Mengenang Korban Bom Surabaya
Tiga Bulan Setelah Bom Surabaya, Novi Masih Tak Percaya Adiknya Turut Jadi Korban
Selama 3 bulan sejak bom menghancurkan GPPS Surabaya, Novi masih belum percaya bahwa adiknya turut menjadi korban meninggal dunia.
SURYA.co.id | SURABAYA - Di usianya yang masih terbilang belia, Daniel Agung Putra Kusuma (15) mempunyai keberanian dan nyali besar.
Daniel melakukan aksi heroik menghalangi laju mobil Avanza berisi bom yang menerobos ke halaman Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno, Surabaya, Minggu 13 Mei 2018 silam.
Mobil Avanza itu dikendarai oleh tersangka bom bunuh diri Dita Oepriarto. Dita menerobos pintu pagar bagian depan gereja dan meledakkan diri.
Karena aksinya, Daniel meregang nyawa. Kala itu, Daniel tengah menjaga parkir depan GPPS.
Setiap Minggu, Daniel rutin menjaga parkir dengan ayahnya, Kusuma Budi Sukmono. Saat itu Budi menjaga parkir belakang gereja.
Kakak pertama Daniel, Novi Putri Kusumawati (22) masih kerap merindukan sosok adiknya itu.
Semasa Daniel hidup, mereka berdua hidup bersama di rumah sederhana milik kakek dan neneknya.
Rumah itu berlokasi di Jalan Dukuh Kupang Utara gang Langgar nomor 26, Putat Jaya, Sawahan, Kota Surabaya.
Daniel tinggal dan dirawat oleh kakek dan nenek setelah ibunya meninggal.
Ibu Daniel meninggal saat remaja itu masih berusia 2 tahun dan Novi berumur 14 tahun.
• BNPT: Anak-anak Pelaku Pengeboman Surabaya Dibina Ahli Psikologi dan Tokoh Agama
• Satu Tahun Bom Surabaya, Negara Beri Kompensasi Rp 1.1 Miliar Kepada Para Korban Bom Surabaya
• Risma dan Kapolrestabes Surabaya Kenang Setahun Ledakan Bom di Polrestabes Surabaya