Rumah Politik Jatim
Persentasi Perempuan di Parlemen Bertambah, WYDII hingga KPI Siap Kawal Program
(WYDII) bersama Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) bertekad mengawal para perempuan yang lolos ke parlemen di Pemilu 2019.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Women and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) bersama Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) bertekad mengawal para perempuan yang lolos ke parlemen di Pemilu 2019. Berdasarkan catatan mereka, persentase yang lolos ke parlemen meningkat.
Untuk diketahui, berdasarkan hasil rekapitulasi, caleg perempuan yang lolos untuk DPRD Jatim saja mencapai 22 orang. PKB (11 orang) dan PDI Perjuangan (8 orang) paling banyak menyumbang caleg perempuan, disusul Demokrat, NasDem, dan PPP yang masing-masing menyumbang satu kursi perempuan.
"Kami memprediksi persentase caleg perempuan yang lolos baik untuk DPRD Jatim maupun DPR RI meningkat tiga persen. Ini merupakan catatan positif," kata Siti Nurjanah, Direktur WYDII kepada Surya.co.id ketika dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (30/5/2019).
Sebagai organisasi pemberdayaan perempuan, Siti menceritakan bahwa selama 10 tahun terakhir pihaknya banyak melakukan peningkatan kapabilitas perempuan di bidang politik.
Mulai dari membuat program, cara menggaet massa, hingga mengenalkan kegiatan di parlemen.
Hasilnya, banyak anggota Wydii maupun KPI yang sukses meraih kursi, baik di tingkat DPRD Kabupaten/Kota, DPRD provinsi, maupun untuk DPR RI.
"Kami sangat bahagia, lebih dari 15 persen teman-teman perempuan yang telah belajar bersama Wydii dan KPI sukses meraih kursi," sambungnya.
Menariknya, sebagai organisasi non-politis, kedua organ ini memberdayakan perempuan di lintas partai.
Hal ini terlihat dari beberapa perempuan yang lolos memang berada di beberapa partai.
Beberapa di antara anggota yang terpilih di antaranya adalah Komsatun (Golkar), Hari Putri Lestari (Perjuangan), hingga Hikmah Bafaqih (PKB).
"Sebagai organisasi non politik, kami tak memiliki afiliasi dengan partai tertentu," tuturnya.
Meskipun demikian, pihaknya mengaku tidak sedikit anggota kedua organisasi ini yang gagal lolos ke parlemen.
Oleh karenanya, sebagai bentuk evaluasi dan rencana tindak lanjut, kedua organisasi ini pun membuat diskusi pada Kamis (30/5/2019) di Surabaya.
"Kami tegaskan tak ada sekat antara caleg yang jadi, maupun yang tak jadi. Semua di sini saudara, meskipun berbeda partai. Kami disini banyak bertukar pikiran sebagai bentuk evaluasi pencalegan lalu," ujarnya.
Selama diskusi, para 'mantan' caleg tersebut saling bertukar pikiran dan pengalaman.