Kilas Balik

Jelang Soeharto Mundur, Anak Gus Dur Ngaku Pernah Ditodong Senjata hingga Kena Gas Air Mata

Putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, punya pengalaman merasakan langsung atmosfir mencekam menjelang Soeharto mundur

sutono
PUTRI GUS DUR - Yenny Wahid saat pidato pada haul ke-7 wafatnya Gus Dur, Sabtu malam (7/1/2017). 

SURYA.co.id - Putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, punya pengalaman merasakan langsung atmosfir mencekam menjelang Soeharto mundur, tepatnya saat kerusuhan pecah di Jakarta di tahun 1998.

Hingga kini, Yenny tidak bisa melupakan ingatan peristiwa tersebut. Sebab, apa yang terjadi saat itu ia rasakan sendiri

"Memang pada waktu itu karena Gus Gur stroke, saya mengawal beliau ke mana-mana. Tetapi, saya juga punya pekerjaan pada waktu itu sebagai wartawan," ujar Yenny dalam acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Jakarta, Senin (21/5/2018), seperti dilansir dari Kompas.com

Pada periode 1997-1999, Yenny merupakan koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age.

Tugasnya itu membuat dia harus melalukan reportase peristiwa kerusuhan jelang Reformasi 1998.

Yenny Wahid mewakili keluarganya dan Konsorsoium Gus Dure saat menyatakan sikap dalam Pilpres 2019 di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018). Keluarga dan Konsorsium Gus Dur mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Jokowi-Maruf Amin dalam Pilpres 2019 mendatang.
Yenny Wahid mewakili keluarganya dan Konsorsoium Gus Dure saat menyatakan sikap dalam Pilpres 2019 di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018). Keluarga dan Konsorsium Gus Dur mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Jokowi-Maruf Amin dalam Pilpres 2019 mendatang. (Tribunnews/Jeprima)

Soeharto Tak Mau Undang Amien Rais dalam Pertemuan 10 Tokoh Reformasi, Ternyata Ini Alasannya

Cerita Mbah Parno Akan Ditembak Ajudan Soeharto Gara-gara Pisang, Endingnya Pak Harto Minta Maaf

Akibatnya, ia juga harus terkena gas air mata petugas keamanan untuk membubarkan kerumunan massa.

Bahkan, Yenny juga punya pengalaman tak enak lainnya, yakni ditodong senjata oleh petugas keamanan.

"Waktu itu ada sekelompok pasukan untuk mensterilkan di ring road Trisaksi. Setelah itu ada penembakan-penembakan yang terjadi. Saya pas di situ," kata Yenny.

"Tempat itu harus disterilkan jadi waktu itu saya diacungi senjata laras panjang di kepala saya. Siapa yang mengacungi senjata, itulah bagian dari proses reformasi," ujarnya.

Di samping itu, Yenny juga meyakini ABRI yang telah diganti menjadi TNI telah jauh berubah.

PUTRI GUS DUR - Yenny Wahid saat pidato pada haul ke-7 wafatnya Gus Dur, Sabtu malam (7/1/2017).
PUTRI GUS DUR - Yenny Wahid saat pidato pada haul ke-7 wafatnya Gus Dur, Sabtu malam (7/1/2017). (sutono)

Bahkan setelah mendengarkan pidato Mayor Infantri (Purn) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada acara sama, ia mengaku terharu

Bagi Yenny, apa yang diungkapkan oleh AHY terkait dengan reformasi di tubuh TNI merupakan satu kalsium besar dalam peringatan 20 tahun Reformasi.

"Seperti beliau tadi bilang TNI ditarik-tarik, digoda mau diberikan panggung politik supaya kembali lagi ke politik praktis, tetapi ternyata TNI tidak mempan dengan rayuan gombal tersebut," kata Yenny.

"TNI tetap mengawal agenda reformasi dan agenda demokrasi di Indonesia. Ini pencapaian yang fenomenal dan harus kita berikan applause besar," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved