heru, anggota komunitas Cengkir Gading sangat kompak dalam latihan.
Meski kediamanannya saling berjauhan, saat jadwal latihan selalu banyak yang hadir.
"Ada yang rumahnya di daerah Kras, selalu hadir saat latihan bersama pada malam hari," ungkapnya.
Grup Cengkir Gading menarik perhatian pengunjung saat tampil menyambut kedatangan Ny Sintha Nuriyah Wahid yang menggelar makan saur bersama di Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Kota Kediri.
Lagu-lagu yang dibawakan di antaranya, Lancara Gula Klapa, Tombo Ati, Cahaya Suci, Lir-Ilir dan Kidung Wahyu Kolosebo.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/grup-karawitan-cengkir-gading-kediri.jpg)