Berita Blitar

Kisah No Katung, Perajin Barongan Kucingan Khas Kota Blitar, Satu-satunya yang Masih Bertahan

Dia sempat mencari pekerja untuk membantu membuat kerajinan barongan. Tetapi, hasilnya malah tidak maksimal.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Titis Jati Permata
surya/samsul hadi
No Katung, sedang memahat kayu membentuk kerajinan barongan kucingan di teras rumahnya, Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Rabu (17/10/2018). 

SURYA.co.id | BLITAR - Kerajinan barongan khas Kota Blitar memiliki ciri khas hidung lancip dan gigi tidak bertaring.

Biasanya, masyarakat menyebut barangon khas Kota Blitar dengan nama kucingan, karena mirip kepala macan.

Tidak banyak perajin barongan jenis kucingan di Kota Blitar.

Satu perajin yang masih bertahan sampai sekarang, yaitu, Muhammad Arif Suwarno (30) atau yang akrab dipanggil No Katung, asal Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar.

"Mungkin, saya satu-satunya perajin barongan jenis kucingan di Kota Blitar yang masih bertahan sampai sekarang. Yang lain sudah pensiun," kata No Katung ditemui di rumahnya, Rabu (17/10/2018).

Saat SURYA.co.id, No Katung sedang menyelesaikan pesanan barongan jenis kucingan di teras rumahnya.

Dia duduk dengan posisi kedua pahanya mengapit kayu.

Tangan kanannya terlihat memegang palu kecil dan tangan kirinya membawa tatah (alat pahat).

Dia tampak telaten memahat kayu membentuk barongan.

Di sampingnya, berjajar beberapa kerajinan barongan yang sudah selesai dipahat. Tapi, kondisinya masih polos, belum dicat.

"Tempat kerja saya ya di sini, di teras rumah. Saya kerja sendirian," ujarnya.

Bapak dua anak ini mulai menekuni membuat kerajinan barongan kucingan sejak 2007.

Awalnya, dia hanya coba-coba. Kala itu, dia melihat perajin barongan kucingan di Kota Blitar mulai hilang.

Sebagian perajinnya sudah tua dan pensiun. Tidak ada lagi yang meneruskan kerajinan itu.

Dari situ, bekas karyawan pabrik ini tergerak untuk membuat kerajinan barongan kucingan.

Menurut No, barongan kucingan merupakan khas Kota Blitar.

Barongan kucingan ini mirip kepala macan yang memiliki ciri khas hidung lancip dan gigi tidak bertaring.

"Di sini ada dua jenis barongan, yaitu barongan naga dan barongan kucingan. Yang khas di Kota Blitar jenis barongan kucingan dengan ciri hidung lancip dan gigi tidak bertaring," katanya.

Kedua jenis barongan itu sama-sama digunakan untuk keseninan jaranan. Tapi, cara pemakaiannya berbeda.

Pemakaian barongan naga dengan cara dipegang.

Sedangkan, barongan kucingan dipakai dengan cara digigit menggunakan mulut. Pemakaiannya mirip topeng.

"Barongan kucingan ini digunakan untuk tarian," katanya.

No membuat kerajinan barongan kucingan hanya sesuai pesanan.

Pemesannya paling banyak hanya di dalam Kota Blitar.

Dia mengaku sudah kewalahan melayani pesanan.

Orang pesan hari ini, barangnya baru jadi satu sampai dua bulan. Itu karena saking banyaknya pesanan.

Apalagi No bekerja sendirian. Dia sempat mencari pekerja untuk membantu membuat kerajinan barongan. Tetapi, hasilnya malah tidak maksimal.

"Sulit melatih pekerja untuk membuat kerajinan ini, apalagi kalau mereka tidak punya jiwa seni. Akhirnya saya memilih kerja sendiri," katanya.

Untuk mempercepat produksi, No bekerjasama dengan temannya. No hanya bagian memahat kayu membentuk barongan.

Untuk pengecatan diserahkan ke temannya. Pemesan juga bisa mencari pengecat sendiri sesuai selera.

Dengan begitu, dalam sebulan, No dapat menyelesaikan enam barongan.

"Proses pembuatan satu barongan butuh waktu lima hari sampai seminggu," katanya.

Sekarang No mulai berkreasi dengan kerajinan barongan kucingan.

Dia tidak hanya melayani pembuatan barongan kucingan khas Blitar.

Dia juga membuat barongan kucingan monster.

Jenis barong kucingan monster ini memiliki ciri giri bertaring dan hidung lebih besar.

Selain itu, dia juga membuat kerajinan bantengan.

Kerajinan bantengan ini juga mirip barongan tapi berkepala banteng lengkap dengan tanduk.

"Ini soal ekonomi saja, karena permintaan pasar. Tapi saya tetap menjadi spesialis pembuat kerajinan barongan kucingan," katanya.

Untuk harga, No tidak mematok harga tinggi. Dia menjual barongan kucingan mulai Rp 350.000 sampai Rp 700.000.

Sedangkan bantengan dijual mulai harga Rp 750.000 sampai Rp 1 juta.

Itu harga jual kerajinan barongan dan bantengan polosan. Maksudnya, barongan dan bantengan belum dicat.

No memilih kayu cangkring dan kayu waru untuk membuat barongan kucingan.

Sedangkan untuk membuat kerajinan bantengan, dia memilih kayu nangka.

"Mahal murahnya harga tergantung bentuk. Kalau bentuknya rumit harganya lebih mahal," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved