Liputan Khusus

Satu Tahun Bom Surabaya - 7 Anak Pelaku Bom Surabaya Sempat Alami Guncangan Psikologis dan Sosial

Satu Tahun Bom Surabaya - Kemensos : Tujuh anak pelaku bom Surabaya sempat alami guncangan psikologis dan sosial

surya.co.id
Salah satu anak pelaku bom di Polrestabes Surabaya yang selamat. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Direktur Rehabilitasi Anak Kementerian Sosial (Kemensos) Kanya Eka Santi mengatakan, tujuh anak pelaku bom Surabaya terdiri dari empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki yang usianya bervariatif mulai dari 7 tahun, 8 tahun, 10 tahun, 13 tahun dan 14 tahun.

Mereka telah diasuh Kemensos selama 12 bulan.

Mereka selalu didampingi petugas bersama neneknya lantaran anak-anak membutuhkan sosok kehadiran keluarga.

“Karena orangtuanya sudah meninggal maka dari itu kami menghadirkan neneknya dari awal pengasuhan di Kemensos,” ujar Kanya Eka Santi.

Kanya menjelaskan, sebetulnya upaya Kemensos melalui rehabilitasi sosial adalah usaha yang dilakukannya secepat mungkin untuk mengembalikan anak pada keluarga dan komunitas lingkungannya.

Meski demikian, masalahnya komunitas di mana anak-anak ini tinggal itu juga belum sepenuhnya menerima.

Sejauh ini, pihaknya sudah melakukan pendekatan, apalagi melihat Pemprov Jatim juga mampu untuk bekerja sama dengan sangat baik untuk bisa memastikan ini.

“Saya pikir harus segera mungkin dikembalikan, karena dari sisi perkembangan mereka sejauh ini sudah bisa beradaptasi dengan baik,” ungkapnya.

Dia memaparkan, mereka sudah beradaptasi secara baik artinya kehidupan sehari-hari anak-anak tersebut yang tadinya mengalami guncangan secara psikologis dan juga secara sosial.

Mereka juga mengalami hambatan untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya, sekarang berangsur-angsur sudah membaik.

Bahkan pemikiran atau mindset mereka terhadap kebangsaan, misalnya Pancasila, sudah mulai membaik.
Selain itu, mindset terhadap aparat juga membaik.

“Mereka sudah membaur dengan teman-teman sebayanya. Tadinya kan mereka menyendiri, karena mereka lebih banyak berpikir tentang masuk surga dan lainnya seperti itu ya. Dan ada anak yang kecil itu juga selalu menangis, tapi sekarang sangat adaptif. Dan terutama itu membantu karena ada neneknya,” bebernya.

Kanya menjelaskan, memang ada beberapa anak yang juga selalu membayangkan teman-temannya sudah di surga.

“Tapi kita melakukan terapi psiko sosial yang diupayakan untuk mengubah mindset, feeling mereka sekaligus mengubah perilaku mereka sehingga bisa sejalan ketiga aspek itu,” terangnya.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved