Techno

BMKG Punya Aplikasi HP untuk Info Gempa Bumi, Bisa Lihat Jarak Lokasi Gempa & Fitur Penting Lainnya

BMKG ternyata punya aplikasi HP untuk memantau informasi gempa bumi, yang dilengkapi dengan berbagai fitur penting

play.google.com
BMKG Punya Aplikasi HP untuk Info Gempa Bumi 

SURYA.co.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ternyata punya aplikasi HP untuk memantau informasi gempa bumi, yang dilengkapi dengan berbagai fitur penting

Aplikasi yang diberi nama 'Info BMKG' ini menyajikan informasi gempa bumi yang berkekuatan M ≥ 5.0 dan disertai jarak lokasi gempa dengan lokasi pengguna.

Gempa bumi M ≥ 5.0 yang terjadi akan diinformasikan dalam waktu kurang lebih 5 menit-an.

Aplikasi 'Info BMKG' ini tersedia untuk ponsel android dan iOS, dan telah diunduh lebih dari 3 juta kali di Play Store (Android) dan di App Store (iOS) lebih dari 285 ribu.

BMKG menyebut, aplikasi Info BMKG memiliki 1,8 juta pengguna aktif.

Cara menginstal aplikasi ini anda bisa mendownload di link berikut.

Android: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.Info_BMKG

iOS: https://itunes.apple.com/id/app/id1114372539?l=id

Aplikasi 'Info BMKG' ini menghadirkan fitur Informasi Cuaca, Iklim, Kualitas Udara, dan Gempabumi yang terjadi di Indonesia.

Aplikasi mobile ini resmi dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Dilansir dari Tribunnews, berikut fitur-fitur dalam aplikasi mobile Info BMKG:

1. Prakiraan Cuaca

Menyajikan informasi prakiraan cuaca dalam 3 harian di seluruh kabupaten/kota di Indonesia disertai cuaca di lokasi Anda

2. Gempa Bumi

Menyajikan informasi gempabumi terkini M ≥ 5.0 dan gempabumi dirasakan, disertai jarak lokasi gempa dengan lokasi Anda

- Gempa bumi M ≥ 5.0, diinformasikan dalam waktu kurang lebih 5 menit-an.

- Gempa bumi dirasakan, informasinya akan lebih lama karena membutuhkan data dalam skala MMI dari laporan masyarakat

3. Peta Iklim

Menyajikan beberapa informasi peta iklim di wilayah Indonesia, diantaranya:

- Peta Hari Tanpa Hujan

- Peta Prakiraan Hujan Bulanan

- Peta Analisis Hujan Bulanan

4. Kualitas Udara

Menyajikan informasi kualitas udara Partikulat Matter (PM10) di beberapa kota terutama di Sumatera dan Kalimantan

5. Cuaca Maritim

Menyajikan informasi cuaca maritim (ketinggian gelombang laut) di wilayah Perairan Indonesia

6. Cuaca Bandara

Menyajikan informasi cuaca aktual dan 4 jam ke depan bandara di Indonesia

7. Titik Panas (GeoHotspot)

Menyajikan informasi titik panas (hotspot) untuk potensi kebakaran hutan dan lahan

8. Cuaca Jalur Mudik

Menyajikan informasi cuaca kota-kota yang dilewati jalur mudik disertai trafik lalu lintas jalan raya (hanya ditampilkan ketika mudik)

9. Cuaca Event

Menyajikan informasi cuaca untuk Event tertentu

10. Peringatan Dini Cuaca

Menyajikan informasi peringatan dini cuaca di beberapa provinsi Indonesia

11. Siaran Pers BMKG

Menyajikan informasi siaran pers resmi yang dikeluarkan oleh BMKG

12. Notifikasi

Memberikan notifikasi untuk gempabumi, peringatan dini cuaca, dan siaran pers BMKG

* Direkomendasikan untuk pengaturan GPS / Location ke mode High Accuracy

Bila Diguncang Gempa, Surabaya Berpotensi Terjadi Amplifikasi

Gempa di sejumlah wilayah di Jawa Timur, Kamis (11/10) dini hari, membuat sejumlah masyarakat panik.

Sebagian besar bertanya, apakah penyebab gempa yang yang berlangsung sekitar 2 sampai 3 menit itu?

Dr Ir Amien Widodo MSi, Dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menjelaskan, berdasarkan keterangan yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) awal September tahun lalu, ada dua patahan aktif yang melewati Kota Surabaya dan sejumlah daerah lain di Jawa Timur.

Kedua patahan itu adalah patahan Surabaya dan patahan Waru. Patahan Surabaya meliputi kawasan Keputih hingga Cerme.

Sedangkan patahan Waru yang lebih panjang lagi melewati Rungkut, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Saradan, bahkan sampai Cepu.

Pakar geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini pun sempat lakukan penelitian terkait kondisi tanah kota Surabaya.

“Data dari PUPR ini harus bisa dimanfaatkan, kita harus memetakan dampak akibat gempa yang dihasilkan,” katanya saat dihubungi Surya.co.id, Kamis (11/10).

Amien menjelaskan, struktur bangunan dan kondisi tanah menjadi parameter utama untuk melihat efek yang ditimbulkan saat gempa.

“Tanah memiliki karakter sendiri saat terkena gempa, mereka bisa saja mengalami likuifaksi ataupun amplifikasi,” ungkapnya.

Pria yang bergelut di bidang keahlian Geologi Bahaya itu menjelaskan, likuifaksi adalah peristiwa yang terjadi pada tanah yang memiliki lapisan pasir.

Di dalam tanah tersebut terdapat air dalam kondisi jenuh yang kemudian akan mendorong ke atas dan mengakibatkan pasir dan air langsung keluar.

“Air itu menjadi bertekanan saat terkena beban gempa,” ulas Kepala Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan itu.

Amin mengungkapkan, untuk kawasan Surabaya Timur dan Utara yang jenis tanahnya berupa endapan rawa lebih berpotensi untuk mengalami amplifikasi.

Amplifikasi akan merambat melalui tanah yang lunak dan menghasilkan amplitudo yang besar.

Pembesaran ini yang nantinya akan memengaruhi energi dari gempa tersebut atau dengan kata lain kekuatannya akan berlipat beberapa kali.

Amin mengatakan, ada cara pencegahan dampak gempa sehingga tidak sampai membuat masyarakat harus khawatir dengan bangunannya yang rusak karena gempa, atau mengalami kerugian materil dan non materil lainnya.

"Ada dua cara, kalau melihat stuktur tanah di Surabaya bisa dengan pemadatan tanah atau penggunaan pondasi tiang pancang pada bangunan bertingkat untuk mengurangi dampak dari amplifikasi.

Sementara untuk daerah lain di Jawa Timur harus dipetakan dulu jenis tanahnya," terang Amin.

Dia mengatakan, sebenarnya sudah banyak yang tahu bahwa kualitas tanah di Surabaya kurang baik. Hal itu terlihat dari tingginya pengurukan tanah sebelum membuat bangunan.

Dalam penelitian yang masih berlanjut ini, ia menambahkan bahwa masih ada kemungkinan terjadinya likuifaksi di wilayah Surabaya.

"Hal ini karena selain endapan rawa juga terdapat tanah yang berjenis endapan pasir pantai.

Namun untuk rincian luas tanah yang terdampak masih belum bisa ditentukan karena penelitian tanah yang berlangsung sifatnya hanya memindai lapisan.

Kalau dilanjutkan dengan melakukan pengeboran bisa dilihat berapa luas tanah yang berpasir dan sebagainya,” tutupnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved