Pilpres 2019

Prabowo Minta Maaf soal "Tampang Boyolali", Kubu Lawan Beber Kebiasaan Kontroversi Lainnya

Prabowo minta maaf soal " Tampang Boyolali" dalam pidatonya beberapa hari lalu yang menuai polemik.

Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id/Aqwamit Torik
Prabowo menyapa warga usai berkunjung di Masjid Ampel, Surabaya. 

SURYA.co.id | JAKARTA ‑ Prabowo minta maaf soal " Tampang Boyolali" dalam pidatonya beberapa hari lalu yang menuai polemik.

Prabowo minta maaf saat ngevlog bareng Koordinator Juru bicara Prabowo‑Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Di vlog tersebut, Prabowo minta maaf apabila ada yang tersinggung dengan pidatonya tersebut.

Baca: Rizieq Shihab Ditahan Lebih dari 24 Jam oleh Polisi Arab Saudi, Dipicu soal Bendera Hitam

"Saya tidak maksud menghina, tapi kalau ada yang merasa tersinggung saya minta maaf," kata Prabowo dalam vlog di akun Instagram Dahnil Anzar yang diunggah Selasa(6/11/2018) malam.

Prabowo kemudian menjelaskan mengenai pidato tersebut.

Pidato disampaikan dalam acara peresmian gedung yang pesertanya berasal dari kader partai mitra koalisi yang jumlahnya sekitar 400 sampai 500 orang.

Dalam pidato 1 jam 20 menit itu, Prabowo mengatakan tidak ada sama sekali niatan untuk merendahkan warga Boyolali.

Pernyataan " Tampang Boyolali" tersebut merupakan gaya bicaranya yang merasa dekat dengan warga.

"Tidak ada niat sama sekali (merendahkan, red), itu kan cara saya bicara," kata Prabowo.

Adapun menurut Prabowo, pidato " Tampang Boyolali" tersebut tersebar dalam cuplikan video yang hanya berdurasi dua menit.

Padahal dalam pidato utuhnya, ia berbicara mengenai masalah kesenjangan, ketimpangan, dan ketidakadilan.

"Itu bukan menghina, itu empati, kalau saya bicara tampang itu Boyolali, itu selorohnya empati, saya tahu kondisi yang saya permasalahkan adalah ketidakadilan, kesenjangan, ketimpangan, dan Indonesia masih tidak adil, dan kalau saya disebut tampang Bojong Koneng terimakasihlah. Saya tidak maksud menghina," katanya.

Prabowo mengaku siap apabila ada yang menginginkan dialog, akibat pernyataannya tersebut.

Malah menurutnya, dialog harus dikedepankan dalam menyelesaikan permasalahan.

"Kalau ada dialog langsung tidak ada masalah, baik‑baik saja, demokrasi ya harus dinamis, dialogis. Kalau kita tidak boleh melucu seloroh, bercanda, ya bosen. Tidur nanti semua, capek, kasihan," katanya.

Juru bicara Prabowo‑Sandi, Andre Rosiade mengatakan bahwa pernyataan Prabowo minta maaf soal " Tampang Boyolali' menunjukkan sikap kesatria.

Meski secara substansi, pidato tersebut tidak ada yang salah. Namun, Prabowo minta maaf karena ada warga Boyolali yang tersinggung.

"Beliau menunjukkan jiwa kesatria, secara substantif tidak masalah, karena ada masyarakat yang keberatan, beliau bertanggungjawab," kata Andre.

Prabowo menurut Andre tidak mau terus ribut " Tampang Boyolali". Karena isu tersebut sengaja digoreng pihak lawan.

"Beliau tahu itu upaya politisasi, bahkan mengarah pada upaya politik primordialisme oleh Bupati Boyolali," bebernya.

Selain kestaria, menurut Andre Prabowo menunjukkan sikap kenegarawanannya karena membuka ruang dialog bagi masyarakat soal pernyataannya mengenai " Tampang Boyolali'.

Sikap tersebut menurutnya, jarang dimiliki pemimpin di Indonesia.

"Ini jarang dimiliki oleh pemimpin kita, ada yang berani mina maaf lalu berdialog. Menjadi korban penipuan beliau minta maaf, ini penting ada pemimpian yang berani bertanggungjawab, " katanya.

Sekarang ini menurutnya banyak pemimpin yang selalu merasa benar dan tidak mau meminta maaf meski telah melakukan kesalahan.

Banyak pemimpin yang merasa tidak salah meski telah ingkar janji.

