Ramadan 1440 H
Ramadan 1440 H - Doa Mustajab yang Dipanjatkan Rasulullah SAW saat Lailatul Qadar Menurut Aa Gym
Memasuki 10 hari terakhir puasa Ramadan 1440 H, umat muslim biasanya giat beribadah. Berikut Doa Mustajab yang dibaca Rasulullah SAW.
Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Memasuki sepuluh hari terakhir puasa Ramadan 1440 H, umat muslim biasanya akan semakin giat beribadah.
Lantaran di 10 malam terakhir, umar muslim dijanjikan pengampunan dan mendapat Lailatul Qadar pada malam ganjil.
Tepat hari ini, Sabtu (25/5/2019) merupakan malam 21 Ramadan 1440 H.
Pada 10 malam terakhir puasa Ramadan 1440 H, selain memperbanyak ibadah, umat musllim juga dianjurkan untuk membaca doa pengampunan seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Dilansir dari akun Twitter Aa gym, @aagym, ia mengunggah sebuah status yang berupa doa pengampunan dan biasa dipanjatkan oleh Rasulullah SAW di malam-malam terkahir ramadan.
"Doa yang sering dipanjatkan Rasululloh di malam-malam terakhir Ramadhan adalah memohon ampunan
Sungguh Alloh Maha Pemaaf dan Maha Pengampun," tulisnya.
Doa tersebut juga populer disebut sebagai doa Lailatul Qadar.
Doa tersebut sering dilantunkan di saat pelaksanaan salat Tarawih.
Pada 10 malam terakhir, umat Islam memohon ampun kepada Allah SWT.
Sebagian besar umat Islam melakukan itikaf atau mengikat diri di dalam masjid untuk melaksanakan salat malam, berdoa, dan mengaji Al Quran.
Ibadah pada 10 malam terakhir bulan Ramadan mengikuti contoh ibadah yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.
Khususnya pada malam hari.
Arti Lailatul Qadar
Dilansir dari Tribun Wow dalam artikel 'Tanya Pak Ustaz: Mengapa Lailatul Qadar Sangat Istimewa hingga Disebut Malam Seribu Bulan?', menurut dosen IAIN Surakata, Hj. Ari Hikmawati, S.Ag., M.Pd menyebut Lailatul Qadar dijelaskan dalam surat Al-Qadr.
Dan di dalam surat tersebut disebutkan kalau Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari 1000 bulan, mengapa disebut demikian?
Menurut Ari Hikmawati, hal ini karena Asbabun Nuzul dari Lailatul Qadr itu berawal pada saat Rasulullah menceritakan pada sahabat.
Rasulullah bercerita bahwa para Bani Israil beribadah tanpa maksiat selama 80 bulan berturut-turut.
Kemudian para sahabat juga berkeinginan hal serupa
Lalu turunlah malaikat Jibril menurunkan surat Al-Qadr pada Nabi Muhammad bahwa umatnya juga bisa melakukan itu dengan adanya malam Lailatul Qadr yang satu malam bernilai seribu bulan.
Kalau disamakan bisa 83 tahun kurang lebih.
Jadi hampir sama dengan apa yang dijalankan Bani Israil pada saat itu.
Cara Mendapat Pengampunan di Malam Lailatul Qadar
Satu di antara cara mencari ampunan itu juga bisa dengan memperbanyak membaca Alquran.
"Ramadan terasa semakin mulia disebabkan karena didalamnya juga diturunkan kitab suci Alquran pada Lailatul Qadar. Karenanya, Alquran turun agar menjadi jalan terang ilahi untuk mengajak setiap individu agar tergerak pada capaian sebagai manusia sejati," kata Dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA), Wasid Mansyur, Kamis (23/5/2019).
Alquran turun pada bulan Ramadan lanjutnya bukan sekedar peringatan fisik, tapi peringatan spiritual atau ruhiyyah agar semua umat dapat memetik hikmahnya.
Jika tidak, berarti semangat keberagamaan kita masih banyak terjebak pada hal yang fisik dan ujung-ujungnya berlalu tanpa makna.
"Hikmah turunnya Alquran di bulan suci Ramadan salah satunya adalah agar kita terus memperkuat koneksi ruhiyyah melalui Alquran. Laksana jaringan internet, ketika koneksi jaringan itu lancar dan meyakinkan, maka secara otomatis apa yang kita inginkan akan mudah diperoleh. Begitu juga koneksi ruhiyyah dengan Alquran menuju pencapaian sejati kepada sang Empunya, yakni Allah Swt,"
Memperkuat koneksi melalui Alquran adalah memperbanyak membaca Alquran.
Pasalnya, banyak membaca Alquran menandakan anda mencintai Allah.
Sebab, Alquran adalah kalamnya, yang siapapun orang yang membaca akan dijamin memiliki keistimewaan; baik di dunia maupun di akhirat.
Membaca adalahy sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Menurut Imam Nawawi dalam bukunya al-Tibyan fi Adab Hamalah Alquran adalah bacaan terbaik mengalahkan kalimat tayyibah lainnya, seperti tasbih atau tahlil.
Karenanya, cukup beralasan bila imam Syafi'i mampu menghatamkan Alquran selama bulan Ramadan sebanyak enam puluh kali.
Maka, memperbanyak membaca Alquran sinyal kita dipastikan semakin kencang sebagai bukti penghambaan pada Allah.
Akibatnya, akan mengantarkan menjadi individu yang ikhlas dalam aktivitas keseharian, termasuk dalam beribadah.
Kedua, memahami dan mendalami Alquran. Langkah ini penting untuk memperkuat sinyal sebab Alquran bukan saja sebagai kitab bacaan, tapi sekaligus kitab suci untuk memandu jalan hidup manusia agar tetap pada reel yang diridhoi Allah Swt.
Bagaimana orang bisa berakhlak seperti Alquran, jika tidak memahaminya. Untuk itu memahami kandungannya sangat penting dengan belajar tanpa henti.
Pastinya, belajar kepada para ahlinya, bukan sekedar pada terjemahan. Salah langkah memahami akan berakibat fatal sebab akan mengganggu sinyal dengan Allah, yang mana nilai-nilai Qur'ani sebagai kalamNya bermuara pada upaya menciptakan kerahmatan.
Contoh yang paling nyata adalah tindakan menghalalkan segala cara dengan menebar teror atas nama Islam yang dilakukan oleh kelompok radikal.
Mereka memaknai Alquran sepotong-sepotong sesuai dengan nafsunya. Padahal ayat-ayat dalam Alquran memiliki hubungan yang saling menyempurnakan sehingga tidak bisa memahami yang satu, mengabaikan ayat yang lain.
Prinsip menjaga maqasid Alquran atau tujuan utama ia diturinkan menjadi sangat penting agar sinyal kita tidak putus akibat prilaku kita makin jauh dari rahmat Allah sebab dengan mudah masih suka menyakiti orang lain sambil membawa ayat Alquran sebagai legitimasi atau pembenar dalam bertindak.
"Momentum Nuzulul Quran, semoga menjadi jalan kita untuk menjaga sinyal ruhiyyah kehidupan secara konsisten sehingga kita dapat berhati-hati dalam melewati tahapan kehidupan, baik hidup bersama manusia atau alam ini. Lebih-lebih berhubungan dengan Allah," tutupnya.