Berita Madura

TERUNGKAP 400 Orang Lempar Bom Molotov ke Polsek Tambelengan, Sampang, Begini Kondisinya Sekarang

Terungkap dari keterangan saksi dan aparat kepolisian atas pembakaran Kantor Polsek Tambelengan, Sampang, Madura, Rabu (22/5/2019) pukul 22.00 WIB.

Editor: Iksan Fauzi
Youtube
Polsek Tambelengan di Samapang dibakar massa, Rabu (22/5/2019). 

SURYA.co.id | SAMPANG - Terungkap dari keterangan saksi dan aparat kepolisian atas pembakaran Kantor Polsek Tambelengan, Sampang, Madura, Rabu (22/5/2019) pukul 22.00 WIB. 

Saksi dari warga yang mengetahui peristiwa pembakaran Kantor Mapolsek Tambelengan menyebutkan, ada sekitar 400 orang datang dan membakar gedung kepolisian itu.

Sedangkan keterangan dari pihak kepolisian menyebutkan, ada dugaan kuat, massa membakar Kantor Polsek Tambelengan dengan cara menghujani atau melemparkan Bom Molotov dari luar pagar.

Dugaan itu semakin menguatkan penyidikan kepolisian setelah ditemukannya empat kardus berisi Bom Molotov di sekitar Kantor Polsek Tambelengan seusai kejadian.

Lalu bagaimana kondisi Kantor Polsek Tambelengan Sekarang? Kantor polisi itu sudah rata dengan tanah. Terlihat puing-puing sisa pembakaran.

Dua Hari 200 Juta Pengguna WhatsApp (WA) & Instagram (IG) Terganggu, Menkominfo Minta Maaf

Ada tiga mobil dan 10 sepeda motor di dalam kawasan Kantor Polsek Tambelengan ikut terbakar dan kini sudah menjadi bangkai.

Seorang warga yang mengetahui kejadian itu bernama Visi. 

"Masa dari Desa Birem Kecamatan Tambelengan," ujarnya.

Menurut Visi bahwa massa yang membakar Polsek tersebut diperkirakan berjumlah 400 orang.

"Banyaknya massa yang membakar membuat api cepat membesar, sehingga bangunan rata dengan tanah," ungkapnya.

"Saat massa menyerang pihak kepolisisan dari polsek tidak ada di lokasi, mungkin langsung kabur," tandasnya.

Kondisi Kantor Polsek Tambelengan Sampang yang dibakar massa pada Rabu (22/5/2019) malam
Kondisi Kantor Polsek Tambelengan Sampang yang dibakar massa pada Rabu (22/5/2019) malam (Hangga Pratama)

Pantauan SURYA.co.id di lokasi kejadian, beberapa bangkai mobil dan sepeda motor terlihat masih berada di halaman Kantor Polsek Tambelangan Sampang, Kamis (23/5/2019) siang.

Sejumlah bangkai mobil dan sepeda motor tersebut tampak hangus dan tinggal kerangkanya saja.

Terhitung jumlah kerangka mobil yang bekas dibakar massa dalam aksi 22 Mei itu sebanyak tiga mobil.

Sedangkan sepeda motor berjumlah 10 unit.

Kapolres Sampang, AKBP Budhi Wardiman menjelaskan, bangkai kendaraan yang berada di Polsek Tambelangan tersebut di bakar oleh massa.

"Di antaranya satu unit mobil patroli juga terbakar," kata Budhi Wardiman.

Kemudian saat di singgung soal kepastian jumlah orang yang membakar, Budhi Wardiman mengaku, pihaknya saat ini mengaku masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Kita masih melakukan penyelidikan lebih lanjut jika nanti sudah segera kami informasikan," ucap Budhi.

Pakai bom molotov

Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan mengungkapkan, massa menggunakan Bom Molotov.

Hal itu dibuktikan dari beberapa temuan oleh Tim Inafis Polrestabes Surabaya bekas dan sisa botol berisi cairan mudah terbakar yang bertebaran di sekitar lokasi kejadian.

Ditemukan sedikitnya 30 botol berisi cairan bensin di sekitar area lokasi kebakaran.

"Banyak juga ceceran botol-botol berisi bensin. Sekitar 30 botol yang belum dipakai berada di luar area polsek," jelas Luki Hermawan pada awakmedia di depan Gedung Tribrata Mapolda Jatim.

Luki menerangkan, botol-botol berisikan cairan mudah terbakar itu merupakan bahan Bom Molotov.

Bom Molotov itu dilempar oleh para massa dari luar pagar hingga mengenai beberapa bagian bangunan dan benda-benda di sekitar Kantor Polsek Tambelangan.

"Dari temuan bom molotov itu bom dilempar dari luar pagar," lanjutnya.

Api yang terlanjur membesar bukan hanya melumat seluruh bangunan polsek.

Tapi, api juga melumat 13 motor dan tiga mobil.

"Juga ada 2 mobil dinas hangus, satu motor dinas, 10 motor pribadi terbakar, satu buah mobil milik warga yang titip ikut terbakar habis," tandasnya.

sekardus bom molotov dan info hoax

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (23/5/2019), Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI R Wisnoe meninjau ke kantor Polsek Tambelangan, Kabupaten Sampang, menemukan satu kardus Bom Molotov yang belum digunakan.

Menurut Luki, benda tersebut langsung diamankan oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum bersama tim laboratorium forensik yang melakukan olah tempat kejadian perkara.

Benda tersebut sekaligus menjadi barang bukti yang digunakan untuk membakar kantor Polsek Tambelangan oleh pelaku.

Barang bukti yang berupa botol bekas minuman suplemen berisi minyak tanah dan bersumbu itu ditemukan di samping selatan kantor Polsek Tambelangan. Dalam satu kardus ada belasan molotov.

"Barang itu ada yang masih tersimpan rapi di dalam kardus dan belum digunakan. Ada pula yang tercecer di tempat yang berbeda. Semua sudah dikumpulkan oleh tim," kata Luki.

Sementara, dalam peristiwa pembakaran kantor Polsek Tambelangan, pada Rabu (22/5/2019), Polda Jawa Timur sudah mengantongi identitas sejumlah pelaku.

Mereka akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Untuk tindaklanjuti proses hukum, Polda Jawa Timur beserta Gubernur Jawa Timur dan Pemkab Sampang, sudah sepakat dan mendapat dukungan dari para ulama dan tokoh masyarakat Sampang dan Kecamatan Tambelangan.

"Untuk pelaku sudah kami kantongi identitasnya. Mereka pasti kami proses di Polda Jawa Timur," tegas Luki.

Kerusakan akibat pembakaran itu, membuat kantor Polsek Tambelangan ludes terbakar.

Dua mobil juga hangus terbakar, termasuk satu unit mobil patroli Polsek Tambelangan.

Selain dua mobil, ada 10 motor juga hangus terbakar. Di lokasi kejadian, Polda Jawa Timur sudah mengerahkan satu pelton anggota Brimob, dibantu dari Polres Sampang dan anggota TNI Kodim 0828 Sampang.

Sementara itu, Kapolda Jatim mengatakan bahwa penyidik telah mengantongi identitas sejumlah pelaku yang terlibat dalam kekerasan ini.

"Untuk barang bukti kami sudah mengumpulkan," tuturnya.

Dari barang bukti yang berhasil Polda kumpulkan, insiden tersebut dinilai bukan disebabkan oleh Pilpres kemarin, melainkan ada faktor lain.

Polda Jatim menjelaskan, menurut keterangan sementara sebenarnya kejadian ini tidak ada kaitannya dengan Pilpres.

Insiden ini dipicu berita hoax yang diberitakan di beberapa medsos tentang beberapa warga Madura yang ditangkap di Jakarta.

"Awalnya, ada pemberitaan video di media sosial tentang ulama pamekasan yang ditangkap dan diberitakan tidak bisa keluar dari jakarta karena dijaga. Di situlah warga kesal" lanjutnya.

Kapolda kemudian menuturkan kronologi yang dirangkai berdasarkan saksi-saksi dan bukti yang ada.

Katanya, mulanya, sekitar pukul 18.00 WIB atau setelah waktu sholat Maghrib, massa berjumlah tak kurang dari 200 orang datang berduyun-duyun menuju Kantor Bawaslu Sampang.

Tak lama kemudian rencana itu batal.

"Mereka Tadi malam habis magrib sekitar 200 orang tadinya mau ke Bawaslu Sampang tapi tidak jadi," ujarnya

Ternyata, lanjut Luki, massa aksi mengubah rencana kunjungan itu ke Mapolres Sampang di Jalan Trunojoyo Rong Tengah, Taman Arum, Banyuanyar, Sampang, Madura.

"Mereka berputar-putar, lalu datanglah ke Polres Sampang, (mereka datang untuk berdialog)," lanjutnya.

