Pemilu 2019
Pengamat Politik Sarankan Parpol Lain Tiru Strategi Partai Demokrat bila Ingin Selamat
Strategi Partai Demokrat mengutamakan kemenangan partai di Pileg 2019 daripada memenangkan pasangan Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019 patut ditiru.
Pertama, mengekspos prestasi Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kedua, membebaskan kadernya untuk memilih pasangan Prabowo-Sandi atau pasangan Jokowi-Ma’ruf.
Sayangnya, dia menilai, strategi pertama Demokrat itu sulit diikuti oleh parpol yang lain. Tetapi cara yang kedua bisa saja dilakukan.
"Dengan membebaskan kader dan konstituen untuk memilih capres-cawapres manapun, parpol dapat menjaga Pemilih loyalnya agar tidak berpindah ke lain hati," paparnya.
Sebab, imbuhnya, terdapat kecenderungan Pemilih akan mengubah pilihan ketika parpol jagoannya mendukung capres-cawapres yang tidak mereka sukai.
Dengan diberikan kebebasan di Pilpres, maka para kader merasa mendapatkan jaminan kemerdekaan memilih tanpa khawatir dikenakan sanksi organisasi.
Dengan begitu, loyalitas kader dan konstituen parpol diharapkan dapat tetap terpelihara.
Sebelumnya, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas mengaku mengetahui ada kader partai yang mendukung pasangan calon (paslon) nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Padahal, Demokrat secara resmi mengusung paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
"Kami sudah sangat mengetahui, survei internal Partai Demokrat menyatakan memang mayoritas memilih Pak Prabowo, tetapi ada juga yang sesuai dengan kultural wilayah setempat itu memilih Pak Jokowi," kata Ibas saat ditemui di sela-sela acara Pembekalan Caleg DPR RI Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (11/11/2018).
Menurut dia, hal itu juga terjadi pada partai lain. Ia menilai, belum tentu seluruh kader mendukung pasangan calon yang diusung secara resmi oleh partai.
Ibas mengatakan, Demokrat adalah partai yang demokratis. Pilihan dukungan untuk pilpres, menurut dia, urusan masing-masing kader sebagai individu.