"Banyak janji yang tidak ditepati bahkan dilanggar, pertumbuhan ekonomi 8 persen ternyata cuma janji. Tidak akan Impor, ternyata malah impor bahan pangan, dan lainnya, bukannya minta maaf malah mau maju dua periode," pungkasnya.

Sementara itu Sandiaga Uno menyebut Prabowo sebagai sosok yang negarawan dan bijaksana.

"Hal tersebut menunjukkan Pak Prabowo sosok yang negarawan dan bijaksana, kalau misal pernyataannya menyinggung maka beliau akan minta maaf dan Alhamdulillah sudah minta maaf," ujar Sandiaga.

Sandiaga kemudian menjelaskan bahwa maksud dari Prabowo saat itu adalah pihaknya siap berjuang bagi masyarakat yang termarjinalkan dan belum menikmati pembangunan di negara ini.

"Hal tersebut lah yang harusnya diambil maknanya dari pidato Pak Prabowo," ujar mantan wakil gubernur Jakarta tersebut.

Sandiaga pun yakin bila bangsa ini fokus kepada ekonomi maka ketimpangan sosial seperti itu bisa teratasi.

"Kalau kita terus fokus mengatasi masalah ekonomi terutama ekonomi di rumah tangga maka saya yakin kesenjangan akan teratasi," pungkasnya.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo‑Sandi, Ahmad Muzani mengatakan bahwa video pernyataan Prabowo soal " Tampang Boyolali" sengaja terus dimainkan.

Video tersebut sengaja dipotong untuk menghilangkan substansi yang dibahas oleh Prabowo.

Video tersebut sengaja diviralkan dan menjadi bahan kampanye untuk mengalihkan perhatian Prabowo.

"Itu bagian dari kampanye untuk mengalihkan perhatian Pak Prabowo terhadap memberdayakan masyarakat dengan sebuah isu yang dipelintir," ujar Ahmad Muzani.

Ahmad Muzani mengatakan hal yang lumrah bila ada yang membelokkan pidato Prabowo sehingga terkesan menyudutkan.

Sekarang ini menurutnya, tahun politik dan banyak hal dapat dijadikan bahan kampanye.

"Dan itu dalam situasi kampanye begini ya bisa‑biasa dan kejadian dan kemudian dituntut minta maaf," katanya.

Ahmad Muzani mengatakan isu " Tampang Boyolali" sengaja terus dimainkan untuk mengalihkan perhatian Prabowo dalam memberdayakan masyarakat.

Substansi pidato tersebut yakni pembangunan gedung‑gedung hotel terasing dari masyarakat.

"Jadi maksudnya bahwa kemajuan tidak boleh mengasingkan dari masyarakat. Masyarakat harus menjadi bagian dari kemajuan syukur‑syukur bagian dari kepemilikan," pungkasnya.

Dianggap politis

Terpisah, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional ( TKN) Jokowi‑Ma'ruf, Inas Nasrullah menilai Prabowo minta maaf soal " Tampang Boyolali" sangat politis.

Menurutnya permintaan maaf tersebut tidak muncul secara tulus dari nurani Prabowo.

"Karena permintaan maaf tersebut dilakukan setelah mengkalkulasi dulu untung ruginya," kata Inas.

Menurutnya, pernyataan Prabowo yang merendahkan, melecehkan dan cenderung caci maki tersebut bukan pertama kali itu saja terjadi.

Inas kemudian merinci pernyataan Prabowo yang dinilai serupa seperti " Tampang Boyolali', di antaranya:

1. Gedung Intan Balarea, Jalan Patriot, Garut, Jumat, 25 Oktober 2013, "Kalau hakim agung‑hakim Mahkamah Konstitusi bisa disogok, apalagi wartawan. Sama saja"

2. Tahun 2014 di acara PKS: "bangsa Indonesia kadang‑kadang naif, lugu dan goblok"

3. Terhadap wartawan: "gaji kalian kecil, muka kalian enggak belanja di mall"

4. Kampanye Pilkada Jabar: "Elit‑elit di Jakarta maling semua"

5. Analogi kemiskinan dengan " Tampang Boyolali".

Dari deretan pernyataan tersebut, Inas mengatakan ada indikasi bahwa apa yang diucapkan Prabowo tersebut merupakan kebiasaan.

Sehingga sangat mungkin apabila ke depannya pernyataan serupa Prabowo soal " Tampang Boyolali" akan terulang.

"Cukup jelas bahwa kebiasaan ini akan berulang dan berulang lagi, apakah Prabowo mampu mengerem kebiasaannya ini? Kita lihat dalam 6 bulan ke depan," pungkasnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved