Pilpres 2019

Cerita Hashim soal Keluarganya Gugur untuk Kemerdekaan RI dan Prabowo Ingin Tegakkan Pancasila

Sepuluh tahun sudah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menjadi oposisi.

Editor: Iksan Fauzi
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional Pasangan Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan pandangannya saat berkunjung ke redaksi Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta, Kamis (18/10/2018). 

SURYA.co.id | JAKARTA - Sepuluh tahun sudah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menjadi oposisi.

Kala periode kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni periode 2009-2014, Partai Gerindra berada di luar kabinet pemerintah bersama Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-Perjuangan) dan Partai Hanura. 

Baca: Hashim Djojohadikusumo Sebut Harga Makanan di Jakarta Lebih Mahal dari New Delhi

Kini, di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla  Gerindra tetap berada di luar pemerintahan.

Prinsip yang berbeda dengan perjuangan pemerintah menurut Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo menjadi alasan bagi Prabowo dan dirinya tidak gila kekuasaan. 

Pilpres 2019 merupakan Pemilu ketiga bagi Prabowo.

Pada Pemilu 2009, Prabowo menjadi Cawapres Megawati Soekarnoputri, namun kala itu Prabowo kalah oleh pasangan SBY-Boediono.

Lima tahun kemudian, Prabowo menjadi capres berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Prabowo kembali kalah, kini oleh pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

"Kami punya prinsip. Ini buka soal jabatan. Bukan soal jadi Menteri atau Wapres. Ini bukan soal saya dan keluarga saya. Tapi kita prihatin dengan keadaan bangsa kita. Tujuan kami untuk menegakkan Pancasila," tegas adik Prabowo Subianto ini saat menyambangi redaksi Tribunnews, di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (18/10).

Aneka tawaran kursi menteri bagi Gerindra menurut Hashim Djojohadikusumo, sudah ditawarkan sejak zaman SBY menjadi Presiden. 

"Kalau saya mau jadi menteri sudah lama. Terus terang saja, kami sudah ditawarkan macam-macam menteri, Prabowo sudah ditawarkan sejak SBY. Tapi kami berprinsip berada di luar saja. Karena tidak sesuai dengan program kami," kisah Hashim Djojohadikusumo.

Karena itu, Hashim Djojohadikusumo memastikan majunya kembali Prabowo untuk kali ketiga dalam konstelasi Pilpres 2019 bukan karena haus akan kekuasaan. 

Namun imbuhnya, Prabowo memiliki kepedulian luar biasa terhadap  kondisi Bangsa Indonesia. 

Apalagi darah pejuang juga sudah mengalir ke dalam darah Prabowo dan Hashim Djojohadikusumo.

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved