Pilpres 2019
Kehebatan 150 Ekor Anjing Pelacak yang Jenderal (Purn) Hendropriyono Sebut untuk Amankan Aksi 22 Mei
Anjing pelacak yang disiapkan Jenderal TNI (Purn) A.M Hendropriyono untuk mengamankan pergerakan massa pada 22 Mei 2019, memiliki sejumlah kehebatan
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Anjing pelacak yang tengah disiapkan oleh Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) A.M Hendropriyono untuk mengamankan pergerakan massa pada 22 Mei 2019 nanti, memiliki sejumlah kehebatan
Dilansir dari Wartakota dalam artikel 'Hendropriyono Siap Pinjamkan 150 Ekor Anjing Terlatih Miliknya untuk Amankan Aksi 22 Mei', Jenderal TNI (Purn) A.M Hendropriyono mengungkap kehebatan 150 anjing pelacak miliknya itu di kediamannya di Jakarta
Anjing pelacak yang disiapkan oleh Jenderal TNI (Purn) A.M Hendropriyono berjenis Belgian dan German shepherd
Lantas, seperti apa kehebatan anjing pelacak yang disiapkan oleh Hendropriyono itu?
Hendropriyono mengatakan anjing-anjing tersebut memiliki IQ tinggi dan cerdas
"Sejak lama sudah kita latih anjing-anjing yang punya IQ tinggi dan cerdas, dan sekarang pas waktunya untuk dipekerjakan," ucap Hendropriyono, Sabtu (18/5/2019).
Beberapa ekor anjing juga memperlihatkan keterampilannya, mulai dari mencegat pencuri hingga menghalau para demonstran dan provokator.
Dilansir dari Wikipedia, anjing jenis Belgian memang sering digunakan untuk tugas-tugas deteksi bau seperti bahan peledak, pemicu api (untuk penyelidikan kebakaran), narkotika, misi mencari dan menyelamatkan.
Bahkan, U.S Secret Service menggunakan anjing jenis Belgia untuk menjaga Gedung Putih
Sedangkan anjing German shepherd merupakan salah satu ras murni anjing yang populer. Ukurannya besar, dikenal cerdas namun penurut
Hendropriyono juga mengatakan, ia bisa saja meminjamkan sejumlah anjing pelacak itu jika DKI Jakarta memang membutuhkannya.
"Karena jumlahnya cukup banyak, bisa juga di-patroli di kota besar di DKI. Kalau mau pinjam kalian, boleh saya pinjemin," tutur Hendropriyono.
Ia tak menampik anjing-anjing ini bisa diperbantukan pada tanggal 22 Mei 2019 yang dikabarkan bakal ada pengerahan massa saat KPU mengumumkan hasil Pemilu 2019.
Namun, kata Hendropriyono, pihak Kepolisian dan TNI sudah bekerja dengan baik dan telah melakukan berbagai antisipasi seperti melakukan penangkapan yang dipandang akan mengacaukan.
"Sebetulnya kita sudah antisipasi. Tidak akan terjadi hal yang serius. Karena semua sudah kita duga, sudah kita tahu rencana-rencana kekacauan," ucapnya.
"Sehingga aparat kita, polisi dan TNI, sudah berbuat maksimal untuk pencegahan. Saya sangat bersyukur selama ini. Saya lihat sedang observasi, menyelidiki, semua rencana ketahuan," ungkapnya.
• Kronologi Bayi Dikubur Hidup-hidup oleh Ibunya Diselamatkan Seekor Anjing, Sosok Sang Ibu Terungkap
• 5 FAKTA Kakek 70 Tahun di Lamongan Ngamar Bareng Wanita Muda, Masih Jelalatan Saat Kepergok
• 5 Fakta Pak Jenggot yang Ditangkap Densus 88, Pemabuk jadi Alim & Pandai Rakit Bom Karena Teman Baru
• 6 Kisah Nur Khamid Usai Bule Cantik Istrinya yang Tak Kunjung Pulang, Tutup IG Lalu ini Pembelaannya
Hendropriyono Yakin Pengumuman Hasil Pilpres 2019 Aman
Sebelumnya, Jenderal TNI Purnawirawan Hendropriyono meyakini kondisi Indonesia saat pengumuman hasil Pilpres 2019 pada 22 Mei mendatang akan tetap aman
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Hendropriyono: Tak Ada Sejarah Kudeta Sipil Berhasil Kecuali Didukung TNI-Polri', Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono juga menilai sikap Prabowo Subianto yang sempat menolak hasil penghitungan suara oleh KPU tak akan mempengaruhi apapun.
"Enggak ada apa-apa. Rakyat tenang saja. Saya yakin, kita semua bagaimanapun di lubuk hati di tiap kita adalah nasionalis. Masa kita enggak mau jadi bangsa Indonesia lagi, kan enggak mungkin," kata Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono usai buka puasa bersama di kediaman Ketua DPD Oesman Sapta Odang, di Jalan Karang Asem Utara, Kuningan, Jakarta, Rabu (15/5/2019) malam.
Bahkan menurutnya, aksi people power yang disuarakan oleh sejumlah pendukung Prabowo diyakini tak akan berjalan.
"Apapun namanya, kalau mau capai kekuasaan tidak mengikuti aturan undang-undang yang berlaku dan konstitusi, itu namanya kudeta. Tapi kudeta sipil, itu enggak boleh," kata Hendropriyono.
"Kudeta sipil pun enggak pernah ada sejarahnya berhasil kecuali didukung TNI-Polri. Selama tidak didukung, maka tidak mungkin, jauh panggang dari api," kata purnawirawan Jendral TNI ini.
Beberapa Terduga Teroris Hendak Lepaskan Bom Pada 22 Mei 2019
Kepala Divisi Humas Polri, M Iqbal, dalam konferensi pers yang digelar Jumat (17/5/2019) di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, mengatakan para terduga terorisme betul-betul memanfaatkan momentum pesta demokrasi, seusai memutar video pengakuan tersangka.

Dalam video yang diputar oleh M Iqbal, terdapat seorang pria yang mengaku telah merencanakan amaliah jihad pada 22 Mei 2019 bertepatan dengan pengumuman penghitungan suara pemilu.
Masih di video yang sama, pria tersebut menjelaskan, ia akan melemparkan bom ke arah kerumunan massa.
Hal itu dilakukan lantaran menurutnya, pemilu merupakan kesyirikan, mulai dari ketika diselenggarakan hingga peserta yang turut dalam pemilu.
Pria tersebut, menurut M Iqbal, adalah salah seorang tersangka teroris.
Karenanya, dia mengimbau agar massa tidak berkumpul saat KPU mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu 2019.
"Kepolisian Negara Republik Indonesia mengimbau agar pada beberapa tahapan yang akan datang, terutama pada tanggal 22 Mei, kami mengimbau tidak ada kumpulan massa. Ini akan rawan aksi teror, bom, dan senjata-senjata lain," kata Iqbal dikutip dari artikel BBC.com yang berjudul "Pengumuman KPU 22 Mei: Polisi sebut akan ada 'yang melempar bom ke kerumunan massa'".
• Belum Sempat Serang Freeport, Admin Facebook KKB Papua Singgung Perdamaian & Komen Netizen Indonesia
• Krisdayanti Akhirnya Buka Rahasia Bisa Lolos ke Senayan, Istri Raul Lemos Incar Komisi Intelijen
Situasi seperti ini dipahami oleh pengamat terorisme, Al Chaidar. Ia mengatakan, pihak-pihak yang tertangkap itu memiliki keinginan untuk melancarkan aksi teror saat Indonesia tengah menggelar tahapan pemilu.
"Bagi mereka pemilu dan demokrasi merupakan kekufuran ... siapa saja yang melakukannya disebut kafir. (Saat) pemilu, kampanye, debat, mereka mungkin akan lakukan serangan, termasuk (saat pengumuman hasil) penghitungan suara 22 Mei," terang Al Chaidar.
Menurutnya, momen pemilu ini dimanfaatkan untuk menyerang polisi dari jarak dekat yang tentu saja akan mengorbankan banyak nyawa semonstaran.
Keinginan ini, ungkap Al Chaidar, sebelumnya seudah direncakan oleh mereka.
Al Chaidar menambahkan, kewaspadaan masyarakat saat ini perlu ditingkatkan.
Hal ini berkaitan dengan upaya penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian mencakup orang-orang yang berada dalam struktur JAD.
"Kita belum bisa mengetahui siapa yang lone wolf dan orang-orang yang berada di luar struktur organisasi yang menggunakan metoda telekomunikasi lainnya yang tidak terdeteksi polisi, imbuh Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar, mereka yang belum terdeteksi oleh polisi menggunakan jaringan telekomunikasi selain whatsapp dan telegram.
"Mereka bisa berkomunikasi lewat game online, mereka berkomunikasi antara satu sama lainnya," kata Al Chaidar.