Ramadan 1440 H
Penjelasan Ketua LDNU PWNU Jatim terkait Lailatul Qadar yang Identik dengan 10 Hari Terakhir Ramadan
Sepuluh hari terakhir di penghujung bulan Ramadan, umat Islam dijanjikan sebuah malam yang memiliki keutamaan bernilai seribu bulan.
SURYA.co.id | SURABAYA - Sepuluh hari terakhir di penghujung bulan Ramadan, umat Islam dijanjikan sebuah malam yang memiliki keutamaan bernilai seribu bulan, yakni malam Lailatul Qadar.
Dalam Al Qur'an, Lailatul Qadar dimetaforkan sebagai malam yang bernilai tinggi.
Saking tingginya, derajat kemuliaan malam tersebut mampu mengalahkan keutamaan ibadah pada malam seribu bulan.
Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama' (LDNU) PWNU Jatim KH Ilhamullah Sumarkan menerangkan, Lailatul Qadar merupakan kemuliaan malam yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
"Lailatur qadar adalah salah satu di antara kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad dan umatnya," katanya saat ditemui di UIN Sunan Ampel Surabaya, Minggu (26/5/2019).
Bila ditilik historisitasnya, Lailatul Qadar merupakan suatu malam yang diberikan kepada Nabi Akhir Zaman Muhammad SAW karena adanya kecemburuan dalam aspek ibadah yang muncul dari kalangan sahabat-sahabatnya.
Para sahabat kerap kali muncul rasa cemburunya ketika dikisahkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa umat-umat terdahulu mampu hidup selama ratusan tahun.
Ada yang berusia sampai 500 tahun, bahkan ada yang menyentuh angka 900 tahun.
"Kecemburuannya tentang apa ya tentang kebaikannya, 'wah hidup 500 tahun, dibuat ibadah betapa mulianya' gitu," lanjutnya.
Sumarkan melanjutkan, para sahabat merasa cemburu mendengar kisah-kisah itu, lantaran usia manusia pada umumnya di masa para sahabat, tidak lebih dari 100 tahun, sekitar 60 tahun hingga 70 tahun.
Atas dasar itu, kemudian Allah SWT memberi mandat kepada Malaikat Jibril untuk diberikan langsung kepada Nabi Muhammad SAW dengan maksud menjawab kegalauan dan kecemburuan umatnya.
"Dengan 'inna anzalnahufi lailatul qadar', aku turunkan malam lailatul qadar. Apa itu? 'Lailatul qadari hoirum min alfisahri' malam lailatul qadar adalah malam yang terbaik dari 1.000 bulan," katanya.
Sumarkan menegaskan, Lailatul Qadar hanya ada di bulan Ramadan.
Namun, berdasarkan kesepakatan para ulama, ada yang menyebut malam itu terdapat di malam 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Adalagi, yang menyebut bahwa malam itu ada di malam-malam ganjil.
"Mengapa kok digitukan? untuk memotivasi orang agar meraihnya.
Karena kalau sudah sampai di malam 20, orang banyak yang tidak berpikir ke Tarawihnya," jelasnya.
"Supaya apa? Supaya termotivasi untuk mencari yang ini. Dengan dirahasiakan itu, orang cenderung akan mencarinya," tandasnya. (luhur pambudi)