5 Hari Sebelum Tsunami Banten Mbah Mijan Posting Soal Suara Gemuruh, 'Yang Lain Tidak Mendengarnya'
Mbah Mijan mengungkapkan perihal fenomena yang ditemuinya lima hari sebelum bencana tsunami Banten menerjang pesisir Serang
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Mbah Mijan mengungkapkan perihal fenomena yang ditemuinya lima hari sebelum bencana tsunami Banten menerjang pesisir Serang dan menyebabkan sejumlah kerusakan, pada Sabtu (22/12/2018)
Melalui postingan twitternya, Mbah Mijan mengaku telah mendengar suara gemuruh di langit Banten pada Selasa (18/12/2018) kemarin, pada pukul 01:20 WIB.
Hal tersebut diungkapkan kembali oleh Mbah Mijan di akun Instagram pribadi, @mbahmijan.
Mbah Mijan mengunggah screen shoot akun Twitternya, @mbah_mijan, Selasa (18/12/2018) pukul 04:22 WIB.
Paranormal tersebut juga menyebutkan bahwa saat mendengar suara gemuruh itu dianggap sebagai halusinasi saja.
• Asri Welas Kendarai Yamaha RX King di Film Keluarga Cemara, Saya Naik Motor Maling, Katanya
• Cara Pantau Kemacetan Jalan Tol Jelang Libur Natal & Tahun Baru Pakai CCTV, Ditampilkan Realtime
Pasalnya, hanya dirinya saja yang mendengar suara gemuruh itu di dini hari.
"Ya Allah, Mbah pikir kemaren saat mendengar suara gemuruh hanya halusinasi, sebab cuma Mbah saja yang mendengarnya.
Wallahu'alam, entah mengapa lima hari yang lalu saya mendengar suara gemuruh di langit Banten, tapi ternyata yang lain tidak mendengarnya," tulis Mbah Mijan pada caption foto instagramnya
Hingga akhirnya kabar bencana tsunami Banten tiba , Mbah Mijan pun turut mengungkapkan rasa bela sungkawanya.
Ia pun mengimbau agar semua orang selalu berdoa dan waspada.
"Segala bencana yang terjadi adalah kehendak Allah SWT.
Turut berduka untuk para korban tzunami yang terjadi dibeberapa tempat, termasuk di Lampung Selatan dan pantai Anyer, Banten.
Mari selalu berdoa dan waspada, semoga bencana segera berlalu di negeri kita, Amiin," tambahnya.
Setelah ditelusuri di twitternya Mbah Mijan, @mbah_mijan, ternyata benar ada tweet seperti yang ditunjukkan Mbah Mijan melalui instagramnya itu
"Benarkah di Banten malam tadi, pukul 01.20 ada suara gemuruh seperti di langit pantura beberapa hari lalu?
Adakah yang mendengarnya? Selamat menunaikan ibadah Shalat Subuh Guys," tulis Mbah Mijan pada tweetnya
Seperti diketahui, Tsunami melanda wilayah pantai di sekitar kawasan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 43 rumah dan 9 hotel mengalami kerusakan berat.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyebutkan kerusakan bangunan sebagian besar terjadi di sejumlah kawasan pemukiman dan wisata di lima wilayah pantai.
"Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/12/2018) pagi.
Sementara itu, data secara umum, sebanyak 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka dan dua orang hilang.
Data itu merupakan data terkini BNPB pada Minggu hingga pukul 04.30 WIB.
"Dari 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka dan 2 orang hilang terdapat di 3 wilayah yaitu di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan dan Serang," kata Sutopo.
Di Kabupaten Pandeglang daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur.
Data sementara di wilayah tersebut tercatat 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka.
Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat tiga orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka.
Sedangkan di Kabupaten Serang terdapat tiga orang meninggal dunia, empat orang luka, dan dua orang hilang.
"Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat. Bantuan logistik disalurkan," ungkapnya.
Sebelumnya BMKG menyatakan bahwa gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan sekitar Selat Sunda itu merupakan tsunami.
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB.
Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.
Ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menduga tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter ini disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau yang pada Sabtu bererupsi hingga 4 kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB.
Erupsi gunung api itu diduga menyebabkan guguran material yang jatuh ke lautan dan akhirnya mengakibatkan gelombang tinggi.
Menurut BMKG, gelombang yang menerjang bisa jadi lebih tinggi dari yang terdata sebab ada beberapa wilayah di sekitar Selat Sunda yang punya morfologi teluk seperti di Palu.