Liputan Khusus
Satu Tahun Bom Surabaya - Pemprov Jatim Siap Beri Pendampingan Anak-anak Pelaku Bom Surabaya
Satu tahun bom Surabaya - anak-anak para pelaku bom Surabaya tetap harus diberi pendampingan khusus.
SURYA.co.id | SURABAYA - Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mengaku siap memberikan pendampingan jika anak-anak pelaku bom Surabaya dikembalikan ke lingkungan tempat tinggalnya di Surabaya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Sukesi mengatakan, anak-anak para pelaku bom Surabaya tetap harus diberi pendampingan khusus.
“Harus ada pendampingan khusus dan perlakuan khusus yang harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait,” kata Sukesi, Senin (13/5/2019).
Menurut Sukesi, kalau mereka sudah dinyatakan siap kembali ke lingkungan oleh para psikolog yang menangani, harus tetap ada di bawah pengawasan.
“Karena yang pernah saya baca jaringan teroris seperti jaringan narkoba, bandar akan terus mengawasi dimanapun jaringannya maupun keluarganya berada,” ujar Sukesi.
Meski begitu, Sukesi mengatakan sampai detik ini pihaknya belum mendapatkan kabar atau komunikasi khusus dari Kementerian Sosial terkait pengembalian anak-anak pelaku bom Surabaya.
Ini karena anak-anak tersebut masih mendapatkan psychosocial therapy yang intens.
Untuk kembali ke lingkungannya, harus dipastikan trauma psikologis anak-anak tersebut sudah sembuh.
“Belum ada komunikasi dari Kemensos untuk anak-anak pelaku bom dikembalikan ke Surabaya. Sekarang ini mereka sudah mulai terbiasa dengan lingkungan sekitar. Tapi butuh beberapa tahun lagi untuk mereka betul-betul kuat menerima keadaan,” terang Sukesi.
Dikatakan Sukesi, pihaknya sudah mencoba mengontak psikolog pendamping anak-anak pelaku bom Surabaya.
Psikolog menyatakan belum ada rencana mereka dikembalikan ke Surabaya dengan alasan belum kuatnya mental anak-anak menghadapi kenyataan dan lingkungan nantinya.
“Untuk sementara, saat ini mereka lebih aman di sana dulu. Supaya mindset-nya yang sudah tertanam lama betul-betul bisa berubah dengan berjalannya waktu,” ucap Sukesi.
Nilai Toleransi
Di sisi lain tragedi bom bunuh diri di Kota Surabaya setahun lalu dijadikan refleksi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menekankan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama, memerangi intoleransi dengan mengguyur nilai toleransi pada seluruh masyarakat di Jawa Timur.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sebagai satu-satunya provinsi yang memiliki perda harmoni, maka penerapan nilai toleransi dan memerangi intoleransi harus dilakukan semua lini.
Khususnya pada para generasi muda dan pada masyarakat secara umum.
“Sikap toleransi yang tinggi, sikap moderasi dan saling menghormati harus terus dibangun dan dipupuk. Ketika ada dinamika di lapangan harus segera dicari titik equilibrium dynamic-nya,” kata Khofifah.
Maka, dialog intern umat beragama dan juga antarumat beragama harus terus dilakukan.
“Guyub rukup itu termonilogi yang paling top lah. Guyup rukun lalu tepo seliro. Yang perlu diingat adalah urip iku gae urup. Salkng menghidupkanlah, jangan sebaliknya. Seperti pelaku bom bunuh diri itu dia mati dan bikin orang lain mati, jangan sampai terjadi lagi,” beber wanita yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU itu. (Tim Liputan Khusus Surya)