Pilpres 2019
Beda Rekor Jokowi dan Prabowo jika Menang atau Kalah Berdasarkan Real Count KPU Pilpres 2019
Hasil Real Count KPU Pilpres 2019 akan membuat beda rekor Jokowi dan Prabowo dalam posisi menang atau kalah.
SURYA.co.id | SURABAYA - Hasil Real Count KPU Pilpres 2019 akan membuat beda rekor Jokowi dan Prabowo dalam posisi menang atau kalah.
Seperti diketahui, baik Jokowi atau Prabowo sudah bersaing memperebutkan kursi RI 1 sejak 2014. Hasil sementara, Jokowi menang 1-0 atas Prabowo.
Bagaimana jika Jokowi atau Prabowo menang atau kalah di Pilpres 2019? SURYA.co.id melihat rekam jejak dari kedua Capres ini sepanjang karier politiknya.
Dimulai dari Jokowi. Suami Iriana ini sudah lima kali ini mengikuti pemilihan umum. Dua kali mengikuti pemilihan umum tingkat daerah di Solo, sekali memperebutkan kursi DKI Jakarta 1, dan dua kali mengikuti Pilpres.
Dari semua konstelasi pemilu itu, Jokowi memenangkannya. Jika pada Pilpres 2019 ini Jokowi mengalahkan Prabowo lagi, maka dia menancapkan rekor tak terkalahkan di lima kali pemilihan umum sejak di Solo hingga Pilpres.
Namun, jika pada Pilpres 2019 ini Jokowi kalah, maka rekor empat kali tak terkalahkan dipatahkan oleh penantangnya, Prabowo Subianto.
Jika menilik ke belakang, pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini bisa dibilang tak sekadar beruntung.
Tahun 2004 Jokowi bergabung dengan PDIP, saat itu Jokowi langsung menggandeng FX Hadi Rudyatmo untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo tahun 2005.
Dalam pemilihan Walikota Solo tahun 2005, Jokowi dan FX Hadi berhasil memenangkan Pilkada Solo dengan meraih suara sebesar 36,62%.
Hasilnya, Jokowi dan FX Hadi mendapatkan 90% suara.
Belum genap mengakhiri masa pemerintahannya di Solo, Jokowi pada tahun 2012 digadang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri untuk bertarung di DKI Jakarta melawan Fauzi Bowo sang Gubernur petahana.
Mujurnya lagi, Jokowi memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta bersama Ahok dengan angka 53%.
Baru berselang dua tahun memerintah di DKI Jakarta. Jokowi-Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden tahun 2014 melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Tak dinyana, Jokowi memenangkan kembali gelaran pemilihan umum keempat dengan perolehan suara 53% atau mencapai 70 juta suara.
Hari ini, Jokowi kembali maju sebagai Calon Presiden 2019-2024 dengan menggandeng Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai Calon Wakil Presiden.
Lawannya masih sama, Prabowo Subianto yang menggandeng Sandiaga Uno.
Hasilnya, Jokowi dalam Hasil Hitung Cepat Litbang Kompas unggul sekitar 54% suara nasional.
Jika angka ini sama dengan angka hasil hitung rill dari KPU maka, Jokowi catat rekor baru.
Jokowi akan menjadi politisi pertama yang memenangkan sebuah pemilihan umum sebanyak lima kali secara berturut-turut dan selalu menang.
Prabowo 3 kali ikut Pilpres
Dilansir SURYA.co.id dari Kompas.com, Prabowo sudah tiga kali mengikuti konstelasi Pilpres empat kali berturut-turut. Prabowo mengikuti Pilpres mulai 2009, 2014, dan 2019.
Tiga kali mengikuti Pilpres, Prabowo belum pernah menang. Pada 2004, Prabowo berpasangan dengan
Seperti apa perjalanannya? Berikut catatan yang diperoleh dari arsip Harian Kompas dan dokumentasi Kompas.com.
2004
Prabowo maju dalam konvensi calon presiden Partai Golkar.
Ia kalah.
Konvensi dimenangkan Wiranto yang kemudian menjadi calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahuddin Wahid.
Pada akhirnya, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla yang keluar sebagai pemenang.
2009
Prabowo kembali unjuk gigi.
Kali ini ia punya kendaraan sendiri, Partai Gerindra.
Semula Prabowo berniat melenggang bersama Ketua Umum PAN kala itu Soetrisno Bachir yang digandengnya menjadi calon wakil presiden.
Namun, pasangan ini sudah layu sebelum berkembang karena tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.
Prabowo mengubah haluan dan berlabuh dalam koalisi bersama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden.
Melalui perundingan yang alot, Prabowo akhirnya legawa dipasangkan sebagai calon wakil presiden.
Namun, pasangan ini gagal meraih kemenangan. Pilpres saat itu dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono
2014
Prabowo kembali maju.
Kali ini, Partai Gerindra sudah tumbuh lebih besar dibandingkan pada 2009.
Kursi Partai Gerindra meningkat pesat menjadi 73 kursi dari sebelumnya 26 kursi.
Daya tawar Prabowo untuk menjadi calon presiden pun menjadi kuat.
Pada akhirnya, Prabowo pun berhasil menjadi calon presiden dan menggandeng Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa.
Pasangan ini juga didukung oleh Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Partai Persatuan Pembangunan.
Namun, lagi-lagi Prabowo menelan kekalahan.
Pasangan Prabowo-Hatta harus mengakui keunggulan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla menjadi pemenang dengan memperoleh suara sebanyak 53,13 persen.
Sementara pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 46,84 persen.
Tahun ini, Prabowo kembali maju dan kembali menantang Jokowi sebagai petahana.
Prabowo menggandeng Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno.
Keduanya resmi mendaftarkan diri ke KPU pada Jumat (10/3/2018) siang.
Pasangan ini diusung oleh empat partai, yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS dan PAN.
Prabowo-Sandiaga akan head to head dengan Jokowi yang kali ini menggandeng Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin.
Jika pada Pilpres ini Prabowo menang berdasarkan hasil real count KPU Pilpres 2019, maka, mantan Danjen Kopassus itu akan pecah telur.
Hasil real count KPU Pilpres 2019 sementara
SURYA.co.id melansir dari Kompas.com, data penghitungan suara pilpres 2019 yang dimuat dalam Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih terus bergerak.
Data tersebut ditampilkan pada portal pemilu2019.kpu.go.id. Hingga Selasa (24/4/2019) pukul 15.30 WIB, data yang masuk mencapai 165.920 TPS dari total 813.350 TPS.
Jika dipresentasekan, jumlah tersebut baru mencapai 20,3 persen. Hasil Situng sementara ini menunjukan, pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul 55,08 persen.
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan suara 44,92 persen.
Sementara ini, Jokowi-Ma'ruf unggul di sejumlah provinsi, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Utara, hingga Papua.
Sedangkan Prabowo-Sandi sementara ini unggul di Sumatera Barat, Jambi, Aceh, Banten, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menurut Komisioner KPU Viryan Azis, Situng berfungsi sebagai transparansi penghitungan dan rekapitulasi suara pemilu.
Publik dipersilahkan untuk memantau dan mengawasi data yang direkap, supaya tidak terjadi kesalahan.
Sekalipun publik menemukan data yang salah, kata Viryan, maka data tersebut masih bisa diperbaiki oleh jajaran KPU.
"Itulah dampak dari transparansi kerja KPU. Publik bisa mengkoreksi, publik bisa mengkritisi, dan KPU selalu responsif terhadap hak-hak itu," kata Viryan di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2019).