Liputan Khusus
Satu Tahun Bom Surabaya - News Analysis : 7 Anak Pelaku Bom Surabaya Perlu Proses Pendampingan
Mereka ditarik dari lingkungan sosialnya kemudian menjadi bagian dari brain washing yang ada di rumahnya.
News Analysis
Prof Akhmad Muzakki
Dekan Fisip UINSA Surabaya
SURYA.co.id | SURABAYA - Jadi begini anak-anak (anak pelaku bom Surabaya) itu sudah mengalami brain washing yang luar biasa.
Teori sosiologi pendidikan begini, pihak yang paling berpengaruh dalam kehidupan anak sejak lahir itu adalah orangtua.
Dulu memang ibu yang paling berperan, akan tetapi sekarang ibu dan bapak mencari rezeki bersama-sama, maka mereka berbagi pengaruh (berkolaborasi).
Nah, anak masuk usia sekolah pengaruh orangtua turun, pengaruh guru naik.
Masuk usia sekolah SMP itu pengaruh teman sebaya mendesak naik, sedangkan pengaruh guru turun.
Saat anak usia sekolah SMA semua berebut pengaruh, antara teman sebaya, orangtua dan guru.
Yang terjadi pada pelaku teror seperti keluarga Dita di Surabaya, anak-anak ini kan dicabut dari akar sosiologisnya.
Yang namanya teman sebaya dan sekolahnya, mereka dilakukan homeschooling yang terjadi di ruangan keluarga itu lebih diperkuat dibandingkan di tempat lain.
Pengaruh cara bertindaknya pelaku teror menjauhkan anak-anak itu dari pengaruh lingkungannya, baik itu teman sebaya maupun juga guru di sekolahnya.
Dengan cara apa, mereka ditarik dari lingkungan sosialnya kemudian untuk menjadi bagian dari brain washing yang ada di rumahnya.
Kalau itu, mereka berhasil ibarat bahan bakar tinggal disulut korek api langsung menyala.
Karena itu, tugas kita bersama maupun pemerintah jangan sampai membiarkan anak-anak hidup tanpa pengasuhan yang baik.
Kalau mereka anak-anak tidak mendapatkan pengasuhan yang baik oleh orangtua, maka mereka akan mencari orangtua dengan caranya sendiri.