Sesampainya tiba di sana dan disambut langsung oleh Kapolres Sampang, ratusan orang tersebut mendesak pihak Polres Sampang agar minta pihak kepolisian di Jakarta melepaskan beberapa tokoh Madura yang sempat dikabarkan di tahan saat mengikuti aksi 22 Mei di Jakarta.

"Mereka tanya terkait beredarnya di media sosial adanya penangkapan tokoh Madura yang ada di Jakarta dan adanya penembakan penembakan di Jakarta," katanya.

"Mereka datang ke polres meminta pihak kapolres untuk melepas tokoh-tokoh Madura yang ada di sana sana," tambahnya.

Setelah puas menyampaikan aspirasi dan beberapa desakan pada pihak Polres Sampang, mereka lalu beranjak pergi.

Tidak tahu apa penyebabnya, ungkap Luki, ternyata kepulangan massa setelah bertemu pihak Polres Sampang bukan untuk membubarkan diri.

Namun, belakangan diketahui massa aksi bergerak menuju Kantor Polsek Tambelang, yang jaraknya sekitar 23 Kilometer.

"Enggak tahu bagaimana kejadiannya tiba-tiba massa datang dan melempar kantor polsek dengan batu-batu dan molotov," tandasnya.

Gubernur ke Sampang

Menyikapi insiden ini, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa langsung turun ke lokasi bersama Kapolda Jatim, Irjen Pol Luki Hermawan, serta Pangdam V/Brawijaya, Mayjend TNI R Wisnoe Prasetja Boedi.

Saat melihat puing-puing sisa pembakaran, Khofifah mengaku miris.

Di sana dia melihat seluruh gedung Mapolsek terbakar seluruhnya.

Selain itu, tiga mobil dan sepuluh mobil menjadi bangkai.

Khofifah mengatakan, silaturahmi dengan para ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi solusi meredam terjadinya konflik. Solusi ini tidak hanya di Sampang, tetapi juga di seluruh Jatim.

"Kami menyilaturahmikan pikiran kami, menyilaturahmikan hati kami, menyilaturahmikan bagaimana bersama-sama kita membangun kehidupan yang harmoni, saling berseiring, proses saling menjaga dan menghormati di antara ikhtiar-ikhtiar yang kita lakukan," ujar Khofifah.

Menurutnya, silaturahmi bisa menyambungkan kesepahaman, persepsi dan pikiran antara pemerintah, forkopimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta masyarakat. Sebab kesepahaman melahirkan saling mempercayai.

"Ini silaturahmi yang mudah-mudahan para kyai bisa mempersambungkan kesepakatan kita dalam merawat umat, dalam merawat kehidupan masyarakat," ujarnya.

Di sela-sela kunjungannya meninjau Mapolsek Tambelangan Sampang, Khofifah juga menegaskan bahwa Pemprov menyerahkan sepenuhnya kepada Kapolda Jatim beserta jajarannya terkait kasus pembakaran Kantor Mapolsek Tambelangan, Sampang.

"Kita serahkan pada Polri untuk melakukan proses penyelidikan dan pemeriksaan selanjutnya," tegas Khofifah.

Terpisah, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menegaskan seluruh elemen diminta untuk meningkatkan pengamanan dan menjaga suasana agar tetap kondusif.

Emil mengatakan bahwa masyarakat Jawa Timur harus saling menjaga temperatur di wilayahnya. Ia tidak ingin kejadian di Sampang menular ke daerah lain di Jawa Timur.

"Hari ini bu gubernur dan kapolda terbang langsung meninjau ke Sampang. Kami memang optimistis masyarakat akan tetap kondusif. Namun di beberapa titik kita akan terus pantau dan lihat," tegas Emil Dardak.

Pihak Pemprov tetap melakukan pengawasan di berbagi sektor dan memastikan bahwa sektor ekonomi dan denyut kegiatan masyarakat tidak terganggu. Begitu meletus kerusuhan di Jakarta, pihak Polda Jawa Timur segera melakukan upaya pengamanan.

"Pak kapolda tentu melakukan pengamanan dan menyatakan siaga satu. Dan ternyata ada memang beberapa wilayah tidak aman. Bahwa kita waspada dulu untuk antisipasi terus agar masyarakat dalam kondisi yang aman," ucapnya. (Fatimatuz Zahroh/Luhur Pambudi/Hanggara Pratama)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved